Liputan6.com, Jakarta - Dua bandara tersibuk di Skandinavia, yakni Oslo dan Kopenhagen, terpaksa ditutup selama empat jam akibat penampakan drone misterius pada Senin malam, 22 September 2025. Sekitar dua tiga drone berukuran besar datang dari beberapa arah berbeda, menyalakan dan mematikan lampu, sebelum akhirnya menghilang.
"Pelakunya adalah aktor yang memiliki kemampuan, kemauan, dan alat untuk pamer dengan cara ini," kata Kepala Kepolisian Denmark Jens Jespersen, dikutip dari CNN, Selasa (23/9/2025).
Insiden serupa juga terjadi di wilayah udara Bandara Oslo, Norwegia. Bandara itu ditutup selama sekitar tiga jam pada Selasa pagi karena penampakan drone.
"Ini berarti penerbangan yang datang sekarang dialihkan ke bandara terdekat," kata Manajer Komunikasi Monica Iren Fasting kepada CNN.
Jespersen menyatakan belum ada tersangka teridentifikasi dalam insiden tersebut. Akibat insiden drone misterius itu, pihak bandara melarang pesawat lepas landas maupun mendarat selama penampakan drone.
Sementara, penerbangan yang dijadwalkan mendarat di bandara tersebut, dialihkan ke bandara lain di Denmark. Beberapa dialihkan ke Gothenburg dan Malmö di Swedia, menurut pihak bandara.
Serangan Siber di Eropa
Bandara Kopenhagen yang melayani hampir 30 juta orang setiap tahun itu dibuka kembali sekitar pukul 12.20 waktu setempat (18.20 ET). Namun, seorang juru bicara bandara menyatakan beberapa penundaan dan pembatalan masih diperkirakan terjadi.
"Kami menyimpulkan bahwa ini apa yang kami sebut operator yang cakap," kata Jespersen.
Sebelumnya, sejumlah bandara besar di Eropa, termasuk Heathrow di London, dilanda serangan siber pada sistem check-in dan boarding yang menyebabkan gangguan operasional pada Sabtu, 20 September 2025. Pihak Bandara Brussels dan Bandara Berlin menyatakan secara terpisah bahwa mereka juga terdampak serangan tersebut. Akibatnya, keterlambatan dan pembatalan penerbangan.
Collins Aerospace, yang menyediakan sistem bagi sejumlah maskapai di bandara-bandara di seluruh dunia, mengalami masalah teknis yang bisa menyebabkan keterlambatan bagi penumpang yang akan berangkat, kata pihak Bandara Heathrow, setelah sebelumnya memperingatkan adanya potensi gangguan.
Proses Check-in dan Boarding Jadi Manual
RTX, induk perusahaan Collins Aerospace, menyatakan bahwa mereka menyadari gangguan siber pada perangkat lunaknya di beberapa bandara, meski tidak menyebutkan secara rinci bandara mana saja.
"Dampaknya terbatas pada layanan check-in elektronik dan penyerahan bagasi, serta dapat diatasi dengan prosedur check-in manual," kata perusahaan itu dalam pernyataan melalui email seperti dilansir CNA, seraya menambahkan bahwa mereka sedang berupaya memperbaiki masalah tersebut secepat mungkin.
Serangan itu membuat sistem otomatis tidak dapat digunakan, sehingga proses check-in dan boarding hanya bisa secara manual, kata Bandara Brussels di situs resminya, menambahkan bahwa insiden terjadi pada Jumat malam, 19 September 2025.
"Hal ini berdampak besar pada jadwal penerbangan dan sayangnya akan menyebabkan keterlambatan serta pembatalan penerbangan ... Penyedia layanan sedang aktif mengatasi masalah ini dan berusaha menyelesaikannya secepat mungkin," ungkap pihak Bandara Brussels.
Reaksi Maskapai Hadapi Serangan Siber
Di Jerman, Bandara Berlin menyampaikan pengumuman di situs resminya bahwa, "Karena masalah teknis pada penyedia sistem ... terjadi antrean lebih lama di area check-in. Kami sedang berupaya mencari solusi cepat."
Sementara itu, Bandara Frankfurt—bandara terbesar di Jerman—menegaskan tidak terdampak dan seorang pejabat dari pusat kendali operasional Bandara Zurich juga memastikan tidak ada gangguan di sana.
Dari sisi maskapai, EasyJet, salah satu yang terbesar di Eropa, menyatakan bahwa operasional mereka berjalan normal dan tidak memperkirakan masalah tersebut akan memengaruhi penerbangan sepanjang hari. Namun, maskapai besar lainnya, yakni Ryanair serta IAG selaku induk perusahaan British Airways, belum memberikan tanggapan.
Adapun Delta Air Lines mengatakan pihaknya memperkirakan dampak minimal terhadap penerbangan yang berangkat dari tiga bandara terdampak, seraya menambahkan bahwa mereka telah menerapkan solusi sementara untuk meminimalkan gangguan.