Liputan6.com, Jakarta - Siapa yang bisa menolak kelezatan ramen? Makanan berbahan mi itu ternyata tak direkomendasikan diseruput setiap hari oleh para ahli. Kesimpulan itu muncul berdasarkan hasil studi gabungan yang dilakukan sejumlah universeitas di Prefektur Yamagata, timur laut Jepang.
Mengutip Japan Today, Sein (22/9/2025), studi ini mengamati 6.725 penduduk Prefektur Yamagata berusia 40 tahun ke atas selama sekitar 4,5 tahun, mengelompokkan peserta berdasarkan seberapa sering mereka makan ramen, yakni dari kurang dari sebulan sekali hingga tiga kali atau lebih seminggu. Pengelompokan juga dilakukan dengan menyesuaikannya dengan faktor kesehatan dan gaya hidup lainnya.
Hasilnya, risiko kematian terendah terjadi pada mereka yang makan ramen sekali atau dua kali seminggu. Sementara, orang yang sering makan ramen menghadapi risiko kematian sekitar 1,5 kali lipat dibandingkan dengan mereka yang hanya menikmatinya sekali atau dua kali seminggu. Temuan tersebut dipublikasikan dalam The Journal of Nutrition, Health and Aging pada Agustus 2025.
Peningkatan Risiko pada Kelompok Tertentu
Studi juga menemukan bahwa pada kelompok tertentu, risiko kesesehatannya lebih menumpuk. Mereka yang berusia di bawah 70 tahun yang makan ramen tiga kali atau lebih seminggu memiliki risiko kematian lebih dari dua kali lipat dibandingkan dengan mereka yang makan sekali atau dua kali seminggu. Pecinta ramen yang sering mengonsumsi alkohol juga mengalami peningkatan risiko yang lebih tinggi, hingga 2,7 kali lipat.
Temuan itu sekilas membingungkan. Para peneliti pun menduga hal ini mencerminkan hal lain, yakni orang-orang dengan masalah kesehatan, seperti tekanan darah tinggi atau diabetes, mungkin sudah menghindari ramen untuk mengikuti anjuran dokter. Mereka merekomendasikan agar lebih banyak penelitian untuk mengonfirmasi hubungan antara kebiasaan makan mi yang berlebihan dan dampak kesehatan.
Kesimpulan Studi
Meski begitu, para peneliti menekankan bahwa temuan tersebut secara statistik tidak cukup kuat untuk menyatakan ramen sebagai bahaya yang nyata. Pasalnya, tim menemukan risiko kematian yang sedikit lebih tinggi di antara orang-orang yang makan ramen kurang dari sebulan sekali.
"Studi ini tidak serta merta berarti bahwa makan ramen berbahaya," kata Tsuneo Konta, seorang profesor di Fakultas Ilmu Kedokteran Universitas Yamagata. Ia menyarankan untuk tidak menghabiskan sup asin di dasar mangkuk dan menyarankan untuk menjaga keseimbangan nutrisi dalam makanan.
Soto Betawi Kalahkan Ramen
Sementara itu, Soto Betawi masuk daftar 10 besar sup terenak di dunia versi TasteAtlas. Rankingnya di urutan pertama, mengalahkan sejumlah varian ramen di daftar tersebut, dengan rating 4,7. Pencapaian ini semakin mengukuhkan kelezatan dan keunikan Soto Betawi di kancah internasional.
Deskripsi sup yang diberikan pun sangat menggiurkan. "Soto Betawi adalah sup daging sapi yang terdiri dari potongan daging dan jeroan yang direbus perlahan dalam kuah santan, yang biasanya diperkaya dengan berbagai rempah-rempah seperti serai, kunyit, lengkuas, daun jeruk kefir, dan ketumbar. Saat disajikan, sup ini disertai dengan berbagai bumbu yang biasanya meliputi tomat, daun bawang, kecap manis, dan emping," review TasteAtlas yang dikutip Kamis, 20 Maret 2025.