Liputan6.com, Jakarta - Di tengah perjuangan sektor fesyen mewah menghadapi kondisi ekonomi eksternal yang menyebabkan penurunan penjualan, gelombang skandal ketenagakerjaan melanda industri ini. Setelah Armani Group, label LVMH Loro Piana, Dior, dan Valentino, Gucci menambah panjang daftar tersebut karena seribu karyawannya mengancam akan mogok kerja.
Melansir Modaes, Rabu, 6 Agustus 2025, menurut serikat pekerja, perusahaan telah menjamin bahwa tahun ini, mereka akan menerima bonus sosial, sebagaimana tercantum dalam perjanjian terakhir yang berlaku. Pembayaran ini memengaruhi karyawan penjualan dan logistik di Italia.
Perjanjian tersebut disepakati dalam kontrak terakhir yang berada dalam situasi ultraaktivitas, menunggu penandatanganan perjanjian baru, menurut serikat pekerja dalam pernyataan mereka. Perusahaan induk konglomerat barang mewah Prancis, Kering, akan menjamin pembayaran "bonus kesejahteraan" ini.
Karena tidak ada pernyataan dari Gucci, serikat pekerja bersikeras, "para staf masih menunggu jumlahnya." Pernyataan tersebut menambahkan bahwa, jika situasi tidak membaik, perwakilan serikat pekerja akan melakukan "aksi penekanan."
Penurunan Omzet
Gucci sedang tidak berada di puncak kejayaannya. Brand fesyen mewah ini menutup paruh pertama tahun ini dengan penurunan omzet: penjualan turun 26 persen jadi lebih dari 3 miliar euro, yang berdampak pada penurunan pendapatan perusahaan secara keseluruhan.
Grup tersebut menutup periode ini dengan penurunan omzet sebesar 16 persen, dan penurunan laba operasional berulang sebesar 39 persen. Penjualan Gucci pada paruh pertama tahun ini turun 25 persen secara serupa, terutama disebabkan kinerja saluran grosir yang buruk, dengan penurunan penjualan sebesar 42 persen.
Dalam konteks ini, Gucci memutuskan beberapa bulan lalu untuk merestrukturisasi manajemen puncaknya dengan menunjuk Maria Cristina Lomanto sebagai presiden baru untuk Eropa, Timur Tengah, dan Afrika (EMEA), menggantikan Matteo Mascazzini.
Gucci juga telah mempromosikan Marcello Costa jadi direktur merchandising, posisi kunci dalam reorganisasi yang dipimpin Stefano Cantino, yang mengambil alih sebagai CEO pada Januari 2025.
Isu Sensitif di Dunia Mode
Kasus Gucci merupakan bagian dari momen yang memang sudah sensitif di dunia mode, menurut First Online. Di satu sisi, terdapat peningkatan kesadaran publik terhadap kondisi pekerja di sepanjang rantai pasokan, sebagaimana ditunjukkan perdebatan seputar transparasni pemasok untuk memerangi praktik perdagangan manusia.
Di sisi lain, sektor barang mewah juga mulai menunjukkan keretakan dalam hubungan industrial. Kesejahteraan tambahan, instrumen yang semakin sentral dalam kontrak tingkat kedua, berisiko jadi titik perdebatan. Juga, pesan yang datang dari salah satu merek ikonis buatan Italia ini pasti akan menggemparkan.
Sayangnya, isunya tidak berhenti di situ. Sebuah studi yang diterbitkan pada 23 Juni 2025 oleh organisasi nonpemerintah Inggris Earthsight menyebut bahwa merek-merek fesyen mewah internasional membeli kulit dari perusahaan-perusahaan yang terkait dengan peternakan yang memelihara sapi di tanah adat dan di daerah-daerah yang ditebangi secara ilegal di Amazon.
Melansir Brasil de Fato, 5 Juli 2025, investigasi yang dilakukan dalam kemitraan dengan Repórter Brasil ini menganalisis keputusan pengadilan, citra satelit, dan catatan pengiriman. Laporan ini juga meneliti rantai pasar di sektor tersebut untuk mengungkap jaringan pasokan kulit dari merek-merek, seperti Chanel, Balenciaga, dan Gucci.
Tuduhan pada Sejumlah Merek Mewah
Menurut Earthsight, perusahaan pengepakan daging Brasil Frigol berada di dasar rantai produksi ini. Rumah pemotongan hewan tersebut diidentifikasi sebagai pembeli sapi yang dipelihara di tanah yang diembargo karena penebangan hutan, serta dari peternakan yang didirikan secara ilegal di Tanah Adat Apyterewa di São Félix do Xingu, negara bagian Pará.
Studi tersebut menunjukkan bahwa hampir semua kulit yang diekspor dari Pará ke Eropa ditujukan ke Italia. Sebagian dari produk ini dibeli Conceria Cristina dan Faeda, perusahaan penyamakan kulit dari Veneto, Italia, tempat bahan tersebut diproses dan diberi merek baru sebagai "kulit Italia."
Perusahaan-perusahaan ini memasok lusinan merek fesyen, otomotif, dan desain interior mewah. Selain Chanel, Balenciaga, dan Gucci, Conceria Cristina memasok kulit yang diperoleh di Brasil ke merek mewah Amerika Serikat (AS), Coach, yang menargetkan Generasi Z dan menjual tas dengan harga antara 340─686 dolar AS (sekitar Rp5,5 juta─Rp11,1 juta), yang dianggap "mudah dijangkau" di pasar barang mewah.