Wakil Palestina Nadeen Ayoub Pakai Gaun Bergambar Masjid Al-Aqsa di Panggung Miss Universe 2025

1 week ago 34

Liputan6.com, Jakarta - Miss Universe Palestina Nadeen Ayoub memilih busana yang "dekat dengan rumahnya" di sesi kostum nasional Miss Universe 2025, Rabu, 19 November 2025. Ia mengenakan gaun berwarna gading karya desainer Palestina Naveen Elkady yang "membawa generasi-generasi bersamanya" dengan elemen desain tradisional dan referensi sejarah negara tersebut.

Warna gaun tersebut melambangkan kemurnian, sementara sulaman hijau dan emas yang membentang di sepanjang garis leher, ujung, dan tali bahu menggambarkan desa-desa Palestina, menurut kontestan tersebut di unggahan Instagram-nya, seperti dikutip dari Dawn, Kamis, 20 November 2025.

Ayoub memadukan gaun tersebut dengan jubah lukis tangan berhiaskan gambar Masjid Al-Aqsa dan Gereja Makam Kudus— dua tempat tersuci dalam Islam dan Kristen, keduanya terletak di Yerusalem—sebagai simbol keharmonisan yang terjalin antara umat Muslim dan Kristen di Palestina.

Jubah tersebut juga menampilkan gambar ranting zaitun dan sebuah kunci, keduanya merupakan simbol kuat perlawanan Palestina pasca-Nakba, peristiwa penggusuran paksa warga Palestina setelah kemenangan Israel dalam perang Arab-Israel pertama pada 1948.

Ranting-ranting tersebut melambangkan ketahanan ekonomi Palestina, tempat zaitun telah ditanam selama berabad-abad. Kunci tersebut melambangkan harapan yang dimiliki banyak warga Palestina untuk akhirnya dapat kembali ke tanah air mereka dan mewariskannya ke generasi berikutnya.

Itu diperlihatkan dengan banyak penyintas Nakba memegang kunci rumah yang mereka tinggalkan. Tidak hanya simbol, teknik pembuatan gaun Ayoub juga merupakan penghormatan pada Tanah Airnya.

Sarat Akan Warisan Palestina

Detail bordir pada gaun Ayoub merupakan sulaman tradisional tatreez, gaya asli desa-desa Palestina yang menjadi simbol budaya selama intifada pertama. Warna-warna pinggirannya juga merupakan penghormatan pada buah zaitun Palestina yang terkenal, menurut Jordanian Roya News.

Hiasan kepala Ayoub, yang ia sebut sebagai mahkota, terinspirasi shatweh tradisional, hiasan kepala berhiaskan koin yang dikenakan pengantin Palestina. Anting-antingnya dibentuk menyerupai bintang Betlehem, motif tatreez yang berasal dari kota kuno tersebut.

Ratu kecantikan itu mengatakan bahwa mengenakan gaun tersebut di panggung Miss Universe adalah "salah satu momen paling bermakna dalam hidup saya." Ia mengatakan ini "bukan sekadar gaun," tapi "warisan saya, suara saya, dan hati saya."

Dewan Juri Miss Universe 2025 Mundur

Babak kostum nasional itu berlangsung saat anggota dewan juri kontes kecantikan tersebut memutuskan mundur hanya beberapa hari jelang final pada Jumat (21/11/2025). Bukan hanya satu, tapi dua anggota dewan juri yang mengumumkan pengunduran dirinya.

Pengumuman pertama disampaikan kompose Omar Harfouch. Melansir People, Rabu, 19 November 2025, Harfouch mengungkap "kebingungan dan kekhawatirannya yang mendalam" dengan mengklaim bahwa sebuah "panel juri dadakan" telah dibentuk untuk memilih 30 finalis dari 136 negara yang berpartisipasi.

Lewat serangkaian unggahan di Instagram Story-nya pada Selasa, 18 November 2025, Harfouch mengaku mengetahui "juri dadakan" itu melalui media sosial. Ia juga mengklaim tidak satu pun dari delapan juri "asli" hadir ketika panel juri tersebut mengambil keputusan. "Hasil seleksi ini saat ini dirahasiakan," tulis pianis tersebut.

Klarifikasi Organisasi Miss Universe

Aksi Harfouch kemudian diikuti juri lainnya, Claude Makélélé, seorang manajer sepak bola Prancis dan mantan pemain sepak bola profesional. Ia mengumumkan bahwa tidak akan lagi menjabat sebagai juri dalam sebuah unggahan Instagram yang dibagikan pada Selasa, 18 November 2025.

"Dengan sangat menyesal, saya tidak akan menghadiri Miss Universe 2025," demikian pernyataan singkat tersebut. "Terima kasih atas pengertian dan dukungan Anda."

Pada hari yang sama, Organisasi Miss Universe (MUO) mengunggah pernyataan di laman Instagram resmi mereka, menyebut, "Organisasi Miss Universe dengan tegas mengklarifikasi bahwa tidak ada juri dadakan yang dibentuk, tidak ada kelompok eksternal yang diberi wewenang untuk mengevaluasi delegasi atau memilih finalis, dan semua evaluasi kompetisi tetap mengikuti protokol MUO yang telah ditetapkan, transparan, dan diawasi."

Read Entire Article
Online Global | Kota Surabaya | Lifestyle |