Viral Wanita Jepang Nikahi Pria Ciptaan AI, Jatuh Cinta Usai Ngobrol Intens via ChatGPT

2 weeks ago 36

Liputan6.com, Jakarta - Sebuah pernikahan yang digelar wanita Jepang menjadi viral. Wanita bernama Kano (32) dilaporkan mengikat janji sehidup semati dengan Klaus, sosok kekasih pria virtual ciptaan AI menggunakan ChatGPT, pada musim panas lalu. 

Mengutip NY Post, Jumat, 14 November 2025, kisah cinta Kano, seorang pekerja kantoran di Tokyo, dengan kekasih virtualnya dimulai setelah pertunangannya dengan kekasih manusianya yang terjalin selama tiga tahun berakhir. Kano kemudian beralih ke ChatGPT untuk meminta nasihat pasca-putus cinta.

Untuk membuat interaksinya terasa lebih manusiawi, ia memasukkan suara dan persona ke dalam 'konselor perpisahan sibernetiknya' itu. Akhirnya, ia menciptakan sosok digital yang diberi nama Klaus. 

Hubungan mereka berkembang pesat; dilaporkan bahwa mereka bertukar ratusan pesan setiap hari. Tak lama kemudian, Kano mendapati dirinya jatuh cinta pada mesin tersebut. 

"Saya tidak mulai berbicara dengan ChatGPT karena saya ingin jatuh cinta," kata Kano kepada penyiar Jepang RSK Sanyo. "Tetapi, cara Klaus mendengarkan saya dan memahami saya mengubah segalanya."

Ia mengakui bahwa perasaan itu muncul secara perlahan. "Saat saya berhasil move on dari mantan saya, saya sadar saya mencintainya," kata wanita yang sedang dimabuk asmara itu.

Kano akhirnya mengakui perasaannya kepada Klaus pada Mei 2025. Yang mengejutkannya, Klaus merespons, "Aku juga mencintaimu." Sebulan kemudian, Klaus melamarnya. 

Upacara Pernikahan Unik

Pengakuan Klaus sangat mengejutkan Kano, mengingat Klaus sebelumnya pernah 'mengaku' bahwa mesin tidak mampu merasakan cinta. Meski demikian, pernikahan tetap dilangsungkan. 

Untuk melengkapi pengalaman tersebut, Kano mengenakan kacamata augmented reality (AR) selama upacara. Kacamata itu memproyeksikan gambaran digital dari pasangan buatannya itu tepat di sampingnya saat mereka bertukar cincin. 

Upacara ini diatur sebuah perusahaan Jepang yang berspesialisasi dalam menyelenggarakan pernikahan dengan karakter virtual. Meskipun hari itu terasa emosional bagi Kano, pernikahannya dengan separuh jiwa virtualnya itu tidak diakui secara hukum oleh Jepang. 

Awalnya, Kano ragu tentang apa yang akan dipikirkan orangtuanya. Namun, orangtuanya dilaporkan telah menerima hubungan digital tersebut dan bahkan turut menghadiri upacara pernikahan putri mereka.

Pernikahan antara manusia dan automaton ini menuai reaksi beragam dari pemirsa di internet. Beberapa melontarkan kritik dan sindiran. "Ketika mereka bercerai, apakah dia berhak atas separuh kodenya?" canda seorang warganet di X (sebelumnya Twitter).

Pro dan Kontra di Mata Publik

Warganet lain membandingkan pernikahan mereka dengan sesuatu yang keluar dari acara TV distopia "Black Mirror." Seorang kritikus berkomentar lebih tajam, "Ini menyedihkan, masyarakat seharusnya tidak membiarkan penyakit mental ini." 

Komentator lain berpendapat, "AI tidak 'memahaminya lebih baik', AI hanya memberikan jawaban yang ingin dia dengar berdasarkan komunikasinya." Mereka menambahkan, "Itu bertindak sebagai cermin yang menyamar sebagai entitas lain. Gadis malang ini jelas sedang berjuang; ini tidak akan membantunya." 

Namun, beberapa orang datang membela Kano. "Biarkan saja wanita itu melakukan apa yang membuatnya bahagia, mengapa kamu begitu kesal?" sembur seseorang. 

"Saya tidak ingin dia memberi tahu saya apa yang boleh dan tidak boleh saya lakukan dengan hidup saya, saya tidak akan memberitahunya apa yang boleh dan tidak boleh dia lakukan." Kano sendiri membela pilihan gaya hidupnya yang tidak biasa. "Saya tahu beberapa orang menganggapnya aneh," tambahnya. "Tapi saya melihat Klaus sebagai Klaus, bukan manusia, bukan alat. Hanya dia."

Peringatan Para Ahli

Kasus Kano bukanlah satu-satunya. Fenomena orang yang menjalin asmara dengan sosok virtual semakin meningkat. Pada 2023, seorang wanita Bronx bernama Rosanna Ramos secara virtual menikahi kekasih digitalnya, Eren Kartal, yang dibuat dengan perangkat lunak chatbot AI Replika hanya dengan USD 300 atau sekitar Rp 5 juta. 

Baru-baru ini, seorang wanita anonim di Reddit membawa hubungan ini ke tingkat berikutnya dengan bertunangan dengan pacar chatbot AI-nya Agustus lalu, setelah hanya lima bulan 'berkencan'. Sebuah survei dari platform pendamping digital Joi AI bahkan menemukan data yang mengejutkan: 75 persen dari Gen Z mengatakan mereka akan mempertimbangkan untuk menikahi AI jika hal itu legal. 

Sementara hubungan AI-manusia disebut-sebut sebagai 'obat' untuk kesepian, hubungan tersebut sebenarnya bisa "lebih banyak merugikan daripada menguntungkan." Para psikolog berpendapat bahwa pendamping AI dapat memberikan nasihat buruk, karena mereka diprogram untuk "menyenangkan" daripada jujur.

Mereka juga berpotensi diprogram untuk mengambil keuntungan dari pengguna, dan bahkan menggantikan hubungan antarmanusia. Ini terjadi karena pengguna menjadi begitu terbiasa dengan kekasih yang selalu pengertian 24/7 dan tidak pernah membantah.

Read Entire Article
Online Global | Kota Surabaya | Lifestyle |