Tingkat Hunian Hotel Menurun Sejak Awal 2025, Apa Tanggapan Agen Perjalanan Online?

9 hours ago 5

Liputan6.com, Jakarta - Belakangan, tingkat hunian hotel di beberapa daerah di Indonesia dikabarkan menurun. Sejumlah pihak menyebut, salah satu penyebabnya adalah efisiensi anggaran pemerintah yang membuat mereka tidak lagi mengadakan banyak acara di hotel. Apakah ini juga berdampak pada agen perjalanan online, seperti tiket.com?

"Iya kami juga mendengar kabar itu, tapi sejauh ini kami tidak terdampak. Tingkat hunian hotel masih cukup bagus, mungkin juga karena (pemotongan anggaran) ini kebijakan baru, jadi sejauh ini kami belum melihat angka pastinya kalau memang ada penurunan," terang co-founder, sekaligus CMO tiket.com, Gaery Undarsa, di Jakarta, Senin, 14 April 2025.

"Dari awal tahun, transaksi hotel cukup bagus, begitu juga di momen libur Lebaran kemarin walau memang belum ada peningkatan hunian yang signifikan," lanjutnya. Gaery berkata, tingkat hunian hotel sampai saat ini masih termasuk stabil, kemungkinan karena staycation cenderung diminati kembali.

Staycation memang sempat sangat diminati di era pandemi. Setelah pandemi berlalu, kebiasaan pelancong berubah lagi.

"Wisatawan berbondong-bondong traveling ke tempat yang jauh bahkan sampai ke luar negeri yang tak bisa mereka lakukan selama pandemi. Tapi belakangan, situasinya berubah lagi, kemungkinan karena perekonomian sedang menurun, staycation kembali jadi pilihan banyak orang. Begitu juga dengan destinasi wisata, banyak yang memilih jaraknya lebih dekat dari rumah," ujarnya.

Sementara itu, Presiden Direktur Plataran Indonesia, Anasthasia Sri Handayani, mengatakan bahwa sejauh ini, tingkat hunian properti Plataran tidak terpengaruh kondisi perekonomian, termasuk kebijakan efiseinsi anggaran pemerintah.

"Kami tetap berjalan seperti biasa, tapi bukan berarti kami tidak memantau perkembangan sekarang ini. K,ami harus tetap bersiap diri menghadapi berbagai kemungkinan," kata Anasthasia.

Penurunan Tingkat Hunian Sejak Awal 2025

Ia menambahkan, "Kita tetap berusaha memberikan yang terbaik bagi para tamu. Semua properti kami juga banyak menggandeng warga setempat untuk bekerja di tempat kami dan mengutamakan bahan-bahan dari kawasan setempat, baik untuk makanan, peralatan, serta berbagai fasilitas di hunian kami."

Badan Pusat Statistik (BPS) baru-baru ini mencatat Tingkat Penghunian Kamar (TPK) klasifikasi bintang pada hotel, yakni 48,38 persen pada Januari 2025, atau mengalami penurunan secara bulanan sebesar 9,68 persen dari bulan sebelumnya. Sedangkan TPK klasifikasi hotel bintang pada Februari 2025 mencapai 47,21 persen atau mengalami penurunan baik secara bulanan dan secara tahunan masing-masing sebesar 1,17 persen poin dan 2,24 persen.

Secara keseluruhan, terdapat 20 provinsi yang mengalami penurunan TPK Hotel Bintang pada Februari 2025 dibandingkan 2024. Untuk TPK hotel klasifikasi bintang tertinggi pada Februari 2025 tercatat di Jakarta, yaitu sebesar 59,07 persen yang didorong antara lain oleh banyaknya event, seperti konser dan pameran selama Februari 2025.

Melansir kanal Bisnis Liputan6.con, 9 April 2025, ekonom sekaligus Direktur Eksekutif CELIOS, Bhima Yudhistira, memperkirakan aktivitas ekonomi Indonesia tak akan mencatat pertumbuhan yang signifikan, meski didukung momentum Ramadan dan Idulfitri.

Dampak Terhadap Sektor Akomodasi Perhotelan

Pasalnya, aktivitas ekonomi di masa Ramadan masih dihantui tingginya angka Pemutusan Kerja (PHK) di sektor padat karya. Adapun di sektor hilirisasi industri, ada beberapa perusahaan yang mengalami kendala dari sisi produksi olahan.

Faktor pelemahan ekonomi lainnya, menurut Bhima, adalah efisiensi belanja pemerintah. Dia menjelaskan, langkah tersebut juga bisa berdampak terhadap pendapatan masyarakat dan pelaku usaha di sektor akomodasi perhotelan, restoran, catering, serta sewa kendaraan.

Sedangkan Bali, yang selama ini ramai dengan wisatawan dan bagi sektor Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition (MICE), kini dikabarkan mengalami pukulan telak akibat kebijakan efisiensi anggaran pemerintah. Pemangkasan besar-besaran terhadap anggaran perjalanan dinas dan penyelenggaraan acara di hotel berbintang telah membuat industri ini terseok-seok.

Turis yang datang ke Bali, terutama wiisatawan mancanegara (wisman), memang masih cukup banyak. Namun, mayoritas dari mereka berasal dari segmen middle-low yang lebih memilih menginap di vila privat, guest house, atau apartemen. Akibatnya, hotel berbintang kehilangan banyak pelanggan, terutama dari sektor MICE.

Dampak efisiensi ini bukan hanya terjadi di Bali, tapi hampir di seluruh kota besar di Indonesia. Hal itu diakui Wakil Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Maulana Yusran.

Bisa Berdampak pada UMKM dan PHK

Ia mengatakan, bukan hanya di Bali, tapi di semua daerah di Indonesia juga terdampak karena sebagian besar hotel pemasukannya bergantung dari penyelenggaraan event, terutama acara-acara yang diadakan pemerintah pusat maupun pemeriintah provinsi/daerah.

"Kalau untuk menginap kebanyakan tamu kan ramai di akhir pekan, kalau di weekdays itu tidak begitu banyak, kecuali di musim liburan. Karena itu hampir semua hotel mengandalkan pemasukan dari MICE, terutama yang diadakan pemerintah pusat dan daerah yang biasanya diadakan di weekdays," terang pria yang akrab disapa Alan ini pada Lifestyle Liputan6.com, Kamis, 3 April 2025.

"Dengan pemangkasan anggaran ini, hampir semua acara yang diadakan di hotel berkurang drastis. Dampaknya bukan hanya dirasakan pihak hotel, tapi juga pihak-pihak yang berkaitan dengannya, termasuk UMKM karena banyak hotel yang membeli suplai kebutuhannya dari UMKM," sambungnya.

Ia menambahkan, pemasukan hotel bisa berkurang 40 sampai 60 persen, bahkan sampai 70 persen di daerah-daerah tertentu akibat kebijakan efisiensi. Penurunan itui juga dialami hotel-hotel di Bali, karena mereka bukan hanya mengandalkan wisatawan, tapi juga MICE.

Situasi itu juga bisa berdampak pada pemutusan hubungan kerja (PHK) di sektor perhotelan. Alan menambahkan, tidak mudah menghindari PHK karena pemasukan yang terus menurun.

Read Entire Article
Online Global | Kota Surabaya | Lifestyle |