TikTok Gaungkan Kampanye #PikirDuaKali, Ajak Masyarakat Lebih Waspada terhadap Penipuan Online

Liputan6.com, Jakarta Berinteraksi dengan dunia digital sudah jadi rutinitas sehari-hari di era dengan perkembangan teknologi seperti sekarang ini. Dari chat, nonton video pendek, sampai belanja online, semua bisa dilakukan lewat smartphone dalam beberapa ketukan layar. Namun di balik kemudahan itu, ada risiko yang ikut berkembang: penipuan digital. Dari giveaway abal-abal, panggilan palsu yang mengaku dari perusahaan, hingga skema investasi bodong yang terbungkus rapi, modus-modus baru terus bermunculan seiring kecanggihan teknologi. Soal ini nggak bisa dianggap remeh, karena dampaknya bukan cuma kehilangan uang, tapi juga trauma digital dan penyalahgunaan data pribadi.

Menyikapi hal tersebut, TikTok menggelar sebuah LIVE Talkshow interaktif yang bertujuan memberi pemahaman lebih dalam soal ancaman penipuan online. Dalam episode pertama yang mengangkat tema Generasi Digital, Cerdas, Kreatif, dan Aman yang disiarkan lewat TikTok LIVE, hadir para pembicara yang ahli di bidangnya masing-masing. Mulai dari Edwin Lengkei (Senior Manager PR & Communications TikTok Indonesia), Hodo Purwoko (VP of Head Digital Engagement Strategy IM3), dan Lianna Nathania (Kreator TikTok). Mereka berbagi sejumlah tips praktis dan langkah pencegahan yang relevan untuk membantu masyarakat melawan penipuan online. Yuk bongkar poin-poin pentingnya!

Hodo Purwoko membuka diskusi dengan cerita dari frontliner industri telekomunikasi. Menurutnya, perusahaan seperti IM3 sering menjadi sasaran penyalahgunaan nama untuk menipu pengguna, contohnya pengumuman ‘tiket konser gratis’ yang ternyata palsu, atau penipuan yang datang lewat telepon dan SMS.

Hodo menjelaskan, “Sekitar 65% masyarakat Indonesia menerima upaya penipuan setiap minggunya, dan terjadi di jaringan seluler mulai dari teks phising, tawaran kerja palsu, hingga skema penipuan investasi . Untuk mengantisipasi kasus-kasus ini, Indosat Ooredoo Hutchison menggunakan teknologi kecerdasan buatan (AI) melalui fitur SATSPAM (Satuan Anti-Scam & Spam) yang secara otomatis mendeteksi dan menandai nomor mencurigakan dengan indikator warna merah untuk scam, kuning untuk spam, lalu hijau untuk nomor aman.”

SATSPAM merupakan fitur perlindungan digital dari penipuan (scam) dan spam yang bekerja secara otomatis menggunakan teknologi AI dan jaringan 5G untuk melindungi pengguna IM3 dari panggilan dan SMS mencurigakan dengan memberikan peringatan otomatis.

Di samping fitur-fitur yang telah diberikan oleh Indosat, Hodo juga berpesan agar pengguna internet tetap mengecek akun-akun terlebih dahulu sebelum mengakses informasi yang diterima. 

“Pastikan bahwa informasi didapatkan dari akun yang telah terverifikasi. Pelajari terlebih dahulu apakah tautan resmi atau tidak, siapa pengirimnya, dan kami akan bantu dari sisi proteksinya." ujarnya.

Dari sisi platform, TikTok menegaskan komitmen menjaga kenyamanan dan keamanan pengguna. Edwin menekankan bahwa banyak orang datang ke TikTok untuk mencari hiburan dan inspirasi, maka platform harus menjadi ruang yang aman.

"TikTok selalu memastikan penggunanya aman dan nyaman. Jadi, ada banyak langkah yang kami lakukan, misalnya saja lewat Panduan Komunitas,  yaitu sejumlah kebijakan atau aturan main tentang apa yang  boleh dan tidak boleh dilakukan di platform kami. Namanya kebijakan, apabila dilanggar, pasti ada konsekuensinya, dari penghapusan konten hingga pemblokiran akun untuk pelanggaran berat," jelas Edwin.

Ia menjelaskan juga tentang sistem moderasi yang merupakan gabungan antara moderasi berbasis mesin dan manusia untuk menilai konten. Selain itu, Edwin juga menambahkan bahwa fitur keamanan TikTok seperti ‘Laporkan’ dan ‘Blokir’ tersedia agar pengguna bisa langsung bertindak saat menemukan konten atau akun mencurigakan. Ada juga opsi filter kata kunci yang dapat diatur pada menu ‘Pengaturan & Privasi, Preferensi Konten ---> Filter Kata Kunci, fitur sederhana tapi berguna untuk mengurangi kemunculan jenis konten yang tidak diinginkan untuk hadir di laman FYP pengguna TikTok.

Edwin juga menjelaskan bahwa fitur pelaporan di TikTok bersifat anonim. Dengan begitu, pengguna bisa merasa aman dan tidak perlu khawatir saat melaporkan konten yang dinilai melanggar Panduan Komunitas atau berpotensi menjadi penipuan yang merugikan masyarakat.

Sebagai respons konkret terhadap meningkatnya kasus penipuan online yang semakin marak di ruang digital, TikTok meluncurkan kampanye bertajuk #PikirDuaKali untuk meningkatkan kewaspadaan pengguna. Edwin menggarisbawahi bahwa di era serba cepat ini, kebiasaan memproses informasi instan kerap dimanfaatkan oleh pihak tak bertanggung jawab.

"Karena kebiasaan kita memproses informasi secara cepat, celah ini dimanfaatkan oleh para bad actors atau orang nggak bertanggung jawab untuk memanipulasi kita. Nah melihat itu juga, OJK baru-baru ini merilis laporan tentang tren penipuan digital yang belakangan lagi muncul nih, dan kita lihat bahwa bukan cuma teknologi maupun fitur yang makin canggih dan berkembang, tapi ancamannya pun juga berkembang. Kalau dilihat dari laporan OJK, sekarang penipuan online itu bukan cuma fake call, fake giveaway, atau investasi bodong, tapi bahkan bisa menyasar situasi emosional kita," lanjut Edwin.

Dalam kampanye ini, TikTok berkolaborasi dengan Komdigi, Satgas PASTI, mitra telekomunikasi seperti IM3, dan mengajak kreator untuk membuat konten edukatif #PikirDuaKali. Di dalam aplikasi, pengguna juga bisa mengetikkan #PikirDuaKali di kolom pencarian untuk mengakses Pusat Panduan #PikirDuaKali, sumber informasi yang dibuat agar edukasi keamanan digital mudah ditemukan dan dipahami.

Lianna Nathania, kreator yang ikut serta dalam kampanye ini memberi perspektif kreatif soal pentingnya menyampaikan pesan serius dengan cara yang menarik agar audiens tetap engaged. 

"Tantangannya buat aku adalah gimana mengemas pesan penting itu tadi dengan cara yang tetap menarik penonton. Menurut aku keamanan digital ini penting, makanya aku sebagai creator merasa punya responsibility untuk ikut menyuarakan hal ini, salah satunya dengan ikut kampanye #PikirDuaKali dari TikTok," cerita Lianna.

TikTok mengajak masyarakat mengadopsi prinsip sederhana tapi efektif: Cek, Cegah, Cegat.

- Cek: Jangan terburu-buru. Verifikasi sumber informasi, akun, dan tautan sebelum klik atau membagikan.

- Cegah: Pelajari ciri-ciri penipuan seperti permintaan cepat transfer, janji hadiah tanpa proses yang jelas, alamat email atau nomor yang mencurigakan.

- Cegat: Laporkan akun atau konten mencurigakan lewat fitur Laporkan di aplikasi, atau hubungi otoritas terkait bila perlu.

Edukasi, kesadaran, dan fitur keamanan yang digunakan bersama-sama akan memperkecil risiko penipuan. Kampanye seperti #PikirDuaKali memberi sinyal penting, keamanan digital adalah tanggung jawab bersama platform, penyedia layanan, kreator, dan pengguna. Jadi, sebelum klik tautan itu atau mengirim data pribadi, ingat satu hal sederhana: #PikirDuaKali!

Temukan informasi selengkapnya tentang kampanye #PikirDuaKali dari TikTok klik di sini.