Tangisan Penemu Rafflesia Hasseltii di Hutan Sumpur Kudus, 13 Tahun Pencarian Terbayar Lunas

1 week ago 50

Liputan6.com, Jakarta - Sebuah video tentang penemuan bunga Rafflesia hasseltii yang diunggah akun Instagram resmi Oxford University menjadi viral. Dalam video tersebut, seorang pria terekam menangis tersedu-sedu di hadapan salah satu spesies bunga Rafflesia, bunga terbesar di dunia. Lelaki itu adalah Septian Andriki, seorang pegiat konservasi puspa langka asal Bengkulu.

Deki, panggilan akrabnya, mengaku penemuan bunga itu terasa emosional lantaran ia sudah mencarinya sejak 13 tahun lalu. Apalagi, perjalanan penemuan puspa langka itu tak mudah.

Ia mengungkapkan perjalanan tersebut merupakan ekspedisi ketiga yang dilakukannya bersama Chris Thorogood, seorang ilustrator botani asal Inggris. Sebagai ilustrator, Chris harus melihat langsung spesiesnya di tempat aslinya, bukan menggambar hanya berdasarkan foto.

Deki berkata Chris sudah pernah datang ke Indonesia pada 2021, tetapi hanya berhasil menemukan empat dari lima spesies Rafflesia utama di Bengkulu, yakni Rafflesia arnoldii, Rafflesia bengkulensi, Rafflesia gadutensis, dan Rafflesia kemumu. Hanya Rafflesia hasseltii yang tak berhasil dilihat di alam liar.

Chris akhirnya memutuskan kembali utk ekspedisi kedua pada 2022, tetapi ia lagi-lagi tak berhasil menemukan Rafflesia hasseltii. Baru pada 17 November 2025, ia dan Chris yang ditemani oleh warga setempat bernama Pak Iwan menemukan bunga langka itu hutan Sumpur Kudus, Sijunjung, Sumatera Barat.

"Chris dan Pak Iwan tiba duluan di lokasi. Saya baru nyampe, Pak Iwan bilang enggak mekar. Tapi saya lihat, pinggirnya udah buka. Itu udah malam. Makanya, saya histeris," tutur Deki kepada Lifestyle Liputan6.com, Jumat (21/11/2025).

Tumbuh di Habitat Harimau Sumatera

Deki menerangkan ekspedisi ketiga itu dimulai pada 15 November 2025. Ia dan Chris bersama seorang peneliti BRIN Joko Witono berangkat lewat jalur darat dari Bengkulu menuju lokasi yang dituju selama 20 jam.

Ia pikir perjalanannya akan mudah begitu sampai di Sijunjung. Faktanya, rombongannya harus mendaki bukit dengan kemiringan 90 derajat dan trek batu yang gampang lepas.

Di tengah jalan, Joko Witono memutuskan tak lanjutkan pendakian karena kelelahan. Deki pun harus mengantarkan peneliti BRIN itu kembali ke perkampungan warga mengingat meninggalkannya sendirian akan mempertaruhkan keselamatan. Pasalnya, hutan itu dikenal sebagai habitat harimau Sumatera.

Setelah selesai mengantarkan Joko, Deki kembali ke hutan mengejar Chris dan Pak Iwan yang terus melanjutkan perjalanan dengan berjalan santai. Mereka bertiga akhirnya berhasil menemukan bunga yang dimaksud saat hari sudah mulai gelap.

"Tapi kami enggak berhasil buat timelapse karena hanya satu baterai hape, no signal, dan di bukit tidak ada charging. Jadi, kami hanya dokumentasikan keperluan kami, video sedikit dan foto sedikit," sambungnya.

Harap-harap Cemas Bertemu Harimau

Dalam situasi tersebut, Deki dan Chris berkejaran dengan waktu. Malam semakin larut, berarti risiko bahaya bisa semakin meningkat, mengingat mereka ada di rumah harimau, predator utama di ekosistem hutan. Hewan itu dikenal aktif berburu pada malam hari dan mereka bertiga jelas tak ingin jadi santapannya.

"Saya dan Chris berusaha mendokumentasikan secepatnya, Pak Iwan harus monitoring sekitar, apa ada satwa mendekat ke arah kami," kata Deki.

Dalam situasi emosional, Deki hanya bisa mengucap takbir sebagai bentuk rasa syukur atas rezeki yang sudah dinantikannya sejak lama. "Dengan 13 tahun itu, saya pikir terbayar," ujarnya.

Chris lalu mengunggah penemuan berharga itu di akun Instagram @oxford_uni. Tak diduga, media internasional tertarik pada cerita itu. Konten tentang penemuan Rafflesia hasseltii yang diunggah ke Youtube juga berhasil ditonton lebih dari lima juta kali. "Ini sangat gila," serunya.

Antusiasme pihak internasional pada Rafflesia menambah keyakinan Deki tentang pelestarian puspa langka. Spesies itu bagaimana pun bisa memberi penghidupan bagi warga sekitar bila dijaga dengan baik.

Rafflesia Bukan Bunga Bangkai

Ketertarikan Deki pada Rafflesia dilatari salah kaprah yang ditemukannya di buku pelajaran sekolah. Disebutkan bahwa bunga itu adalah sama dengan bungai bangkai, padahal bukan.

"Bunga bangkai itu Aracea, bunga kibut. Itu rata-rata jadi bunga tertinggi di dunia di Indonesia. Tingginya bisa sampai empat meter. Sedangkan Rafflesia, itu bunga terbesar di dunia. Dia spora obligat, butuh inang. Siklus hidupnya unik. Dua kali berdaun, total empat tahun, baru mekar jadi bunga," jelasnya.

Berbekal kecintaan dan pengetahuan, ia kini sering memandu tamu untuk berekspedisi di hutan. Tidak selalu Rafflesia, ia juga akan menunjukkan satwa dan puspa endemik lainnya kepada mereka yang tertarik mempelajari isi hutan. Ia pun memperoleh penghasilan dari jalan-jalan tersebut.

Namun yang terpenting bagi Deki adalah, muncul kesadaran orang Indonesia untuk melestarikan hutan dengan maksimal. "Banyak anak-anak tidak tahu bunga bangkai dan bunga Rafflesia itu tidak sama. Bunga Rafflesia dan bunga bangkai juga masuk daftar merah UCN, apakah beberapa tahun ke depan kita dapat melihat kembali?"

Read Entire Article
Online Global | Kota Surabaya | Lifestyle |