Seluruh Bandara di Filipina Berstatus Siaga Tinggi Akibat Badai Tropis Fung-wong

5 hours ago 6

Liputan6.com, Jakarta - Otoritas Penerbangan Sipil Filipina (Caap) telah meningkatkan kewaspadaan seluruh operasional bandara sebagai persiapan menghadapi Badai Tropis Fung-wong. Badai itu diperkirakan akan semakin intensif dan memasuki wilayah tanggung jawab Filipina (PAR), akhir pekan ini.

Dalam sebuah imbauan pada Jumat (7/11/2025), Direktur Jenderal Caap, Raul del Rosario, menginstruksikan seluruh pengelola bandara "mengaktifkan rencana kesiapsiagaan dan respons darurat masing-masing guna memastikan keselamatan penumpang, pesawat, dan fasilitas bandara," melansir Inquirer.

Sementara itu, Caap mengatakan, tidak ada pembatalan penerbangan yang dilaporkan di bandara mana pun hingga artikel ini ditulis. Badai Tropis Fung-wong diperkirakan akan memasuki PAR pada tengah malam atau dini hari Sabtu, 8 November 2025, menurut Badan Layanan Atmosfer, Geofisika, dan Astronomi Filipina.

Setelah siklon tersebut memasuki PAR, itu akan diberi nama lokal Uwan. Badai tropis dahsyat ini diperkirakan akan terus menguat dan mencapai kategori topan dalam 24 jam ke depan, serta topan super pada Sabtu malam atau Minggu pagi. Badai ini mungkin akan mendarat pada Senin, 10 November 2025, di Luzon Utara atau Tengah.

Dua puluh lima provinsi di Luzon dan Visayas diperkirakan akan mengalami hujan lebat pada Minggu akibat siklon tersebut. Pada Kamis, 6 November 2025, Presiden Filipina, Ferdinand R. Marcos Jr., mengumumkan status darurat nasional karena kerusakan luas yang disebabkan Topan Tino alias Kalmaegi dan untuk mengantisipasi kemungkinan dampak dari topan dahsyat yang mengancam.

Dampak Topan Kalmaegi

Topan Kalmaegi menewaskan sedikitnya 114 orang dan ratusan lainnya masih hilang di wilayah tengah negara itu—menjadikannya bencana alam paling mematikan di Filipina tahun ini. Sebagian besar korban meninggal akibat tersapu banjir bandang.

Lebih dari 127 orang dilaporkan hilang, terutama di Provinsi Cebu yang mengalami kerusakan terparah. Setelah melintasi wilayah Kepulauan Filipina pada Rabu, 5 November 2025, Kalmaegi bergerak menuju Laut China Selatan.

Kantor Pertahanan Sipil Filipina menyebut, hampir dua juta penduduk terdampak langsung topan ini, dengan lebih dari 560 ribu warga terpaksa mengungsi. Sekitar 450 ribu di antaranya kini berlindung di pusat-pusat penampungan darurat.

Deklarasi darurat bencana nasional memungkinkan pemerintah negara itu mempercepat pencairan dana darurat, serta mengendalikan penimbunan barang dan lonjakan harga kebutuhan pokok. Pengumuman itu disampaikan Marcos dalam pertemuan dengan para pejabat penanganan bencana untuk mengevaluasi dampak kerusakan.

Korban Meninggal Dunia Akibat Topan di Filipina

Di antara korban tewas akibat Topan Kalmaegi, terdapat enam anggota Angkatan Udara Filipina yang meninggal setelah helikopter mereka jatuh di Agusan del Sur, Selasa, 4 November 2025. Helikopter tersebut tengah membawa bantuan kemanusiaan menuju wilayah terdampak. Pihak militer belum mengumumkan penyebab kecelakaan.

Di Cebu, Kalmaegi memicu banjir dahsyat yang membuat sungai meluap dan permukiman terendam. Banyak warga menyelamatkan diri ke atap rumah sambil meminta pertolongan ketika air terus naik.

Menurut Kantor Pertahanan Sipil, sedikitnya 71 orang meninggal di Cebu—kebanyakan akibat tenggelam—sementara 65 orang masih hilang dan 69 lainnya luka-luka. Di provinsi terdekat, Negros Occidental, 62 orang juga dilaporkan hilang.

"Kami sudah melakukan segala yang kami bisa, tapi banjir bandang ini benar-benar di luar dugaan," kata Gubernur Cebu, Pamela Baricuatro, pada AP, rangkum kanal Global Liputan6.com. Ia menambahkan bahwa aktivitas penambangan selama bertahun-tahun yang menyumbat aliran sungai, serta proyek pengendalian banjir yang buruk semakin memperparah situasi.

Belum Sepenuhnya Pulih dari Gempa

Dalam beberapa bulan terakhir, proyek-proyek pengendalian banjir di berbagai daerah yang terbukti korup atau tidak pernah dibangun memicu gelombang kemarahan publik di Filipina.

Cebu sendiri masih belum pulih sepenuhnya dari gempa berkekuatan 6,9 magnitudo pada 30 September 2025, yang menewaskan lebih dari 79 orang. Ribuan warga yang sebelumnya mengungsi akibat gempa telah dipindahkan dari tenda-tenda darurat ke tempat penampungan yang lebih kokoh sebelum Kalmaegi melanda, sehingga wilayah itu terhindar dari bencana ganda.

Di sisi lain, kondisi laut yang berbahaya membuat kapal feri dan kapal penangkap ikan dilarang beroperasi. Akibatnya, lebih dari 3.500 penumpang dan sopir truk terdampar di sekitar 100 pelabuhan. Setidaknya, 186 penerbangan domestik juga terpaksa dibatalkan.

Read Entire Article
Online Global | Kota Surabaya | Lifestyle |