Save Gajah Seblat, Suara dari Rumah Terakhir Gajah Sumatra di Bengkulu

4 hours ago 4

Liputan6.com, Jakarta - Bentang Seblat di Bengkulu tengah berjuang mempertahankan jantung hutannya. Di balik rindangnya pepohonan tropis dan suara burung yang bersahutan, hidup kawanan gajah Sumatra, satwa cerdas yang kini hanya tinggal cerita di banyak tempat lain.

Tapi di sini, cerita itu belum berakhir. Masyarakat dari Forum Kawasan Ekosistem Esensial (KEE) Koridor Gajah Seblat menulis surat terbuka penuh emosi untuk Menteri Kehutanan Raja Juli Antoni, berisi seruan agar negara tidak tinggal diam terhadap pembabatan hutan yang terus terjadi.

"Kami tak rela rimba dan gajah Sumatra tinggal cerita," tulis Forum KEE dalam surat terbuka di akun Instagram-nya, Senin, 3 November 2025. Kalimat sederhana, namun kuat, jadi wujud keputusasaan sekaligus cinta terhadap rumah terakhir bagi satwa yang kian terpojok.

Melalui tagar #SaveGajahSeblat, gerakan ini menggema di media sosial, mengundang dukungan publik agar pemerintah segera bertindak menyelamatkan hutan habitat gajah terakhir di Bengkulu.

"Kami dari Forum Kawasan Esensial (KEE) Koridor Gajah Seblat menyampaikan beberapa hal penting terkait keterancaman hutan habitat 'rumah' gajah Sumatra terakhir di wilayah Provinsi Bengkulu," lanjutnya.

Koridor Gajah Seblat di Bengkulu, yang dibentuk sejak 2017 melalui SK Gubernur Bengkulu No. S.497.DLHK.2017, menyimpan harapan besar untuk pelestarian gajah Sumatra liar. Tujuannya mulia: memastikan konektivitas hutan agar satwa ini memiliki ruang jelajah yang aman dan terhubung.

Puncaknya pada 2020, dicanangkan koridor gajah seluas 80.987 hektare sebagai penghubung antarfragmen hutan. Namun, kenyataan di lapangan tidak demikian, mereka mengklaim.

Bentang Seblat, Rumah Gajah yang Terancam

Temuan terbaru Forum KEE Koridor Gajah Seblat pada Oktober 2025 menunjukkan adanya perusakan hutan secara besar-besaran. Ironinya, kerusakan ini terjadi di kawasan yang seharusnya dilindungi.

Di wilayah konsesi PT Anugerah Pratama Inspirasi (API), hutan seluas 14.183 hektare lenyap, berganti rupa jadi semak, kebun sawit, dan lahan terbuka. Kondisi serupa terjadi di wilayah PT Bentara Arga Timber (BAT), di mana 3.043 hektare telah beralih fungsi jadi area non-hutan.

Yang paling memprihatinkan, kawasan ini adalah bagian dari program konservasi nasional bernama CONVERSE, yang secara spesifik berfokus pada pelestarian satwa langka, seperti gajah Sumatra. Kenyataannya di lapangan berbanding terbalik dengan janji pelestarian tersebut, meninggalkan habitat gajah dalam kondisi kritis.

Ketika Hutan Ditebang, Gajah Kehilangan Rumah

Forum KEE Koridor Gajah Seblat menegaskan, ini "bukan sekadar angka statistik, melainkan tragedi ekologis." Melalui surat terbuka di akun Instagram mereka, pihaknya menyatakan keprihatinan yang mendalam, menulis, "Saat surat ini kami tulis, pembangkalan dan penghancuran hutan tropis di Bentang Seblat Bengkulu masih terus terjadi!"

Forum KEE mendesak Menhut mengambil tindakan tegas. Tuntutan utama mereka adalah pencabutan izin konsesi PBPH PT API dan PT BAT. Kedua perusahaan ini dinilai telah gagal total dalam mengamankan wilayah kerja mereka, bahkan membiarkan perambahan masif terjadi.

Desakan ini berlandaskan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, yang secara eksplisit mewajibkan pemegang izin untuk menjaga dan melestarikan hutan di tempat usahanya. Selain itu, mereka juga menuntut evaluasi total terhadap implementasi proyek konservasi nasional CONVERSE.

#SaveGajahSeblat Jadi Simbol Harapan

Tagar #SaveGajahSeblat telah bertransformasi melampaui sekadar tulisan di media sosial. Ungkapan itu jadi simbol perlawanan dan cinta terhadap Bumi, pengingat bagi publik bahwa di balik setiap pohon yang hilang, ada kehidupan satwa liar yang terancam.

Forum KEE Koridor Gajah Seblat meminta kawasan koridor gajah di Bentang Seblat dinaikkan statusnya jadi Suaka Margasatwa. Langkah ini dinilai krusial untuk memberi perlindungan hukum yang lebih kuat, bukan hanya bagi gajah Sumatra, tapi juga harimau Sumatra.

Mengakhiri surat terbukanya dengan harapan besar, Forum KEE menulis, "Demikian surat ini, setelah menerima dan membacanya, kami menunggu tindakan tegas dari negara untuk menyelamatkan hutan habitat gajah tersisa di Bengkulu."

Read Entire Article
Online Global | Kota Surabaya | Lifestyle |