Riset Menjanjikan Dosen ITB Helen Julia, Manfaatkan Spirulina dan Teknologi Membran untuk Kelola Air Limbah Sawit

2 weeks ago 35

Liputan6.com, Jakarta - Sebagai peneliti perempuan di bidang sains, Helen Julia, PhD, gelisah dengan air limbah sawit yang belum tertangani dengan baik di Indonesia. Ia pun putar akal memanfaatkan pengetahuannya soal teknologi membran yang dipelajari sejak S1 dan spirulina -sejenis ganggang yang hidup di air.

Dalam paparannya seusai menerima penghargaan L'Oreal UNESCO For Women in Science 2025, ia menjelaskan bahwa setiap produksi satu ton minyak sawit mentah, dihasilkan 5--7 ton air limbah. Jumlahnya bertambah banyak seiring produksi yang meningkat, terlebih Indonesia merupakan salah satu produsen sawit terbesar di dunia.

"Saat ini, air limbah diolah dengan cara yang konvensional, dengan kolam-kolam yang ukurannya sangat besar dan mengandalkan sinar matahari untuk menguapkannya," kata Helen di Jakarta, Rabu, 12 November 2025.

Ide memanfaatkan nanofiltrasi untuk teknologi membran foto bioreaktor muncul sejak tiga tahun lalu. Lewat penelitian awal, ia melihat potensi besar terkait pengolahan limbah sawit yang lebih maju. Hanya saja, hasil kinerja pengolahan limbah itu masih perlu ditingkatkan karena air belum bisa langsung dibuang ke lingkungan.

Dalam penelitian lanjutan, pihaknya akan memanfaatkan spirulina untuk mengolah limbah kelapa sawit secara lebih holistik. "Kalau kita lihat komponennya, dia (air limbah) itu masih mengandung beberapa zat yang merupakan makanan dari mikroalga. Jadi kami menggunakan mikroalga spirulina itu, supaya dia masuk ke air limbah dan dia memakan bahan-bahan yang kita sebut polutan, tapi buat dia makanan. Jadi nanti akhirnya, selain kita punya air limbah yang sudah diolah, kita juga akan punya spirulina," ia menguraikan.

Peluang Manfaatkan Spirulina sebagai Biofuel

Helen menyatakan, spirulina selama ini dikenal sebagai single cell protein yang banyak dikonsumsi untuk kesehatan tubuh. Namun berdasarkan kajian yang dilakukannya, mikroalga itu ternyata juga berpotensi untuk diolah sebagai bahan bakar nabati atau biofuel.

"Selama ini, kita kenal biofuel-nya dari kelapa sawit. Nah, spirulina dapat juga menjadi biofuel karena mengandung lemak, tapi mungkin jumlah spirulinanya harus banyak ya," kata Helen.

Dosen Teknik Kimia dan Teknik Pangan ITB itu memerlukan kajian lebih lanjut sebelum memanfaatkan spirulina nantinya untuk biofuel, utamanya terkait keekonomiannya. "Cuma kalau kami lihat dari struktur-strukturnya, dari komponen-komponen itu, memungkinkan," kata dia.

Kebutuhan biofuel seiring waktu semakin meningkat seiring perubahan cara beroperasi berbagai sektor industri. Di dunia aviasi misalnya, bahan bakar nabati dianggap lebih ramah lingkungan dibandingkan menggunakan avtur konvensional yang beremisi karbon tinggi. Sayangnya, harga bioavtur sejauh ini masih menantang lantaran angkanya masih tinggi dan berimbas pada harga tiket pesawat.

4 Perempuan Peneliti Raih Penghargaan For Science in Women 2025

Selain Helen, ajang For Women in Science 2025 juga menganugerahkan penghargaan kepada tiga peneliti perempuan lainnya. Berbeda dari Helen, ketiga koleganya yang lain memfokuskan penelitian pada bidang kesehatan.

Dr. Maria Apriliani Gani yang merupakan dosen dan peneliti di Sekolah Farmasi, ITB, mengembangkan model seluler untuk terapi osteoporosis berbasis tanaman obat lokal, khususnya jahe dan daun katuk. Ia mengembangkan model seluler yang meniru kondisi osteoporosis akibat stres oksidatif untuk mempercepat penemuan obat antiosteoporosis berbasis tanaman obat.

Sementara, Dr.rer.nat. Lutviasari Nuraini yang saat ini menjadi peneliti di Pusat Riset Metalurgi, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengembangkan material paduan Magnesium–Zinc–Rare Earth Element (Mg–Zn–Nd) untuk aplikasi implan mampu luruh (biodegradable implant) yang dapat terurai secara alami setelah tulang pulih. Penelitiannya berpotensi mendukung kemandirian produksi implan nasional dan hilirisasi sumber daya alam Indonesia.

Terakhir, Anak Agung Dewi Megawati, Ph.D merupakan dosen Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Warmadewa yang mengembangkan terapi berbasis mRNA inovatif yang dirancang sebagai antivirus bersifat broad-spectrum. Penelitian ini berpotensi menghasilkan platform terapiutik baru yang efektif terhadap berbagai virus, dan menjadi terobosan besar dalam pengendalian penyakit infeksi tropis. 

150 Proposal Penelitian Masuk Seleksi For Women in Science 2025

Ketua Dewan Juri For Women in Science 2025 Prof. dr. Herawati Sudoyo, MD., Ph.D. mengungkapkan bahwa panitia tahun ini menerima hampir 150 proposal penelitian dari beragam daerah, bahkan juga Eropa. Dewan juri kemudian menyeleksi pemenang berdasarkan sejumlah aspek. 

"Selain kebermanfaatan bagi bangsa, perempuan peneliti terpilih menunjukkan track record yang mengagumkan dan memiliki potensi kolaborasi. Karena tanpa kolaborasi di zaman ini, penelitian hampir mustahil terealisasi," ujarnya.

Proses penjurian juga mempertimbangkan aspek kebaruan, metode penelitian yang digunakan, track record dan potensi dampaknya terhadap dan untuk Indonesia. "Dewan juri melihat potensi besar dari keempat proposal pemenang atas solusi untuk menyelamatkan kehidupan," imbuh dia.

Selama lebih dari 22 tahun berjalan, 79 perempuan peneliti telah mendapatkan dukungan untuk berkontribusi di berbagai bidang keilmuan sekaligus menciptakan multiplier effect yang menumbuhkan generasi baru ilmuwan perempuan di seluruh Indonesia. Para pemenang tahun ini masing-masing mendapatkan total dukungan pendanaan riset senilai Rp400.000.000, dan kesempatan berjejaring dengan komunitas perempuan peneliti terbesar di dunia.

Read Entire Article
Online Global | Kota Surabaya | Lifestyle |