Rentang Lawang di Kota Udang, FKSM 2025 Soroti Cirebon Sebagai Lokasi Persilangan Budaya nan Kaya di Indonesia

Liputan6.com, Jakarta - Festival Komunitas Seni Media (FKSM) 2025 resmi dibuka di Cirebon, menandai perhelatannya yang keempat. Mengusung tema Rentang Lawang, acara tersebut menempati lokasi Kompleks Gudang Pelabuhan PT Pelindo Cirebon.

Dalam rilis yang diterima Lifestyle Liputan6.com, Selasa, 18 November 2025, FKSM dirancang sebagai sebuah perjalanan kolektif dan ruang perjumpaan bagi para pelaku seni, komunitas, peneliti, pendidik, pembuat kebijakan, dan publik untuk saling belajar serta memantik gagasan baru dalam ekosistem seni media.

"Festival Komunitas Seni Media ini merupakan platform yang dikembangkan oleh Kementerian Kebudayaan dan akan terus kami kembangkan agar ekspresi budaya kita yang begitu kaya dan beragam dari Sabang sampai Merauke makin relevan," kata Menteri Kebudayaan (Menbud) Fadli Zon saat membuka acara itu pada Senin, 17 November 2025.

Tema "Rentang Lawang" yang diusung FKSM 2025 diproyeksikan sebagai "lawang" atau pintu yang terbuka. Tema ini digagas enam anggota dewan kurator, yaitu Bob Edrian, Ignatia Nilu, Izhar Fathurrohim Wijaya, Mega Nur, Shohifur Ridho'i, dan Christine Toelle. 

Festival ini tidak hanya dirancang untuk disaksikan, tetapi juga mengajak pengunjung untuk "mengalami" spektrum ragam lintasan sejarah negara kepulauan (archipelago). Pengalaman ini dipadukan dengan sentuhan teknologi dalam konteks masa lampau, kini, dan masa depan, yang semuanya berpusat di Kota Cirebon.

Pembukaan FKSM 2025 ditandai dengan prosesi simbolis pencurahan air dari kendi yang berasal dari sembilan mata air di Cirebon ke dalam sebuah bejana. Menbud menjadi yang pertama menuangkan air yang berasal dari Masjid Agung Sang Cipta Rasa. Prosesi ini diikuti oleh perwakilan keluarga besar Kesultanan Cirebon (Keraton Kanoman, Kesepuhan, Kacirebonan, dan Kaprabonan), Wali Kota Cirebon Effendi Edo, Dirjen Ahmad Mahendra, General Manager PT Pelindo Regional 2 Cirebon Darwis, dan Staf Khusus Menteri Annisa Rengganis.

Direktur festival sekaligus anggota dewan kurator, Yudi Ahmad Tajudin, menuturkan hal penting yang dibentang oleh FKSM. "Bagaimana seni media bisa berdialog dengan tradisi dan lokalitas dalam penciptaan karya seni, membuka jalan bagi penciptaan intelektual properti sebagai bagian dari penguatan ekonomi kreatif berbasis nilai lokal," jelasnya. 

Pemilihan Kota Cirebon sebagai lokasi bukanlah tanpa alasan. Cirebon memiliki sejarah panjang yang tumbuh melalui beragam pertemuan antarwilayah dan berbagai kebudayaan, seperti Jawa, Sunda, Arab, Tionghoa, dan Eropa. Dengan warisan silang-budaya yang kuat dan terus berkembang, Cirebon dinilai menjadi tempat yang tepat untuk merayakan semangat keterhubungan serta dinamika kebudayaan yang senantiasa hidup dan mengakar di tengah masyarakat.

Menbud pun mengapresiasi FKSM yang dinilainya telah menghasilkan pertunjukan ekspresi budaya artistik bernilai tinggi, serta menjadi ruang dialog yang mendorong kolaborasi lintas disiplin. Menbud menggarisbawahi bahwa kekayaan budaya Indonesia bukan sekadar keberagaman, melainkan sebuah "mega-keberagaman". Ia berharap ruang budaya ini dapat menjadi cultural enclave yang terus menghadirkan karya seni media baru sebagai cara baru dalam memahami dunia.

Sebagai tuan rumah, Wali Kota Cirebon, Effendi Edo, menyambut hangat para tamu dan partisipan. "Selamat datang di Kota Cirebon, kota persilangan budaya dan sejarah. Selamat datang di Pelabuhan Pelindo Regional 2 Cirebon, saksi bisu denyut nadi perdagangan dan peradaban sejak dahulu," ucapnya. 

Effendi juga menyampaikan apresiasi atas terpilihnya Cirebon sebagai tuan rumah. Mewakili pemerintah daerah, ia mendukung penuh acara yang digagas Kementerian Kebudayaan ini. "Kolaborasi ini membuktikan bahwa pemajuan kebudayaan adalah tanggung jawab bersama," kata Effendi. 

Dalam kesempatan yang sama, Direktur Jenderal Pengembangan, Pemanfaatan, dan Pembinaan Kebudayaan, Ahmad Mahendra, berpesan agar ruang publik budaya yang telah dibangun ini dapat terus dirawat. "Kami dari Kementerian Kebudayaan ingin menghubungkan warisan budaya masa lalu, masa kini, dan masa depan, termasuk membuat cagar budaya menjadi tempatnya komunitas. Mohon dirawat, menjadi public space untuk masyarakat," tutur Mahendra.

Pada malam pembukaan, para tamu undangan yang memadati halaman gudang 101 Pelabuhan PT Pelindo disuguhi penampilan bertajuk "Sangga Sangga". Pertunjukan ini merupakan hasil kolaborasi Saeroji, Ade Bedul, Tri Novita, video mapping 9 Matahari, sembilan musisi, dan sembilan penari. 

Gerak tari, instrumen musik tradisi dan modern, serta narasi, berpadu harmonis dengan sentuhan teknologi yang disorot melalui video mapping. Selama festival berlangsung, terdapat 22 karya eksperimentasi seni media yang dipamerkan, terdiri dari delapan karya individu, sembilan karya kolaborasi, dan tiga karya kolektif. 

Dihadirkan pula dua segmen khusus, yakni lukisan kaca dan pameran fotografi, serta pameran hasil lokakarya silang-media yang mempertemukan pelaku lintas disiplin dari Cirebon, Indramayu, dan Kuningan. Festival ini juga dimeriahkan oleh delapan penampil dalam gelaran Panggung Senja.