Ratu Sirikit Kitiyakara Berjasa Menduniakan Sutra Thailand, Pernah Dijuluki Ratu Tercantik di Dunia

Liputan6.com, Jakarta - Ratu Sirikit Kitiyakara meninggal dunia pada usia 93 tahun. Meski begitu, jasa ratu kesayangan Raja Rama IX masih diingat dengan baik, terutama terkait promosi sutra Thailand.

Mengutip The Star, Minggu (26/10/2025), kiprahnya diawali saat mendampingi Raja Rama IX melakukan kunjungan diplomatik ke Amerika Serikat dan Eropa pada 1960. Saat itu, Thailand merupakan pemain kunci dalam Organisasi Perjanjian Asia Tenggara (SEATO) yang bertujuan untuk melawan komunisme di kawasan tersebut.

Sementara Raja Rama IX berfokus pada aspek politik dari lawatan tersebut, Ratu Sirikit memanfaatkan kesempatan tersebut untuk memperkenalkan dunia pada warisan budaya Thailand yang kaya, khususnya sutra Thailand. Sebelum lawatan ini, sutra Thailand tidak dianggap modis. Sutra Thailand seringkali dianggap kuno atau tradisional. Namun, Ratu Sirikit memiliki visi yang berbeda.

Alih-alih hanya mengenakan sutra Thailand, ia mengubahnya menjadi pernyataan keanggunan modern. Bermitra dengan desainer Prancis Pierre Balmain, ia menciptakan gaun-gaun mewah nan anggun yang terbuat dari sutra Thailand, memadukan gaya klasik Prancis dengan keahlian lokal.

Hasilnya adalah revolusi mode. Sutra Thailand pun berubah dari kain tradisional menjadi pernyataan mode kelas atas.

Karya-karya Ratu Sirikit dipamerkan di ibu kota mode paling bergengsi, termasuk Paris, dengan pers Prancis menjulukinya 'ratu tercantik di dunia'. Gaun-gaunnya bukan sekadar pakaian, melainkan menjadi simbol budaya dan identitas Thailand.

Ia mampu mengubah persepsi sutra Thailand dari kerajinan masa lalu menjadi simbol keanggunan dan modernitas, yang menarik perhatian dunia. Usaha-usahanya tidak hanya berhenti di dunia mode.

Dengan mengangkat sutra Thailand ke panggung dunia, Ratu Sirikit memicu permintaan global akan kain tersebut, yang pada gilirannya memberdayakan para perajin pedesaan Thailand. Para perajin yang dulunya bekerja dalam ketidakjelasan, mendapati karya mereka dihargai di skala global. Hal itu membantu melestarikan seni menenun sutra, memastikannya terus diwariskan dari generasi ke generasi.

Strategi itu semestinya juga bisa dipakai Indonesia untuk mempromosikan kekayaan wastra yang sangat beragam. Pasalnya, masih sedikit wastra yang muncul di peragaan busana dunia maupun dilirik brand global, contohnya tenun endek dijadikan motif tas Christian Dior.

Pencapaian Ratu Sirikit dengan sutra Thailand dinilai sebagai bukti mode bisa digunakan sebagai alat diplomasi. Melalui busana kerajaannya, ia memberi tahu dunia siapa Thailand dan apa yang diwakilinya. Ia menciptakan jembatan antarbudaya, memamerkan keindahan kerajinan dan budaya Thailand, sekaligus mempererat hubungan internasional.

Saat ini, warisannya berlanjut di Museum Tekstil Ratu Sirikit di Bangkok, tempat koleksi kostum tradisional Thailand-nya yang memukau dipamerkan untuk dilihat semua orang. Museum ini menjadi bukti dampaknya terhadap budaya Thailand dan kancah mode global.

Desain yang rumit dan penggunaan sutra Thailand yang elegan melestarikan visi Ratu, memungkinkan generasi mendatang untuk menghargai kontribusinya terhadap mode dan budaya. Pengaruh Ratu Sirikit hidup dalam setiap helai sutra Thailand. Ia tetap menjadi simbol kebanggaan dan keanggunan nasional, dengan perempuan dan perajin Thailand terus menginspirasi dunia.

Melansir pemberitaan livemint, Sabtu, 25 Oktober 2025, Sirikit sudah lama absen dari muka publik akibat menderita penyakit stroke sejak 2012. Ia lahir pada 1932, era Thailand bertransisi dari monarki absolut menjadi monarki konstitusional.

Nama lengkapnya adalah Sirikit Kitiyakara, putri duta besar Thailand untuk Prancis. Saat remaja, Sirikit belajar musik dan bahasa di Paris lalu bertemu Raja Bhumibol Adulyadej, dikenal pula sebagai Rama IX, yang menghabiskan sebagian masa kecilnya di Swiss.

"Itu adalah kebencian pada pandangan pertama," kenang Sirikit Kitiyakara dalam film dokumenter BBC. "Lalu itu adalah cinta," imbuhnya. Keduanya bertunangan pada 1949 dan menikah setahun kemudian. Kala itu, Sirikit Kitiyakara berusia 17 tahun.

Sirikit Kitiyakara mendampingi Bhumibol selama 70 tahun memerintah Thailand. Ia dikenal karena keanggunan dan selera modenya kerap mencuri perhatian. Majalah Time mencatat penampilannya sebagai 'langsing dan feminis sejati'.