Proyek The Cianjur Experience, Kolaborasikan Kopi dengan Narasi Sejarah dan Musik Tradisi

Liputan6.com, Jakarta - Banyak potensi ekonomi kreatif yang bisa digali dari Cianjur. Salah satunya adalah kopi. Tapi, Yayasan Rawindra Kata Hara tak ingin kopi dipromosikan seperti pada umumnya. Terinspirasi semangat intelektual penulis biografi ternama mendiang Ramadhan K.H., mereka menyusun pilot project 'The Cianjur Experience'. 

Proyek itu bertujuan mengintegrasikan musik tradisi, kopi dan narasi sejarah lokal. Kabupaten Cianjur dipilih sebagai studi awal, dengan fokus pada Musik Cianjuran, kopi Cianjur, dan narasi sejarah yang menghubungkan budaya dan ekonomi kreatif daerah.

"Kami ingin mendorong musik tradisi ke permukaan dengan menggunakan kopi sebagai medium. Musik Cianjuran kami tempatkan sejajar dengan komoditas kopi Cianjur agar keduanya menjadi satu identitas daerah yang kuat," kata pendiri Yayasan Rawindra Kata Hara Gilang Ramadhan saat audiensi dengan Menteri Ekonomi Kreatif (Menekraf) Teuku Riefky Harsya dalam rilis yang diterima Lifestyle Liputan6.com, beberapa waktu lalu.

"The Cianjur Experience ini bukan hanya soal kopi atau musik, tapi tentang bagaimana Indonesia bisa percaya diri menjual sejarah, nilai, dan narasi budayanya ke dunia," imbuh Gilang.

Perwakilan yayasan, Aming Sukandar, menambahkan bahwa strategi promosi baru diperlukan untuk menaikkan pamor ekspor kopi Indonesia ke luar negeri. Menurutnya, potensi ekspor belum optimal karena penyerapan kopi di pasar domestik jauh lebih besar dibandingkan dengan ekspor.

"Padahal di balik itu, ada ratusan ribu tenaga kerja yang menggantungkan hidup di sektor kopi, dari PTPN hingga Perhutani. Harapan kami pemerintah bisa hadir secara nyata di dunia kopi, agar potensi besar ini bisa terkelola dan bernilai tambah bagi masyarakat," ujar Aming.

Pihak yayasan menawarkan proposal itu kepada Kementerian Ekonomi Kreatif (Kemenekraf) yang disambut baik pemerintah. Terlebih, ide tersebut memberi penyegaran terkait promosi kopi daerah dari sebelumnya hanya fokus menjual komoditas menjadi menjadi menawarkan pengalaman budaya yang utuh dan mendalam. 

Menekraf meyakini bahwa kekuatan narasi menjadi strategi kunci dalam mendongkrak investasi di subsektor ekonomi kreatif. "Investasi subsektor ekraf di semester pertama tahun ini mencapai 66 persen. Harapannya angka ini terus meningkat melalui program seperti ini, yang mengusung strategi storytelling dalam memasarkan produk kreatif berbasis kearifan lokal," ujarnya.

Kementerian Ekraf melihat program ini sangat sejalan dengan target kinerja utama mereka, terutama dalam hal kontribusi terhadap penyerapan tenaga kerja, peningkatan investasi, dan mendorong nilai ekspor. Menekraf, Teuku Riefky Harsya, menegaskan komitmen kementeriannya untuk menyukseskan program ini dengan berperan sebagai koordinator utama.

"Agar dampaknya bisa konkret dan luas, kami tidak bisa bekerja sendiri, banyak pihak yang perlu dilibatkan. Kami siap menjadi orkestrator untuk menguatkan sinergi lintas kementerian dan lintas subsektor dalam mendukung program ini," ujar Menekraf.

Pilot project ini diproyeksikan untuk menjangkau pasar lokal hingga global melalui aktivasi domestik dan dilanjutkan dengan aktivasi internasional. Ketua Harian Yayasan Aldino Putra menjelaskan rencana proyek ini sebagai percontohan yang akan direplikasi ke berbagai daerah.

"Proyek di Cianjur ini akan menjadi blueprint untuk nantinya bisa direplikasi ke kota-kota lain seperti Jakarta, Palu, NTT, Bali untuk mengangkat keunggulan daerah masing-masing dan memberdayakan masyarakatnya. Lalu di fase kedua, kami ingin bisa adakan aktivasi di empat kota, yaitu Vancouver, Los Angeles dan New York, dan Oslo," jelas Aldino.

Melalui penjajakan kolaborasi ini, Kementerian Ekraf memperkuat perannya menjadikan ekonomi kreatif sebagai the new engine of growth yang inklusif dan berkelanjutan, dengan mendorong ekosistem kreatif yang berakar dari kearifan lokal, potensi daerah, dan kolaborasi lintas subsektor.

Industri kopi Indonesia, meski menunjukkan pertumbuhan dan kolaborasi yang kuat dari hulu ke hilir, tetap menghadapi tantangan-tandangan monumental. Kondisi ini terutama dipicu kenaikan harga biji kopi global yang ekstrem dan perubahan iklim.

Harga biji kopi di pasar global dilaporkan telah mencapai titik tertinggi. Harga rata-rata kopi bubuk di Amerika Serikat (AS) melonjak 41 persen pada September 2025, sebagian besar karna kondisi cuaca ekstrem, seperti kekeringan yang melanda daerah-daerah produsen utama.

Tantangan kenaikan harga biji kopi ini tidak terlepas dari dampak perubahan iklim global. Co-founder Jakarta Coffee Week (Jacoweek), Hendri Kurniawan, mengungkap bahwa krisis iklim membuat produksi kopi berkurang dan harganya jadi semakin tinggi.

"Kita semua harus menjaga hutan kita dan manusianya," ujar Felix saat jumpa pers JCW 2025 di Jakarta, Selasa, 28 Oktober 2025. Menjaga manusia di sektor ini berarti juga memberi perhatian pada para petani.