Potensi Penutupan Wilayah Udara Amerika Mengancam Jutaan Penerbangan Internasional dan Domestik

3 weeks ago 55

Liputan6.com, Jakarta - Situasi perjalanan udara di Amerika Serikat (AS) sedang menghadapi potensi kekacauan yang belum pernah terjadi sejak tragedi 11 September 2001. Penutupan pemerintah AS yang mencapai rekor 36 hari telah menimbulkan dampak yang meluas, merambat dari Washington D.C. hingga ke bandara-bandara di seluruh negeri.

Melansir Euronews, Kamis, 6 November 25, isu ini meningkat jadi kekhawatiran keamanan nasional ketika Menteri Transportasi AS, Sean Duffy, secara terbuka menyatakan kemungkinan bahwa sebagian wilayah udara AS bisa ditutup jika kebuntuan anggaran terus berlanjut.

Peringatan ini sontak meningkatkan prospek gangguan yang belum pernah terjadi sebelumnya bagi jutaan penumpang yang berencana untuk terbang ke, dari, atau di dalam AS. Penutupan wilayah udara terakhir kali terjadi setelah serangan teroris pada 11 September 2001, yang menghentikan semua penerbangan komersial di AS.

Kekhawatiran utama terletak pada keselamatan dan kemampuan AS untuk mengelola wilayah udaranya secara efektif. Menteri Duffy menegaskan bahwa pembatasan wilayah udara akan dilakukan jika sistem tersebut dinilai tidak aman.

Ancaman kekacauan massal ini muncul karena ribuan personel kunci di sektor penerbangan, termasuk pengawas lalu lintas udara dan petugas keamanan bandara, terpaksa bekerja tanpa dibayar. Akibatnya, banyak dari mereka yang mulai mengambil cuti sakit karena tekanan keuangan yang ekstrem.

Beberapa orang dalam industri penerbangan bahkan melaporkan bahwa karyawan-karyawan ini mulai mencari pekerjaan sementara di tempat lain untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Sementara itu, pihak Administrasi Trump mengklaim bahwa penutupan tersebut telah mengakibatkan kekurangan hingga tiga ribu pengawas lalu lintas udara.

Para karyawan Administrasi Penerbangan Federal AS (FAA) telah melewatkan satu kali gaji. Jika situasi ini berlanjut dan mereka melewatkan gaji kedua, sulit untuk memprediksi seberapa parah kekacauan yang akan terjadi.

Kekacauan Massal dan Eksodus Staf Penerbangan yang Tak Terbayar

Menurut laporan dari seorang pengawas lalu lintas udara pada NPR, alasan staf mengambil cuti sakit tidak semata-mata mencari pekerjaan lain. "Saya pikir, Anda juga melihat orang-orang yang izin sakit karena mereka muak, menganggap, 'Baiklah, saya akan menghabiskan akhir pekan liburan bersama anak-anak saya untuk sekali ini.'"

Hal ini menunjukkan adanya kelelahan mental dan moral di kalangan staf yang dipaksa bekerja di bawah kondisi tidak berkelanjutan. Nick Daniels, presiden Asosiasi Pengendali Lalu Lintas Udara Nasional AS, memperingatkan mengenai implikasi keamanan dari situasi ini, menyatakan pada CNN, "Setiap hari, yang terjadi besok akan kurang aman daripada hari ini."

Kekurangan staf yang akut ini telah membuat beberapa penumpang menghadapi antrean yang jauh lebih panjang, ketinggalan penerbangan sambungan, dan berjam-jam menunggu baik di dalam bandara maupun di landasan pacu.

Dampak Penundaan dan Pembatalan Penerbangan Sejauh Ini

Meski kekhawatiran akan penutupan wilayah udara meningkat, data awal menunjukkan bahwa tingkat penundaan penerbangan secara keseluruhan belum turun secara drastis di bawah target normal maskapai. Biasanya, maskapai penerbangan menargetkan setidaknya 80 persen penerbangan mereka berangkat dan tiba dalam waktu 15 menit dari jadwal yang ditentukan.

Perusahaan analitik penerbangan Cirium melaporkan bahwa sejak penutupan pada 1 Oktober 2025, total penundaan secara keseluruhan tidak turun secara signifikan di bawah tujuan tersebut. Sebagian besar gangguan sejauh ini masih setara dengan gangguan yang terjadi saat badai petir besar melanda bandara. Artinya, meski buruk, situasi belum mencapai titik kehancuran total.

Secara akumulasi, kelompok industri memperkirakan, dampaknya telah mengenai lebih dari 3,2 juta penumpang sejak penutupan dimulai. Maskapai penerbangan juga mulai menyuarakan kekhawatiran bahwa kekacauan ini dapat segera memukul pemesanan tiket jika wisatawan mulai kehilangan kepercayaan pada sistem penerbangan AS. 

Konsekuensi Penutupan Wilayah Udara bagi Perjalanan Global

Potensi penutupan wilayah udara AS, meski hanya sebagian, akan memiliki konsekuensi yang jauh meluas dan berdampak besar pada perjalanan global. Sistem kontrol lalu lintas udara AS dikenal sangat terintegrasi dan saling terhubung.

Menurut FAA, setiap pusat lalu lintas udara menangani penerbangan di beberapa wilayah, yang berarti bahwa penundaan atau pembatasan yang terjadi di satu fasilitas akan dengan cepat memengaruhi fasilitas lainnya.

Selain itu, pengalihan rute dan pengurangan kapasitas penerbangan di seluruh AS akan berdampak besar pada jadwal penerbangan internasional. Penundaan dan pembatalan di AS akan mempersulit perjalanan lanjutan ke Eropa, Asia, dan tujuan global lain, karena penerbangan internasional sering kali bergantung pada konektivitas melalui hub besar di AS.

FlightAware melaporkan bahwa sudah lebih dari 480 penerbangan di dalam, ke, atau keluar Amerika Serikat telah ditunda, pertengahan pekan lalu, sementara 57 telah dibatalkan. 

Read Entire Article
Online Global | Kota Surabaya | Lifestyle |