Pesona Stasiun Mrawan di Lereng Gunung Gumitir, Simbol Konektivitas Timur Jawa

3 weeks ago 31

Liputan6.com, Jakarta - Perjalanan kereta api di jalur timur Pulau Jawa menyimpan cerita yang tidak hanya berkenaan dengan sejarah, setempat, ataupun pertumbuhan ekonomi, tetapi juga pemandangan yang disuguhkan. Salah satunya di Stasiun Mrawan yang megah dan berada di lereng Gunung Gumitir, perbatasan antara Kabupaten Jember dan Kabupaten Banyuwangi.

Bernaung di Daop 9 Jember, stasiun ini merupakan stasiun tertinggi di wilayah tersebut, yaitu 524 meter di atas permukaan laut. Stasiun Mrawan yang beroperasi pada 10 September 1902 ini tidak sekadar menjadi tempat persinggahan stasiun. Dia juga menjadi salah satu penunjang pergerakan ekonomi untuk kawasan Jember dan Banyuwangi pada masa kolonial, khususnya sebagai moda pengangkut komoditas perkebunan dan pertanian, seperti kopi, gula, dan beras.

"Stasiun Mrawan memperlihatkan bagaimana perkeretaapian hadir sebagai penggerak ekonomi daerah, penghubung mobilitas masyarakat, sekaligus penjaga warisan sejarah bangsa. Kawasan ini memberi pengalaman perjalanan yang bernilai, sekaligus manfaat ekonomi bagi warga di sekitarnya," ujar VP Public Relations KAI Anne Purba, dalam rilis yang diterima Lifestyle Liputan6.com, beberapa waktu lalu.

Sensasi perjalanan menenangkan bisa didapatkan saat menumpang kereta yang melintas di jalur Mrawan. Di kiri-kanan relnya terhampar perkebunan kopi, cokelat, dan karet milik PTPN XII yang membentang luas.

Terasa Kembali ke Masa Lampau

Tidak jauh dari stasiun, terdapat Terowongan Mrawan sepanjang 690 meter yang dibangun pada 1901--1902. Struktur bersejarah ini menjadi contoh kemajuan teknologi perkeretaapian masa lampau yang masih berfungsi hingga kini. Banyak penumpang kereta yang memanfaatkan video atau mengambil foto berlatar terowongan karena terasa kembali ke masa lampau.

Anne menjelaskan bahwa jalur Mrawan menjadi jembatan penghubung antara transportasi, sektor pertanian, dan wisata. Mengingat Jember dan Banyuwangi merupakan daerah yang banyak dikunjungi wisatawan, karya wisata yang mengedepankan alam serta budaya yang ada di sekitar lokasi diharapkan terus dikembangkan.

Keindahan juga ditawarkan oleh Stasiun Plabuan yang berada di Kabupaten Batang, Jawa Tengah. Lokasinya hanya empat meter di atas permukaan laut (mdpl), stasiun ini menyandang status unik sebagai satu-satunya stasiun aktif yang berlokasi tepat di tepi pantai.

"Stasiun Plabuan cukup istimewa. Posisinya berada di bawah bukit dan langsung berbatasan dengan Laut Jawa yang menawarkan panorama yang luar biasa bagi setiap penumpang yang melintas," ujar Anne.

Sejarah Stasiun Plabuan

Sejarah Stasiun Plabuan bermula jauh sebelum pemandangan lautnya yang menawan menjadi daya tarik utama. Stasiun ini pertama kali dibuka pada 1898 dengan fungsi yang sederhana, yakni sebagai tempat pengisian air untuk lokomotif uap.

Pada masa itu, bangunan awalnya hanya hanyalah struktur sederhana yang terbuat dari kayu jati. Tipe stasiunnya merupakan tipe ‘stopplaats’, istilah bahasa Belanda untuk perhentian kecil atau halte kereta api sederhana, yang kelasnya berada di bawah ‘halte’.

Baru antara 1911 hingga 1912, stasiun ini direnovasi besar-besaran. Bangunan diubah menjadi struktur permanen berupa tembok batu dan ditambahkan jalur untuk keperluan persilangan kereta api.

Keunikan Plabuan ada pada pemandangan yang indah serta adanya cerita lokal yang menarik. Di dekat Stasiun Plabuan terdapat sumur air tawar yang lokasinya sangat dekat dengan bibir pantai.

Sumber air atau sumur di dekat pantai ini airnya tidak asin, dan dipercaya membawa berkah dan biasanya menjadi konsumsi pengunjung, menambah daya tarik tersendiri bagi Stasiun Plabuan. Hal menarik lainnya adalah berkembangnya kawasan kuliner seafood yang memanfaatkan keindahan pemandangan laut.

Stasiun Plabuan Tak Layani Angkutan Penumpang dan Barang

Meskipun saat ini Stasiun Plabuan tidak melayani angkutan penumpang maupun angkutan barang, penumpang tetap bisa menikmati pemandangan indah laut Jawa secara langsung dari balik jendela kereta saat melintas. Ada 96 KA yang melintas setiap harinya. Ketika kereta api melintas Stasiun Plabuan, kondektur akan mengumumkan kepada penumpang sehingga tak perlu khawatir terlewatkan momen menyaksikan pemandangan indah ini.

Stasiun Plabuan merupakan saksi bisu angkutan logistik. Zaman dahulu, stasiun ini digunakan sebagai jalur angkutan hasil PT Perkebunan Nusantara (PTPN) yang dikirim menuju Cirebon.

Pada 2014, ada satu kereta api yang dijadwalkan berhenti di Stasiun Plabuan, yaitu KA Pekalongan Ekspres (Semarang Tawang – Pekalongan PP). KA Pekalongan Ekspres dirilis untuk membawa penumpang KA Kaligung (Semarang – Tegal PP) yang kehabisan tiket dengan memanfaatkan rangkaian KA Kamandaka (Semarang-Purwokerto PP) yang menganggur pada saat itu.

Namun, sejak jadwal KA Kamandaka ditambah, layanan perjalanan KA Pekalongan Ekspres dihentikan, sehingga menjadikan Stasiun Plabuan tak melayani perjalanan KA penumpang manapun.

Read Entire Article
Online Global | Kota Surabaya | Lifestyle |