Pengakuan Turis Indonesia Terjebak Banjir di Vietnam, Rencananya Berubah Total

Liputan6.com, Jakarta - Banyak wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Hue, Da Nang, dan Hoi An, Vietnam, terkejut melihat sejumlah objek wisata dan hotel terendam banjir. Kondisi ini tentu mengganggu rencana perjalanan mereka, termasuk seorang turis Indonesia.

Melansir VN Express, Kamis (20/10/2025), Aditya menghadapi hujan deras selama beberapa hari  di Da Nang. Ia tiba di kota pesisir itu pada 25 Oktober 2025 dengan niat tinggal selama seminggu untuk bersantai. Tapi, hujan yang terus-menerus mengguyur membatalkan semua rencana kegiatan luar ruangannya.

Sebelum pergi, ia lebih dulu mengunjungi Lombok, mendaki Gunung Rinjani saat musim hujan, bahkan mengalami kecelakaan sepeda motor. "Cuaca di Da Nang jauh lebih ekstrem (dari pengalaman perjalanan sebelumnya)," ujarnya.

Kendati demikian, ia memilih bersantai sebisa mungkin, menyeruput kopi, menikmati pho, pergi ke spa, dan berjalan-jalan di tengah hujan. Begitu matahari muncul sebentar, Aditya bergegas ke pantai, namun hujan kembali turun tidak lama kemudian.

Awalnya, ia berencana menghabiskan tujuh hari di Vietnam, termasuk singgah di Hoi An, tapi banjir bandang memaksanya untuk tinggal di Da Nang hingga tiba waktunya pulang. Ia bukan satu-satunya wisatawan asing yang mendapat "pengalaman tidak terlupakan."

Noa, seorang warga Prancis, dan sekelompok temannya telah merencanakan perjalanan melintasi Vietnam dari utara ke selatan. Mereka tiba di Hue pada 26 Oktober 2025, tepat ketika cuaca mulai memburuk.

Rombongan wisatawan ini seharusnya mengunjungi Imperial City keesokan harinya, tapi melihat hujan deras, pemandu wisata menyarankan mereka datang lebih awal karena situs bersejarah tersebut mungkin tutup karena cuaca buruk.

"Kami memulai perjalanan dengan banjir ringan, tapi tidak ada yang menyangka situasinya akan memburuk secepat ini," kata Noa. Awalnya, rombongan tampak tenang karena penduduk setempat tetap bersemangat. Namun, satu jam setelah meninggalkan Benteng Hue, air naik hingga di atas lutut, menyulitkan mereka mencapai hotel.

Kelompok ini harus melewati jalanan yang padat, dikelilingi perahu dan mobil yang terendam banjir. Noa berkata, "Banyak orang dalam rombongan mulai khawatir terjebak di tengah banjir yang semakin tinggi. Untungnya, kami dapat kembali ke hotel tanpa kehilangan listrik dan air."

Semua rencana wisata mereka dibatalkan setelah itu. Rombongan berencana singgah di Hoi An sebelum terbang ke Ho Chi Minh City, tapi terpaksa mengubah rencana perjalanan dan langsung terbang ke selatan setelah mengetahui bahwa kota kuno itu juga terendam banjir.

Kylie, seorang turis asal Kanada, berada di Hoi An ketika banjir mencapai puncaknya antara 26 dan 28 Oktober 2025. Ia tahu bahwa saat itu sedang musim hujan di wilayah tengah, tapi tidak menyangka akan terjadi banjir setinggi itu, ujarnya.

"Saya tinggal di Vancouver, di mana hujan turun dan berawan sepanjang tahun. Namun, banjir di Hoi An berada pada skala yang sama sekali berbeda, jauh melampaui apapun yang dapat saya bayangkan," ungkapnya.

Yang paling mengejutkannya adalah bagaimana orang-orang tetap menjalani kehidupan sehari-hari mereka, bekerja dan hidup seolah-olah "tidak terjadi apa-apa." Meski banjir, semua orang tetap tenang dan tersenyum, menghadapi situasi tersebut dengan ketenangan yang luar biasa.

Ia menginap di sebuah hotel di sepanjang Sungai Hoai, daerah yang terendam banjir parah. Seluruh lobi dan lantai satu terendam. Pada 27 Oktober 2025, sehari setelah banjir mulai, permukaan air masih naik, hotel kehilangan aliran listrik, dan pariwisata di kota tua hampir lumpuh.

Ia berkata, "Tidak bisa ke mana-mana, tidak bisa berbuat apa-apa. Toko-toko tutup, banjir ada di mana-mana." Pada pagi hari 28 Oktober 2025, setelah terjebak selama 48 jam di tengah banjir, Kylie dibantu staf hotel untuk naik perahu yang membawanya keluar dari area banjir menuju Da Nang, tempat ia naik pesawat ke Ho Chi Minh City.

Saat ia meninggalkan hotel, air sudah hampir mencapai lantai dua hotel. "Pengalaman luar biasa dan sungguh tidak terlupakan," ujarnya, seraya menambahkan bahwa ia pasti akan kembali, tapi saat musim kemarau.