Merayakan Hari Sumpah Pemuda 2025 dengan Syahdunya Konser Suara: Nada Awal

7 hours ago 5

Liputan6.com, Jakarta - "Demi Indonesia yang jaya! Demi Indonesia yang jaya! Demi Indonesia yang jaya!" begitulah penutupan puisi pembuka konser "Suara: Nada Awal," menggelorakan semangat di tengah syahdunya gerimis yang turun di Museum Kebangkitan Nasional, Selasa sore, 28 Oktober 2025.

Konser intimate ini digelar sebagai bagian dari perayaan Hari Sumpah Pemuda 2025. Sorotan utamanya berupa penampilan tujuh karya Wage Rudolf Soepratman: Indonesia Tjantik, Dari Barat Sampai Ke Timur, Indonesia Hai Ibuku, Ibu Kita Kartini, Di Timur Matahari, Pahlawan Merdeka, dan Matahari Terbit dalam format string quartet.

Suara Jessica Januar dan Didan Fitrasakti─yang tampil bersama ELIZE PIANO QUARTET, pengaturan panggung luar ruang di halaman museum, ditambah efek video mapping membuat saya beberapa kali merinding, saking memukau.

Dalam sambutannya, Menteri Kebudayaan (Menbud) Fadli Zon berkata, "Saat Sumpah Pemuda, dipemandangkanlah lagu Indonesia Raya ciptaan Wage Rudolf Soepratman. (Saat itu) WR Supratman menciptakan lagu tersebut dengan biolanya secara instrumental."

"Lantunan biola WR Supratman memberi sebuah napas perjuangan yang luar biasa," ia menambahkan. "Kementerian Kebudayaan mendukung penuh, meyakini bahwa 'Suara: Nada Awal,' sebagai wujud ekspresi seni, merupakan salah satu upaya strategis memajukan seni musik Indonesia."

"Konser ini juga membuka ruang berekspresi, berinovasi, serta mengembangkan ekosistem musik sambil melestarikan karya maestro. Kami berharap, kegiatan ini bukan hanya untuk memperingati Sumpah Pemuda, tapi (jadi medium) kita menyerap dan jadi bagian dalam memajukan kebudayaan nasional."

Promosi 1

Konser Hari Sumpah Pemuda

Konser juga dimeriahkan penampilan para komunitas mitra dari Museum Rumah Bersejarah, yakni Teras, Wayang Potehi, dan Belantara Budaya Indonesia. Musisi Endah N Rhesa juga berbagi panggung yang sama.

Selain konser, ada pula pameran temporer yang menampilkan biola asli milik WR Soepratman, piringan hitam, dan gramofon lagu Indonesia Raya pertama. Konser "Suara: Nada Awal" akan jadi pembuka rangkaian tahunan bertema  "Suara, Ungkapan, Aksi, Rasa, Asa" alias SUARA.

Itu merupakan sebuah gerakan menuju Kongres Pemuda 2.0, menyambut peringatan 100 tahun Sumpah Pemuda pada 2028. Selasa paginya, saat memimpin upacara peringatan Hari Sumpah Pemuda 2025 di Museum Sumpah Pemuda, Jakarta, Menbud mengajak masyarakat menyadari kuasa Bahasa Indonesia

Kekuatan Bahasa Indonesia

Kekuatan Bahasa Indonesia dalam menyatukan bangsa seharusnya tidak dianggap enteng, katanya. "Kita sering kali lupa faktor bahasa yang mempersatukan kita," sebut dia. "Kita ini punya 718 bahasa (daerah), tapi hanya dengan Bahasa Indonesia kita bisa berkomunikasi satu sama lain."

"Bahasa ini penting (dalam) menyatukan, merajut, dan menjahit perbedaan-perbedaan kita. Jangan take it for granted, tapi kita harus meresapi, kita harus menyadari bahwa untuk mencapai 80 tahun Indonesia Merdeka dan 100 tahun Sumpah Pemuda pada 2028 nanti, kita harus bersama-sama menjaga bangsa ini."

Upacara peringatan Hari Sumpah Pemuda ke-97 digelar di Museum Sumpah Pemuda untuk mengenang perjuangan para pemuda dalam menyatukan berbagai macam perbedaan untuk kepentingan bersama. "Mereka punya kesadaran bahwa hanya dengan bersatulah kita bisa melawan penjajahan, melawan kolonialisme, dan kemudian mereka wujudkan itu dengan sebuah sumpah yang saya kira masih sangat relevan hingga hari ini," tuturnya.

Museum Rumah Bersejarah

Kepala Museum dan Cagar Budaya (MCB), Abi Kusno, mengatakan dalam keterangannya bahwa peringatan Sumpah Pemuda tahun ini dimaknai pihaknya sebagai ajakan untuk kembali menyalakan semangat persatuan yang lahir dari keberagaman.

"Melalui rangkaian kegiatan di Museum Sumpah Pemuda dan Museum Kebangkitan Nasional, kami ingin menunjukkan bahwa semangat itu terus hidup dan berevolusi, tidak berhenti pada sejarah, tapi hadir dalam karya, ekspresi, dan aksi generasi muda masa kini."

Selain itu, momen ini juga jadi kesempatan MCB memperkenalkan kluster Museum Rumah Bersejarah yang terhimpun dari tiga museum yang dikelola pihaknya, yakni Museum Kebangkitan Nasional, Museum Sumpah Pemuda, dan Museum Perumusan Naskah Proklamasi.

Read Entire Article
Online Global | Kota Surabaya | Lifestyle |