Menikmati Karya 17 Seniman dari 6 Negara di Pameran Indonesia Watercolor Summit

7 hours ago 4

Liputan6.com, Jakarta - Indonesia Watercolor Summit (IWCS) menggelar pameran di dua kota sekaligus: Jakarta dan Bali. Di Jakarta, pameran berlangsung di Museum Art:1 pada 31 Oktober─10 November 2025. Selanjutnya, rombongan seniman akan melanjutkan perjalanan ke Bali pada 6─11 November 2025.

Pameran kali ini dikuratori Anna Sungkar, menghadirkan partisipasi seniman dari enam negara:

  • Australia: Amie Dupuy
  • Kanada: Javid Tabai
  • Chile: Julia Camara
  • Iran: Sareh Mohebeian
  • Rusia: Eugeniya Kostikova, Maksim Mishin, Irina Kulemina, Natalia Pilipuk, Anastasia Petryaeva, Natalia Dmitrieva
  • Indonesia: Nanang Widjaja, Sitok Srengenge, Icka Gavrilla (Yogyakarta); Dony Hendro Wibowo (Semarang); Veynie Vokke (Surabaya); Nurul Ula Sayyidatunnisa (Bandung); Syakieb Sungkar (Jakarta).

"Dalam koleksi karya yang beragam ini, mulai dari lukisan laut dengan kapal dan dermaga, ke pasar dan kota bersejarah, hingga potret kontemporer yang penuh warna, serta dinamika kuda dan tradisi Asia Tengah, kita menemukan semacam perjalanan melintasi media, gaya, dan budaya yang terikat satu hal: penggunaan watercolor sebagai bahasa utama," katanya dalam rilis pada Lifestyle Liputan6.com, Senin, 3 November 2025.

"Watercolor, media yang sering dianggap rapuh dan spontan," ia menyambung. "Sebenarnya adalah alat untuk menyampaikan berbagai ekspresi. Dari realisme atmosfer hingga ilustrasi pop surealis, lanskap monumental sampai potret intim, kita diajak menjelajahi spektrum estetika yang menghubungkan dunia nyata dengan dunia imajinasi."

"Karena itu, pameran ini dapat dibaca sebagai eksplorasi luas tentang bagaimana manusia, alam, dan simbol budaya saling terkait dalam bahasa visual yang cair," menurutnya.

Lukisan Bertema Air

Melalui "Vacation" dan "Turquoise Dream" karya Anastasia Petryaeva, misalnya, pengunjung diajak melihat air sebagai ruang rekreasi. Tubuh manusia yang sedang berenang digambarkan dengan gaya yang ringan dan realistis.

"Tema air di sini tidak lagi monumental, tapi intim—air sebagai sumber kedamaian dan kebebasan. Seri karya ini tentang laut dan kapal, menunjukkan bagaimana pelukis menggunakan watercolor untuk menangkap sifat cair, transparan, dan reflektif dari air," kata Anna.

"Air bukan hanya objek, tapi medium yang menyatu, mengalir, dan jadi metafora eksistensial, seperti yang digambarkan Maksim Mishin dalam 'Trubezh River,'" ia menambahkan.

Selain air, karya lain fokus pada ruang kota bersejarah: Istanbul, Isfahan, Venesia. Tidak hanya karena keindahan visualnya, kota-kota ini dipilih karena merupakan persimpangan peradaban—pusat perdagangan, migrasi, dan perpaduan budaya.

Ruang Kota Bersejarah dalam Lukisan Watercolor

Salah satunya adalah "Old Jakarta" karya Irina Kulemina yang menangkap Museum Fatahillah, bekas Balai Kota yang dibangun Belanda. "Langit abu-abu menciptakan suasana romantis, tapi monumental," sebut Anna.

"Kehadiran pohon dan orang yang lewat memberi kesan bahwa bangunan ini adalah ruang hidup, bukan sekadar lanskap mati; kota ini adalah organisme yang bernapas." Sementara itu, "Venice Sunset" karya Natalia Dmitrieva membawa kita kembali ke Eropa, di mana kanal, jembatan, dan bangunan tua digambarkan dengan gaya lembut berair.

"Venesia adalah simbol romantisme, kota yang terapung di antara sejarah dan pariwisata. Karya urban ini menunjukkan sisi lain dari watercolor: kemampuannya menangkap suasana ruang, lampu kota, dan monumentalisme arsitektur," ujar sang kurator.

Tidak Hanya Pameran

Kontras muncul dalam karya-karya figuratif kontemporer: potret perempuan muda dengan corak pop, warna-warna pastel, dan simbol-simbol kitsch. Di antaranya, ada "Pisces" karya Julia Camara dan "Tea Time at Home" dari Veynie Vokke.

"Sebagai kurator, saya memandang pameran ini sebagai ajakan untuk berefleksi sekaligus bergerak. Renungkanlah, karena air dan potret menyediakan ruang untuk kontemplasi," tutur Anna.

Selain pameran, agenda di kedua kota akan diperkaya dengan kunjungan ke situs budaya, artefak bersejarah, workshop, serta sesi melukis bersama. Rangkaian kegiatan ini bertujuan mempertemukan para peserta dengan keragaman budaya Indonesia, sehingga seni jadi medium dialog lintas bangsa.

IWCS adalah platform seni yang didirikan pada 2020 oleh Silvia Zulaika. Ia  dikenal sebagai pengusaha, seniman, sekaligus pecinta seni yang telah lebih dari tiga dekade mengelola dan memanajemeni berbagai acara seni, baik di Indonesia maupun mancanegara. 

Read Entire Article
Online Global | Kota Surabaya | Lifestyle |