Mengulik Filosofi Menarik di Balik 6 Motif Batik Indonesia

1 day ago 13

Liputan6.com, Jakarta - Batik bukan sekadar kain bergambar. Batik adalah warisan budaya yang mengandung makna mendalam di setiap gurat motifnya. Dari pesisir hingga pedalaman Jawa, dari Sumatra hingga Papua, setiap motif batik membawa filosofi, nilai moral, serta simbol status sosial yang telah diwariskan lintas generasi.

Tidak heran UNESCO menetapkan batik sebagai Warisan Budaya Takbenda Manusia sejak 2009, mengakui keunikan dan kekayaan nilai yang terkandung di dalamnya. Berikut filosofi enam motif batik di Indonesia, seperti dilansir dari berbagai sumber, Rabu, 1 Oktober 2025.

1. Parang Kancing Ceplok Kupu

Mengutip Kementerian Perindustrian, parang berasal dari kata Pereng yang berarti lereng. Seperti lereng, setiap motif parang selalu memiliki alur desain diagonal pada kain. 

Dalam batik, kupu menggambarkan seseorang yang selalu memilih jalan terbaik untuk dijalani. Parang Kancing Ceplok Kupu memberi harapan agar sang pengguna mampu menjadi sosok tegas yang selalu mawas diri di setiap jalan hidupnya.

2. Sekar Jagad

Secara harfiah, Sekar Jagad berarti "bunga Dunia." Visualnya menampilkan banyak sekali motif bunga. Harapan yang tersemat di dalam batik Sekar Jagad adalah kegembiraan dan keelokan budi sang pemakai bisa ditampilkan dengan penuh pesona oleh batik yang dikenakannya.

3. Sekar Nyamplung

Sekar Nyamplung atau Bunga Nyamplung (Calopyhylluinophyllum) merupakan tanaman yang sering ditemui di sepanjang pantai dan tumbuh secara berkelompok. Bunga ini dikenal sangat harum sehingga menarik perhatian untuk dipelihara.

Namun demikian, ini termasuk tanaman yang tidak sulit untuk dibudidayakan. Batik dengan motif Sekar Nyamplung memiliki karakter feminin, menggambarkan sosok wanita yang sangat menarik namun tangguh dan mandiri.

4. Semen Sawat Gurdha

Motif batik Semen yang mengutamakan bentuk tumbuhan dengan akar sulurnya ini bermakna semi atau tumbuh sebagai lambang kesuburan, kemakmuran, dan alam semesta. Sawat/Lar, yaitu helai sayap Gurdha yang melambangkan dunia atas: dewa dan dewi. Motif ini tentang keagungan dan kemakmuran orang yang mengenakannya.

5. Sido Asih

Batik Sido Asih merupakan motif tradisional Jawa. Sido berarti "jadi," Asih memiliki arti "kasih sayang." Batik Sido Asih biasanya digunakan di acara-acara perkawinan, dipakai sebagai busana pada malam pengantin. Dengan mengenakan batik ini, kedua pengantin menjalani kehidupan barunya dengan lebih romantis, semakin penuh cinta dan kasih sayang.

6. Sido Mulyo

Sido berarti "jadi," Mulyo berarti "kecukupan dan kemakmuran." Pemakai batik ini diharapkan diberi kecukupan dan kemakmuran. Sido Mulyo sering dikenakan pengantin pada hari pernikahannya, dengan harapan agar keluarga yang dibina selalu memperoleh kemuliaan.

Mengutip buku Reinventing Indonesia: Menemukan Kembali Masa Depan Bangsa, riwayat perbatikan di Indonesia berhubungan dengan sejarah Kerajaan Majapahit dan penyebaran Islam di Jawa. Dalam beberapa catatan sejarah disebutkan bahwa pengembangan batik banyak dilakukan pada masa-masa Kerajaan Mataram Islam.

Penyebarannya semakin masif pada era abad ke-18 dan ke-19 ke seluruh Indonesia. Awalnya, membatik merupakan aktivitas eksklusif di lingkungan keraton dan hasilnya digunakan sebagai pakaian raja serta keluarganya. Seiring waktu, para pembesar yang tinggal di luar keraton membawa kesenian ini ke tempat tinggal mereka, sehingga batik mulai menyebar ke masyarakat luas.

Read Entire Article
Online Global | Kota Surabaya | Lifestyle |