Menguasai Seni Sizzle, Kunci Hidangkan Steak yang Pas di Piring Panas

Liputan6.com, Jakarta - Pengalaman menyantap steak yang autentik melampaui sekadar kualitas daging, ia adalah sebuah seni yang melibatkan teknik penyajian, warisan budaya, dan etiket bersantap. Di Ruth’s Steak House legendaris ini, setiap hidangan adalah hasil dari filosofi yang mendalam, dimulai dari kisah pendiri hingga cara unik steak disajikan.

Seni menikmati steak di Ruth's Chris tidak terlepas dari ilmu di balik panas. Inti dari pengalaman ini adalah metode memasak yang unik dan sudah dipatenkan.

Setiap potongan daging sapi premium melalui proses penuaan dimasak dalam oven khusus bersuhu 982 derajat celcius. Suhu ekstrem ini berfungsi untuk mengunci sari alami (natural juices) di dalam daging dan memastikan kelembutannya.

Setelah dipanggang dengan sempurna, steak disajikan di atas piring porselen yang dipanaskan hingga 260 derajat celcius. Piring panas inilah yang menciptakan efek "mendesis" (sizzle) yang ikonik saat dihidangkan di meja. Bunyi dan aroma mendesis ini mengindikasikan bahwa kualitas steak terjaga dengan baik dan menjadi kunci untuk membedakan pengalaman bersantap.

Untuk sepenuhnya menikmati kualitas daging sapi premium yang disajikan, steak dihidangkan tanpa tambahan saus. Ini adalah bukti kepercayaan diri pada kualitas U.S. Prime dan keahlian teknik memasak mereka. Memahami bahwa "kalian bisa mendengar bunyi mendesis (sizzle)" adalah langkah pertama dalam mengapresiasi seni memasak yang telah disempurnakan selama puluhan tahun.

Meskipun pilihan tingkat kematangan adalah subyektif, terdapat satu tingkat kematangan yang paling direkomendasikan Kiren, yakni medium rare. Rekomendasi ini datang dari pemahaman mendalam tentang bagaimana suhu piring berinteraksi dengan daging steak yang telah dimasak.

"Bagi yang mungkin terbiasa memesan medium atau well done, mungkin selanjutnya bisa coba medium rare, karena tingkat kematangan medium rare lebih sempurna ketika dihidangkan di atas piring panas," katanya. 

Ketika steak medium rare disajikan, ia diletakkan di atas piring yang sangat panas. Panas dari piring ini memungkinkan penikmatnya untuk mengontrol kematangan akhir steak tersebut. Prosesnya ketika steak dipotong menjadi potongan-potongan kecil, panas dari piring akan mengolah lagi daging tersebut menjadi kematangan yang lebih pasti.

"Jangan dipress teman-teman. Biarkan steak tetap tenang (let it still), kalau dipress nanti jadi keras kalau digigit," ujar Direktur Regional Ruth's House Kiren Gway di Jakarta, pada Kamis, 13 November 2025.

Kisah Ruth's Chris dimulai dari sebuah keputusan tak terduga. Restoran ini didirikan oleh seorang wanita bernama Ruth Fertel di New Orleans pada 1965. Awalnya, Ruth hanya ingin memberikan kehidupan yang lebih baik untuk keluarganya.

"Dia membuka koran dan melihat iklan tentang Chris Steak," kata Kiren sebuah bisnis yang ia beli dari pemilik bernama Chris seharga USD 22.000. Setelah sepuluh tahun mengelola, musibah kebakaran memaksanya untuk pindah.

Warisan New Orleans, kota pelabuhan di selatan Amerika yang merupakan bekas jajahan Prancis, sangat memengaruhi cita rasa dan menu. Karena New Orleans berada di kota pelabuhan, Ruth's House ini banyak sekali menawarkan makanan khas olahan laut di menunya. Budaya Creole, yang merupakan perpaduan keturunan Eropa dan Afrika di wilayah tersebut, turut memperkaya cara memasak mereka yang khas, melahirkan kuliner Creole.

Semangat kota yang semarak ini, yang sering diungkapkan dengan frasa Prancis "Laissez les bons temps rouler" (biarkan saat-saat indah bergulir) tertanam kuat dalam filosofi pelayanan mereka. Kehangatan dan keramahan asli menjadi komitmen yang dipertahankan selama 60 tahun.

Pengalaman fine-dining di Ruth's Chris selalu menawarkan lebih dari sekadar hidangan utama. Seni menikmati steak juga berarti mengapresiasi seluruh menu kursus yang telah dikurasi untuk melengkapi perjalanan rasa, terutama yang merayakan ulang tahun ke-60 mereka. Menu spesial ini dirancang untuk menyajikan hidangan pembuka, steak khas, hingga hidangan penutup klasik.

"Makanan pembuka (starter) kita adalah Seafood Trio, yang terdiri dari tiga hidangan laut kami, yang merupakan appetizer terlaris kami yang digabungkan menjadi satu hidangan yang disebut Seafood Trio," ujar Kiren.

Trio ini biasanya terdiri dari Sizzlin Blue Crab Cake, Sizzlin Jumbo Scallop, dan Oyster Rockefeller. Makanan-makanan ini diinfus dengan bumbu yang terinspirasi Prancis dan tradisi masakan pesisir, menangkap cita rasa khas kota pada satu piring.

Setelah menikmati hidangan utama, pengalaman diakhiri dengan Ruth's Dessert. Hidangan penutup ini disebut sebagai refleksi manis dari warisan dan kehangatan keramahan pendiri, Ms. Ruth, seolah menyambut setiap tamu ke dalam rumahnya sendiri.