Liputan6.com, Jakarta - Saat bicara batik, nama Iwan Tirta selalu muncul. Namanya terlalu lekat dan abadi dengan warisan budaya Indonesia itu meski ia sudah wafat sejak 31 Juli 2010.
Iwan Tirta bisa dibilang pelopor revolusi batik. Ia merupakan sosok yang menjembatani tradisi dan modernitas. Karyanya, khususnya kain batik, dipakai para tokoh dunia, termasuk mendiang Presiden Afrika Selatan Nelson Mandela.
Mengutip laman Iwan Tirta Batik, Selasa, 7 Oktober 2025, Iwan Tirta lahir di Blora, Jawa Tengah, pada 1 April 1935. Dalam perjalanan panjangnya, sang maestro menciptakan lebih dari 10.000 desain batik asli yang mencerminkan perpaduan antara pengetahuan mendalam tentang tradisi dan sentuhan mode modern yang elegan. Ia sering menggambarkan dirinya sebagai “penerjemah” yang memberi interpretasi modern pada unsur-unsur tradisional.
Bagi Iwan Tirta, batik bukan sekadar kain bermotif, melainkan bentuk seni yang diciptakan untuk orang-orang istimewa dan momen berharga. Dengan karakter pola besar dan tegas, karya-karyanya tidak hanya menjadi simbol keindahan, tetapi juga pernyataan budaya yang kuat. Ia tidak menciptakan batik, namun merawat dan melestarikannya seperti seorang penjaga warisan.
Karya yang Tidak Lekang Waktu
Perjalanan panjang Iwan Tirta dalam dunia batik dimulai sejak era 1960-an, ketika ia mulai bereksperimen dengan berbagai material halus, seperti sutra dan organza. Keahliannya membawa batik Indonesia melangkah hingga ke panggung internasional.
Karya-karyanya pernah ditampilkan dalam berbagai kesempatan bergengsi, termasuk saat kunjungan kenegaraan di Istana Merdeka pada 1970, pameran untuk Nancy Reagan di Bali pada 1986, hingga dikenakan oleh para pemimpin dunia di Konferensi APEC Jakarta pada 1994. Dalam setiap karyanya, Iwan Tirta menekankan keanggunan dan makna filosofi.
Setelah wafat, semangatnya terus hidup melalui Iwan Tirta Private Collection, sebuah brand yang melestarikan desain-desain inovatif berdasarkan pola-pola kerajaan dan ribuan motif orisinal peninggalannya. Merek ini menjadi simbol keindahan, ketelitian, dan keanggunan yang melintasi generasi.
Meluaskan Batik ke Desain Interior
Warisan Iwan Tirta tidak hanya hidup di dunia mode, tetapi juga dalam karya interior melalui Iwan Tirta Home. Terinspirasi dari filosofi batik Indonesia, lini ini menciptakan suasana istimewa di setiap ruang melalui desain autentik dan abadi.
Bekerja sama dengan arsitek dan dekorator interior Hidajat Endramukti, Iwan Tirta Home meluncurkan koleksi Regalia pada 2017 dan Lung Kembang Mlathi pada 2021. Kedua koleksi ini menerjemahkan kemewahan batik ke dalam bentuk dekorasi rumah yang elegan dan bernilai seni tinggi.
Galeri Iwan Tirta Home berlokasi di Jalan Wijaya XIII, Jakarta, tempat yang dipilih langsung oleh mendiang Iwan Tirta pada 2006. Melalui ruang ini, kisah dan semangatnya tetap hidup, mengingatkan bahwa batik bukan hanya karya tekstil, tetapi cerminan filosofi, ketekunan, dan keindahan yang tak lekang oleh waktu.
Filosofi di Balik Setiap Batik
Batik bagi Iwan Tirta adalah wujud disiplin spiritual dan seni yang penuh makna. Berakar dari tradisi keraton Jawa, proses pembuatannya mencerminkan ketelitian dan meditasi. Seorang perajin batik harus mencurahkan waktu, ketenangan, dan jiwa dalam setiap tarikan canting.
Dari proses panjang inilah lahir kain yang tidak hanya indah, tetapi juga memiliki nilai filosofis mendalam. Setiap motif memiliki kisah dan makna tersendiri. Misalnya, motif Truntum melambangkan cinta abadi, Parang menggambarkan kekuatan, dan Kawung melambangkan kebijaksanaan.
Bagi Iwan Tirta, harmoni antara ketelitian dan jiwa pembuatnya menjadikan batik lebih dari sekadar kain. Ia adalah simbol kehidupan, budaya, dan identitas bangsa Indonesia yang sesungguhnya. Pada 13 Agustus 2015, Presiden Joko Widodo menganugerahkan tanda kehormatan Bintang Budaya kepada putra kelahiran Blora itu.