Layar Bioskop Bekas Disulap Jadi Tas Ramah Lingkungan Edisi Terbatas, Inisiatif Keberlanjutan dari Layar Lebar

3 weeks ago 47

Liputan6.com, Jakarta - PT Nusantara Sejahtera Raya Tbk (Cinema XXI) meluncurkan inisiatif baru yang memadukan dunia fesyen dengan semangat keberlanjutan. Perusahaan itu memanfaatkan layar bioskop bekas menjadi tas ramah lingkungan sebagai merchandise edisi terbatasnya. Langkah ini diambil sebagai bagian dari komitmen perusahaan terhadap isu lingkungan dan sosial.

Inisiatif XXI Screen Bag merupakan program upcycling produk menjadi sesuatu yang bernilai lebih tinggi. Cinema XXI memanfaatkan lebih dari 1.000 meter persegi layar bioskop yang sudah tidak lagi digunakan.

"Lebih dari inisiatif terhadap lingkungan, 21 screen ini juga jadi simbol kreativitas dan juga kolaborasi bahwa sesuatu yang sudah tidak bisa terpakai atau sudah tidak digunakan lagi ternyata masih punya nilai tambah, punya nilai baru, dan juga bisa bermanfaat untuk banyak orang," jelas Indah Tri Wahyuni, Corporate Secretary Cinema XXI, ditemui di Jakarta, Kamis, 6 November 2025.

Alih-alih membiarkan layar-layar ini menuturkan cerita terakhirnya dan berakhir di tempat pembuangan akhir, Cinema XXI mengubahnya menjadi item fesyen bergaya modern sekaligus ramah lingkungan. Dari sisi lingkungan, langkah ini secara konkret mengurangi limbah dan memberi nilai tambah pada barang bekas. 

Tas ini didesain dengan gaya minimalis dan modern, membuatnya mudah dipadukan untuk berbagai aktivitas, mulai dari kuliah, bekerja, hingga hangout. Setiap tas disebut menyimpan jejak memori dari film-film yang pernah terpancar di layar tersebut, dan kini membawa cerita baru tentang keberlanjutan. 

Menggandeng UMKM dan Misi Sosial Rumah Faye

XXI Screen Bag edisi terbatas ini tersedia di sejumlah bioskop pilihan Cinema XXI di area Jabodetabek, Bandung, Yogyakarta, dan Bali. Tas ini dijual dengan harga Rp180 ribu, dan setiap pembelian akan disertai dengan bonus free salt popcorn dan minuman soda.

Proyek XXI Screen Bag tidak hanya berfokus pada aspek lingkungan, tetapi juga berdampak ekonomi dan sosial yang signifikan. Jaringan bioskop itu secara aktif menggandeng para pelaku usaha mikro kecil menengah (UMKM) sebagai mitra.

Mereka bertanggung jawab dalam proses produksi, mulai dari proses pembersihan material layar, pemotongan bahan, penjahitan, hingga tahap pengecekan kualitas akhir. Keterlibatan ini diharapkan dapat membuka peluang ekonomi baru bagi UMKM yang terlibat. 

Di sisi sosial, inisiatif ini juga membawa misi khusus melalui kolaborasi dengan Rumah Faye. Rumah Faye adalah organisasi yang berfokus melindungi anak-anak Indonesia dari perdagangan manusia dan membantu mereka mencapai potensi terbaiknya. 

Komitmen Jangka Panjang untuk Keberlanjutan

Seluruh hasil penjualan dari XXI Screen Bag akan disalurkan untuk mendukung program pemberdayaan yang dijalankan Rumah Faye. Faye Simanjuntak, pendiri Rumah Faye, mengatakan dukungan ini akan digunakan untuk membiayai program-program penting seperti pelatihan keterampilan, beasiswa pendidikan, dan pelatihan vokasi bagi para penyintas, serta memperkuat usaha kecil kerajinan tangan Happy Craft.

Peluncuran XXI Screen Bag bukanlah program yang berdiri sendiri. Inisiatif ini merupakan bagian dari beragam langkah dan komitmen keberlanjutan jangka panjang yang telah dijalankan Cinema XXI. 

Sebelum tas, mereka telah mengubah lebih dari 4.500 lembar penutup kursi bioskop bekas menjadi bantal serbaguna. Mereka juga pernah mengumpulkan minyak jelantah dari operasionalnya untuk diolah kembali menjadi bahan baku biofuel. Selain itu, ada program penanaman mangrove sebagai bagian dari kontribusi terhadap lingkungan. 

Satu hal yang ditekankan adalah bahwa setiap program keberlanjutan ini selalu melibatkan komunitas dan pelaku usaha lokal. Keterlibatan ini dipandang sebagai bentuk nyata kontribusi sosial Cinema XXI terhadap masyarakat luas. 

Kontribusi Ekonomi dari Bioskop

Dalam rilis yang diterima Lifestyle Liputan6.com, beberapa waktu lalu, Indonesia tercatat memiliki 496 bioskop dengan 2.375 layar di 37 provinsi. Jumlah ini meningkat dibanding tahun sebelumnya untuk terus mendekati angka kebutuhan ideal. Rasio layar per 100 ribu penduduk Indonesia mencapai 0,76, masih dalam upaya mendekati Thailand (1,7), Malaysia (3,6), dan Singapura (4,6).

Kementerian Ekraf mencatat kontribusi ekonomi industri bioskop mencapai Rp14 triliun nilai investasi, dengan lebih dari 30 ribu lapangan kerja diciptakan setiap tahun. Sementara, sektor produksi film menyumbang sekitar Rp1,5 triliun per tahun dan berperan besar dalam memperkuat rantai nilai ekonomi kreatif.

Ekosistem perfilman terbagi menjadi dua bagian besar, yaitu ekosistem pengembangan dan ekosistem kreatif. Ekosistem pengembangan berfokus pada penguatan kapasitas dan ekosistem pengetahuan perfilman, yang meliputi apresiasi, pendidikan serta pengarsipan. Sementara, ekosistem kreatif menitikberatkan pada penciptaan dan peningkatan nilai tambah kekayaan intelektual, yang mencakup proses produksi, distribusi, dan ekshibisi.

"Ekosistem kreatif ini sejalan dengan misi Kementerian Ekonomi Kreatif, yaitu menekankan fungsi fasilitasi dalam proses komersialisasi karya kreatif. Oleh karena itu, fokus utama kami adalah menkgonversi karya menjadi nilai ekonomi, melalui dukungan dan fasilitasi terhadap komersialisasi karya film sebagai kekayaan intelektual yang bernilai ekonomi tinggi," ujar Menteri Ekraf Teuku Riefky Harsya.

Read Entire Article
Online Global | Kota Surabaya | Lifestyle |