Liputan6.com, Jakarta - Museum Perumusan Naskah Proklamasi baru saja menerima koleksi terbaru berupa kopiah Bung Hatta, yang diserahkan keluarga besar Bung Hatta melalui Halida Hatta. Menteri Kebudayaan (Menbud) Fadli Zon menyebut penyerahan ini sebagai bagian dari langkah aktivasi dan revitalisasi museum dalam rangka menuju 80 tahun Indonesia merdeka.
"Salah satu bagian yang penting adalah menghadirkan juga memorabilia yang penting dari proklamator, yaitu kopiah Bung Karno dan kopiah Bung Hatta," ujarnya di Jakarta, 14 Oktober 2025.
Menurutnya, kehadiran artefak ini bukan hanya menambah koleksi, tetapi juga menghadirkan semangat sejarah di tempat yang sangat berarti. "Kami mengucapkan betul terima kasih pada keluarga Bung Karno dan keluarga Bung Hatta, sehingga kopiah kedua proklamator kita juga bisa hadir di Museum Naskah Perumusan Proklamasi ini," tuturnya.
Fadli Zon menambahkan, kopiah Bung Hatta diharapkan dapat menjadi pengingat bagi generasi muda tentang nilai perjuangan dan keteladanan sang proklamator. "Dengan bertambahnya koleksi kopiah dari Bung Hatta dan nanti kopiah dari Bung Karno, akan memberikan tambahan energi bagi museum ini," ucapnya seraya menyebut kopiah Bung Karno diperkirakan akan tiba beberapa hari lagi.
Makna Kopiah Bung Karno dan Bung Hatta
Menjawab pertanyaan mengenai makna kehadiran kedua peci tersebut, Fadli Zon menegaskan pentingnya peci sebagai simbol identitas nasional. "Kita ingin peci ini identitas. Sekarang pun Bapak Presiden kita, Pak Prabowo, ke mana-mana selalu menggunakan peci hitam. Termasuk kemarin di berbagai tempat, ini identitas nasionalisme kita," ujarnya.
Ia berharap semangat perjuangan dua proklamator dapat terus hidup melalui simbol yang sederhana namun bermakna ini. "Dengan hadirnya nanti peci atau kopiah Bung Karno dan Bung Hatta, kita harapkan roh, jiwa perjuangan mereka ini bisa kita serap, bisa kita hayati, terutama bagi generasi muda, karena peci ini adalah peci yang digunakan oleh mereka berdua," tutur Fadli Zon.
Ia menyampaikan bahwa museum harus menjadi ruang yang aktif dan hidup. Ia menegaskan, "Museum ini harus menjadi pusat edukasi, pusat belajar, ruang belajar, sekaligus juga menjadi pusat budaya." Menurutnya, museum tidak boleh hanya menjadi tempat penyimpanan benda lama, tetapi ruang yang menghidupkan semangat sejarah dan kebudayaan.
Aktivasi Museum Naskah Proklamasi
Ia menjelaskan bahwa aktivasi kegiatan menjadi bagian penting dari upaya tersebut. "Aktivasi kegiatan-kegiatan, baik itu kegiatan diskusi, seminar, pameran-pameran temporer, itu sangatlah penting di setiap museum," katanya.
Selain itu, ia menyoroti pentingnya mengembangkan cara penyajian yang lebih menarik bagi pengunjung. "Begitu juga termasuk merchandise dan juga storytelling narasi penampilan dari berbagai artefak dengan narasi yang mudah dimengerti, dan ada sentuhan-sentuhan teknologi. Ini akan semakin kita perbanyak," ujarnya.
Fadli berharap upaya ini dapat meningkatkan kunjungan ke museum, terutama dari generasi muda seperti Gen Z, Gen Alpha, dan generasi milenial. Selain itu, Menbud menjelaskan bahwa Museum Perumusan Naskah Proklamasi termasuk dalam jaringan Badan Layanan Umum Museum dan Cagar Budaya, atau Indonesian Heritage Agency, yang membawahi 19 museum dan 34 cagar budaya di seluruh Indonesia.
Akselerasi Revitalisasi Museum Nasional
Fadli Zon menjelaskan bahwa pemerintah tengah menjalankan program untuk mempercepat revitalisasi museum-museum di bawah naungan Museum dan Cagar Budaya (MCB) agar dapat menjadi contoh atau tolok ukur bagi museum lain. Ia menyebut, salah satu fokus utama ada di Museum Nasional yang saat ini mengalami peningkatan pengunjung sangat signifikan.
"Rekor pengunjung di Museum Nasional itu mencapai 12.750 dalam satu hari," ujarnya.
Oleh karena itu, pemerintah tengah mengatur ulang area masuk agar lebih nyaman bagi pengunjung. "Kita ingin targetkan mungkin Museum Nasional itu pengunjungnya tahun depan bisa melampaui 15.000, bisa melampaui 20.000," kata Fadli Zon.
Kebijakan penyesuaian tiket museum juga sedang disiapkan agar tetap terjangkau bagi pelajar, namun memberikan apresiasi bagi masyarakat umum dan pengunjung internasional. Pendapatan dari tiket tersebut, katanya, akan digunakan untuk memperbaiki fasilitas museum dan mendukung perawatan situs cagar budaya di seluruh Indonesia.