Ketika Tisu Toilet Bekas Disulap Jadi Detergen Ramah Lingkungan

4 hours ago 4

Liputan6.com, Jakarta - Sebuah inovasi unik dilakukan perusahaan air United Utilities di fasilitas pengolahan limbah Blackburn, Inggris. Mereka berhasil mengekstrak gula dari tisu toilet yang dibuang ke saluran pembuangan.

Proses bernama Cellvation─yang dikembangkan di Belanda─melibatkan penyaringan dan pemadatan kertas toilet sebelum ditambahkan enzim dan bahan kimia untuk memulai proses pencernaan. Campuran ini kemudian dipanaskan selama dua hari hingga selulosa terurai jadi glukosa.

Meski terdengar mengejutkan, perusahaan menegaskan, gula dari limbah ini tidak akan masuk ke rantai makanan. Sebaliknya, hasil glukosa alami ini diarahkan untuk kepentingan industri, seperti pembuatan biofuel, bioplastik, dan detergen ramah lingkungan. 

Lisa Mansell, Kepala Insinyur Inovasi dan Karbon United Utilities, menekankan, ketersediaan bahan baku sangat melimpah. "Dengan lebih dari 200 ribu tisu toilet bekas yang mengalir ke instalasi pengolahan ini, kami memiliki banyak sekali tisu toilet untuk diolah," tuturnya mengutip BBC, Kamis, 2 Oktober 2025.

Ia menambahkan, "Ada banyak potensi pemanfaatan biopolimer, seperti glukosa, termasuk untuk produksi biofuel, serta sebagai alternatif bahan dalam pembuatan bioplastik dan detergen yang lebih berkelanjutan."

Selain itu, perusahaan juga sedang menguji teknologi lain untuk mengambil biopolimer dari lumpur limbah, yang disebut-sebut mampu memberi manfaat signifikan dalam pengurangan emisi karbon, baik bagi sektor air maupun berbagai industri di Inggris.

Promosi 1

Minyak Jelantah Jadi Kemasan Keripik

i sisi lain, inovasi pengolahan limbah juga muncul di Australia. Snackbrands Australia, produsen camilan seperti Thins, CCs, dan Cheezles, baru saja menyelesaikan uji coba yang memanfaatkan minyak goreng bekas sebagai bahan utama kemasan.

Melansir ABC News, 22 September 2025, proyek ini dijalankan di kilang Viva Energy di Geelong, yang biasanya menghasilkan plastik lunak berbahan bakar fosil. Dalam percobaan awal, sekitar 120 ton minyak jelantah dari fasilitas Snackbrands di Sydney diangkut ke Geelong.

Minyak tersebut kemudian diproses jadi bahan plastik ramah pangan sebelum diubah jadi kemasan. Hasilnya, 100 ton plastik lunak tercipta dan kemudian diproduksi jadi sekitar 15 juta bungkus makanan ringan.

Inisiatif ini disebut sebagai yang pertama di Australia dan diharapkan dapat mengurangi ketergantungan pada plastik baru, sekaligus memangkas emisi karbon hingga 70 persen dibandingkan penggunaan minyak mentah. Inovasi ini memberi makna baru pada konsep daur ulang.

Kemasan Ramah Lingkungan

Minyak goreng bekas yang biasanya dimanfaatkan untuk pakan ternak atau biodiesel kini mendapat fungsi lebih strategis, yaitu sebagai bahan utama plastik kemasan makanan. Prosesnya melibatkan pemanasan minyak hingga berubah jadi pelet berbasis bio, yang kemudian diproses lebih lanjut menjadi plastik berkualitas pangan.

Tracey Seager, direktur inovasi dan keberlanjutan Snackbrands Australia, mengatakan, "Bagi kami, hal yang paling menarik dari penggunaan minyak goreng bekas menjadi kemasan adalah artinya segala sesuatu yang bisa kami kirim ke sana tidak lagi pergi ke tempat lain."

Ia menambahkan, "Ini berarti kami mengimpor lebih sedikit bahan bakar fosil atau lebih sedikit kapal tanker minyak yang datang ke pelabuhan di Australia." Hasil uji coba ini akan segera hadir di pasar, dengan produk yang dikemas dalam plastik berbasis minyak jelantah diperkirakan tersedia tahun depan.

Tantangan dalam Proses Daur Ulang

Meski menjanjikan, inisiatif ini masih menyisakan persoalan besar terkait akhir masa pakai kemasan. Saat ini, kemasan berbahan minyak goreng bekas hanya bisa berakhir di tempat pembuangan akhir, bukan jalur daur ulang. 

James Harrington, manajer penjualan dan komersial Viva Energy, menyebut salah satu solusi adalah teknologi pirolisis plastik, yaitu memanaskan kembali plastik pada suhu sangat tinggi untuk menghasilkan minyak baru. Ia menjelaskan, "Kami sedang mencari cara agar kemasan ini bisa dibuang dalam kantong di tempat daur ulang biasa atau dikembalikan ke toko."

Perusahaan juga sedang meneliti keamanan dan integritas plastik hasil daur ulang ini, dan sejauh ini belum menemukan dampak buruk terhadap lingkungan. Namun, Harrington menegaskan bahwa keberhasilan jangka panjang proyek ini sangat membutuhkan investasi, regulasi, dan dukungan pemerintah terkait target konten daur ulang.

Read Entire Article
Online Global | Kota Surabaya | Lifestyle |