Keroyokan untuk Merawat dan Hidupkan Budaya Tenun Iban

1 month ago 26

Liputan6.com, Jakarta - Bertajuk "Aram Bekelala Tenun Iban," program Yayasan Kawan Lama melanjutkan upayanya memperkuat peran perempuan penenun dan menghidupkan kembali potensi ekonomi lokal berbasis budaya. Selain meneruskan kolaborasi dengan Cita Tenun Indonesia dalam penguatan teknik dan kapasitas penenun, pihaknya juga menggandeng dua mitra baru.

Ketua Yayasan Kawan Lama, Tasya Widyakrisnadi, mengatakan melalui rilis pada Lifestyle Liputan6.com, Kamis (24/7/2025), "Pada pelatihan kali ini, kami melibatkan mitra strategis, seperti Wilsen Willim dan Lingkar Temu Kabupaten Lestari yang memiliki rekam jejak kuat dalam pendampingan dan pengembangan kapasitas masyarakat."

"(Ini dilakukan) untuk memastikan program tersebut tidak hanya berjalan, tapi juga berdampak jangka panjang. Sinergi ini semakin diperkuat dengan dukungan ekosistem ritel Kawan Lama Group yang telah melayani masyarakat Indonesia selama lebih dari 70 tahun."

"Melalui kolaborasi lintas sektor ini, kami hadir menjawab berbagai tantangan, sekaligus mendorong lahirnya ekonomi sirkular yang inklusif dan berkelanjutan, terutama bagi komunitas penenun yang jadi bagian penting dari warisan budaya Indonesia," ujar dia.

Pemanfaatan Pewarna Alami

Pada tahap pelatihan, pendekatan Training of Trainers (ToT) diterapkan dengan melibatkan 20 penenun perempuan sebagai fasilitator lokal yang berhasil menjangkau lebih dari 80 penenun lain di wilayah Kapuas Hulu. Hingga Juli 2025, tercatat lebih dari 100 penenun aktif terlibat.

Sementara itu, desainer Wilsen Willim berperan menerjemahkan pesona tenun Iban ke dalam koleksi ready-to-wear yang sesuai selera pasar modern, tanpa meninggalkan nilai-nilai budaya yang terkandung. Dukungan pemerintah daerah dan Lingkar Temu Kabupaten Lestari disebut membuka peluang integrasi program ke dalam perencanaan pembangunan daerah, sekaligus memungkinkan replikasi di wilayah lain yang memiliki potensi budaya dan sosial serupa.

Inisiatif "Aram Bekelala Tenun Iban" juga menekankan pemanfaatan pewarna alami dari tanaman lokal, seperti ketawang, gambut, dan daun kratom. Sejak awal 2025, eksplorasi ini berhasil meningkatkan variasi warna dari enam jadi 69, yang bersumber dari 23 jenis tanaman lokal.

Regenerasi Penenun

Catatan ini tidak hanya mencerminkan besarnya potensi sumber daya hayati Kalimantan Barat, tapi juga menghasilkan karakter warna khas yang tidak ditemukan di daerah lain. Selain aman bagi kesehatan penenun dan pemakainya, pendekatan ini memperkaya palet warna, memperkuat keterampilan komunitas dalam mengolah pewarna alami, serta mempertegas identitas lokal sebagai bagian dari pemberdayaan dan keberlanjutan budaya.

Penanaman tanaman pewarna di halaman rumah dan hutan adat pun jadi bagian dari upaya konservasi berbasis komunitas. Menyentuh dimensi sosial yang lebih luas, Yayasan Kawan Lama turut mendorong inisiatif yang mendukung akses pendidikan dasar dan wawasan budaya bagi anak-anak penenun di pelatihan kali ini.

Upaya tersebut berangkat dari keyakinan bahwa pelestarian budaya tidak cukup sampai produk, tapi juga memerlukan semangat keberlanjutan di komunitasnya. Karena itu, regenerasi penenun jadi kunci pelestarian yang tidak kalah penting.

Menyiapkan Generasi Perawat Budaya

Dengan membuka akses pendidikan bagi anak-anak penenun, program ini tidak hanya menanamkan nilai budaya sejak dini, tapi juga menyiapkan generasi penerus yang mampu merawat dan mengembangkan warisan tersebut. Inisiatif ini dianggap jadi bagian penting dalam membangun ekosistem budaya yang lestari, inklusif, dan berdaya lintas generasi.

Kepala Desa Rantau Prapat, Midun, berkomentar, "Program ini telah berdampak sangat positif bagi masyarakat kami, khususnya para perempuan penenun, bahkan anak-anak mereka. Dalam enam bulan terakhir, para peserta tidak hanya mendapatkan pelatihan teknis, namun juga merasakan peningkatan pemberdayaan, baik secara ekonomi maupun sosial."

"Peran Yayasan Kawan Lama bersama para mitra sangat besar dalam membuka akses dan memperluas wawasan warga kami. Kami melihat langsung bagaimana semangat dan keterampilan para penenun tumbuh, dan kami percaya ini adalah awal dari perubahan jangka panjang yang berkelanjutan," tandasnya.

Read Entire Article
Online Global | Kota Surabaya | Lifestyle |