Insiden 5 Turis China Meninggal Dunia Akibat Kecelakaan di Bali

Liputan6.com, Jakarta - Sebuah minibus yang membawa belasan turis China mengalami kecelakaan pada Jumat, 14 November 2025, di Bali. Insiden nahas itu menewaskan lima orang dan melukai delapan lainnya, kata polisi.

Minibus tersebut sedang berada di jalan berkelok dan menurun di Kabupaten Buleleng, yang terletak di sisi utara pulau tersebut, saat kecelakaan terjadi, lapor AFP, seperti dikutip dari CNA, Sabtu, 15 November 2025. Lima korban meninggal dunia terdiri dari tiga perempuan dan dua laki-laki.

Sementara itu, pengemudi mengalami luka ringan. "Pengemudi tidak dapat mengendalikan kendaraannya ... kendaraan itu menabrak sebuah lahan pertanian dan pohon," kata Bachtiar Arifin, petugas polisi lalu lintas setempat, seraya menambahkan bahwa kecelakaan itu sedang diselidiki.

Ia mengatakan, polisi telah memberi tahu konsulat Tiongkok tentang kecelakaan tersebut, dan konsulat sedang menghubungi keluarga penumpang yang terlibat. Kecelakaan lalu lintas yang fatal sering terjadi di Indonesia, menurut outlet itu, di mana peraturan lalu lintas sering diabaikan dan kendaraan sering kali tidak dirawat dengan baik.

Pengemudi kendaraan itu ditangkap, kata Ida Bagus Widwan Sutadi, Kapolsek Buleleng, menurut SCMP. Gambar dari lokasi kecelakaan menunjukkan bagian depan minibus hancur akibat benturan, kaca depannya pecah, serta pintu sampingnya bengkok hingga tidak berbentuk.

Konsulat Tiongkok menyatakan bahwa pihaknya "menjalin komunikasi yang erat dengan kepolisian Indonesia dan otoritas terkait lainnya untuk memverifikasi korban yang melibatkan warga negara Tiongkok." Pihaknya juga "membangun kontak langsung dengan mereka yang terdampak."

Juga, mengoordinasikan kelompok relawan perlindungan konsuler setempat untuk menyediakan layanan penerjemahan bagi mereka yang terdampak. Bali merupakan destinasi wisata yang populer.

Tahun lalu, Indonesia menerima hampir 14 juta wisatawan dari seluruh dunia. Dari jumlah tersebut, hampir 1,2 juta berasal dari China, menjadikan Tiongkok salah satu sumber wisatawan utama Indonesia, setelah Malaysia, Australia, dan Singapura.

Agustus lalu, kecelakaan kapal Fastboat Bali Dolphin Cruise 2 dilaporkan dari alur masuk Pelabuhan Sanur. Menurut laporan Kepala Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Kelas II Benoa, kecelakaan kapal ini terjadi sekitar pukul 15.15 WITA, lapor kanal Bisnis Liputan6.com.

"Kami turut prihatin dan berbela sungkawa atas musibah tenggelamnya kapal Fastboat Bali Dolphin Cruise 2 di alur masuk Pelabuhan Sanur, Bali," ujar Direktur Jenderal Perhubungan Laut Kemenhub Muhammad Masyhud dalam pernyataan tertulis.

Berdasarkan laporan kronologi kejadian, pada Selasa, 5 Agustus 2025 kapal bertolak dari Pelabuhan Nusa Penida sekitar pukul 14.30 WITA menuju Pelabuhan Sanur.

Masyhud mengatakan, menurut laporan yang diterimanya, selama pelayaran, gelombang laut aman dan angin bertiup tidak terlalu kencang. "Saat kapal mau memasuki alur masuk Pelabuhan Sanur pukul 15.10 WITA dan sudah melewati pelampung suar warna merah dan hijau, nakhoda berolah gerak cikar kiri akan masuk ke dermaga."

"Tiba-tiba ombak menghantam lambung kiri kapal yang mengakibatkan kapal langsung terbalik," urainya.  Akibatnya, kapal Bali Dolphin Cruise 2 kandas dengan posisi terbalik. Menindaki peristiwa tersebut, upaya stabilisasi dan pengamanan lokasi lantas dilakukan.

Proses evakuasi penyelamatan dilakukan oleh kru kapal, dibantu oleh KNP. 515, RIB SAR Denpasar dan beberapa kapal kecil yang berada di sekitar Pelabuhan Sanur. Tindakan pertama dilakukan dengan membuka life raft kapal untuk membantu evakuasi penumpang ke darat.

Operasi pencarian korban hilang berlangsung hingga Rabu, 6 Agustus 2025 pukul 13.30 WITA. Dari 75 orang penumpang, 73 di antaranya dinyatakan selamat, dua meninggal dunia, sementara empat awak kapal selamat dan satu meninggal dunia.

"Atas nama Kementerian Perhubungan, kami menyampaikan belasungkawa mendalam kepada keluarga korban," ujar Masyhud, Rabu.

Proses pencarian korban difokuskan pada bangkai kapal yang telah berpindah dari posisi awal di sisi luar pelabuhan ke area kolam pelabuhan Sanur, dengan jarak kurang lebih 250 meter dari lokasi semula. Tim SAR Gabungan dibantu dua unit alat berat menghancurkan lambung kapal demi mempermudah penyisiran dan evakuasi.

"KSOP Benoa telah membentuk Posko Darurat, sedangkan VTS Benoa telah mengeluarkan Navigational Warning pada seluruh kapal di sekitar lokasi kejadian," kata dia.