Influencer Perjalanan Didenda Rp 9 Jutaan Usai Nyalakan Api Sembarangan di Pulau Pasir Terbesar di Dunia

Liputan6.com, Jakarta - Sebuah insiden yang melibatkan seorang travel vlogger, Bridget Crosato, pembawa acara dari The Red Dirt Diary, disorot tajam warga Australia. Pria dengan lebih dari 80 ribu pengikut di Instagram itu didenda 834 dolar Australia, sekitar Rp9 juta, karena menyalakan api secara ilegal saat berkunjung ke K'gari, sebuah pantai pasir terbesar di dunia yang masuk dalam Situs Warisan Dunia UNESCO.

Dilansir dari news.com.au, influencer itu secara ilegal menyalakan api kecil di luar area yang ditentukan di pulau tersebut. Ia juga diperingati petugas karena menggunakan drone di atas area perkemahan padahal penggunaan alat itu diatur ketat. 

Peraturan di K'gari melarang keras penyalaan api, kecuali jika dinyalakan di dalam cincin api yang diatur Queensland Parks and Wildlife Service (QPWS) di area perkemahan seperti Dundubara dan Waddy Point. Itu pun hanya berlaku saat larangan kebakaran tidak diberlakukan. 

Insiden tersebut dengan cepat menarik perhatian publik dan memicu diskusi tentang tanggung jawab pembuat konten saat merekam di lokasi sensitif. Senior Ranger QPWS, Chad Hoult, menegaskan bahwa tidak ada pengecualian, bahkan untuk individu dengan pengaruh media sosial yang signifikan. Tindakan mengabaikan aturan, terutama yang berkaitan dengan bahaya kebakaran, dianggap sebagai ancaman langsung terhadap keberlanjutan ekosistem K'gari yang rapuh.

K'gari, sebelumnya dikenal sebagai Pulau Fraser, adalah permata alam yang berada di lepas pantai Queensland, Australia. Pulau pasir terbesar di dunia ini menawarkan kombinasi unik antara hutan hujan yang tumbuh di pasir, danau air tawar yang jernih, dan pemandangan pantai yang menakjubkan.

Keindahan alaminya menarik wisatawan dan konten kreator dari seluruh penjuru dunia. Bersamaan dengan status Situs Warisan Dunia yang prestisiusi, datang pula serangkaian aturan ketat yang dirancang untuk melindungi ekosistemnya yang sangat rentan.

Aturan-aturan ini tidak dibuat untuk menyulitkan, melainkan sebagai garis pertahanan terakhir terhadap kerusakan lingkungan yang permanen. Ekosistem K'gari sangat halus, aktivitas manusia sekecil apapun, bisa merusak dan memiliki konsekuensi yang meluas.

"Mengabaikan aturan ini menimbulkan ancaman serius bagi lingkungan K'gari yang halus, satwa liar yang unik, dan warisan budaya yang kaya," kata Hoult dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan QPWS, Selasa, 11 November 2025.

Contoh paling nyata dari kerentanan pulau ini adalah insiden kebakaran hutan dahsyat yang terjadi hanya lima tahun lalu. Gara-gara menyalakan api unggun ilegal di dekat Orange Creek, lebih dari setengah pulau terbakar habis.

Pemerintah Queensland melaporkan luasan lahan K'gari yang terbakar habis mencapai 85.000 hektare. Pengalaman pahit ini membuat petugas taman sangat waspada terhadap setiap pelanggaran, sekecil apa pun.

Kondisi alam di Queensland, dengan suhu tinggi dan angin utara kering yang kuat, dapat mengubah api kecil menjadi bencana besar dalam sekejap. Hoult juga menambahkan bahwa ancaman ini tidak terbatas pada K'gari saja, mengingatkan pada insiden serupa di tempat lain.

"Kami beruntung ini tidak terjadi dengan kebakaran ini, namun kami telah melihat api unggun ilegal menjadi kebakaran hutan yang signifikan di Mulgumpin (Pulau Moreton) dan di Teewah," lanjut Hoult dalam pernyataannya.

Kasus kebakaran hutan dan lahan dilindungi akibat kecerobohan manusia juga sempat menimpa Bromo pada 7 September 2023. Pemicunya adalah kegiatan foto prewedding pasangan Hendra Pernama dan Pratiwi Mandala Putri yang menggunakan flare di kawasan konservasi Gunung Bromo pada 6 September 2023.

Dalam kasus tersebut, Andrie Wibowo Eka Wardhana (41) yang merupakan manajer dan penanggung jawab event organizer (EO) dalam sesi foto tersebut, divonis 2,5 tahun penjara oleh Pengadilan Negeri (PN) Kraksaan Probolinggo, pada Februari 2024. Pasalnya, kebakaran itu menyebabkan 989 hektare kawasan konservasi di Bukit Teletubbies hangus.

Balai Besar TNBTS sebelumnya memperkirakan, kerugian di Bromo akibat kebakaran yang dipicu penggunaan flare oleh terdakwa Andrie diperkirakan mencapai Rp8,3 Miliar. Ini terdiri dari biaya pemadaman yang setidaknya mencapai Rp216 juta, ditambah biaya pemulihan ekosistem di padang savana yang mencapai Rp3,26 miliar.