Efek Bumerang Kecantikan, Saat Influencer Terlalu Menarik Malah Lebih Minim Pengikut

3 weeks ago 31

Liputan6.com, Jakarta - Sebuah penelitian baru menunjukkan bahwa di dunia digital yang penuh dengan influencer - penentu tren tepercaya dengan banyak pengikut daring - menjadi terlalu menarik justru dapat menjadi bumerang, terutama di bidang kebugaran. Dua peneliti, Andrew Edelblum dari University of Dayton dan Abby Frank dari University of Oregon, menyebutnya sebagai efek bumerang kecantikan.

Dimuat dalam The Conversation, dikutip Senin (10/11/2025), riset dilakukan dengan menunjukkan unggahan Instagram tiruan dari akun influencer kebugaran fiktif kepada ratusan responden. Unggahan-unggahan itu identik dalam segala hal, kecuali satu perbedaan utama: seberapa menarik influencer tersebut.

Kedua peneliti meminta para responden untuk mengevaluasi foto-foto influencer asli terlebih dahulu. Hasilnya menemukan bahwa influencer kebugaran yang sangat menarik – atau "fitfluencer" – mendapatkan lebih sedikit suka dan pengikut dibandingkan rekan-rekan mereka yang cukup menarik.

Kedua peneliti itu lalu menganalisis temuan tersebut. Dalam salah satu studi, orang-orang yang melihat seorang fitfluencer yang sangat menarik melaporkan harga diri yang lebih rendah setelahnya. Sebaliknya, melihat seorang fitfluencer yang cukup menarik memberikan sedikit peningkatan kepercayaan diri bagi beberapa peserta, kemungkinan karena citra tersebut terasa lebih mudah dicapai.

Namun, efek bumerang kecantikan tidak sekuat di bidang lain. Ketika keduanya bereksperimen dengan influencer keuangan, penampilan tidak terlalu penting. Temuan itu tidak sepenuhnya mengejutkan karena bagi seorang pelatih keuangan, penampilan tidak terkait dengan kredibilitas. Sementara bagi seorang pelatih kebugaran, penampilan adalah hal yang sentral.

Pembawaan Diri Influencer Tak Kalah Penting

Namun, efek bumerang kecantikan bukanlah hal yang tak terelakkan. Dalam analisis terakhir, keduanya mengeksplorasi apakah gaya presentasi diri dapat menutup kesenjangan keterhubungan.

Ketika influencer yang sangat menarik mengadopsi nada yang rendah hati, berbagi perjuangan mereka, tantangan latihan, atau stagnasi kebugaran, kesenjangan keterlibatan menghilang, pihaknya menemukan hal itu bisa mengatasi masalah. Tetapi ketika influencer mengadopsi nada yang sombong, membanggakan bakat alami atau dedikasi luar biasa mereka, kesenjangan tersebut menjadi semakin besar.

Hal ini menunjukkan bahwa kerendahan hati dapat menjadi alat komunikasi yang ampuh bagi para influencer yang mungkin tampak "di luar jangkauan". Prinsipnya, fitfluencer tidak sekadar bisa menunjukkan penampilan terbaik di depan kamera, tetapi juga membuat pengikut merasa dapat terhubung dengan mereka.

Audiens terhubung dengan fitfluencer yang terasa seperti versi diri mereka yang nyata dan mudah dijangkau. Namun, daya tarik yang ekstrem bisa berdampak sebaliknya: dari apa yang seharusnya menginspirasi justru membuat terasing.

Teori Perbandingan Sosial Klasik

Efek tersebut sejalan dengan teori perbandingan sosial klasik. Orang menilai diri mereka sendiri dalam kaitannya dengan orang lain. Jika kesenjangan antara diri dan fitfluencer tampak terlalu lebar, perbandingan menjadi mengecilkan hati, bukan memotivasi. Dengan kata lain, semakin "sempurna" penampilan fitfluencer, semakin kecil kemungkinan pengikut percaya bahwa mereka dapat secara realistis menjadi seperti mereka – dan semakin kecil kemungkinan mereka untuk terlibat.

Platform media sosial telah memperhatikan hal ini. Saat ini, TikTok, Snapchat, dan platform media sosial lainnya membangun daya tarik mereka dengan konten yang jujur ​​dan autentik, alih-alih citra yang dipoles dan dipoles. Dalam lanskap baru ini, kesempurnaan bisa menjadi beban.

Riset tersebut menunjukkan bahwa daya tarik yang ekstrem mungkin menarik perhatian, tetapi dapat merusak koneksi, mata uang sejati ekonomi influencer. "Bagi merek dan kreator, kesimpulannya jelas, kesuksesan mungkin lebih bergantung pada penampilan yang nyata daripada penampilan yang sempurna," kata para peneliti.

Saran untuk Para Kreator Konten atau Influencer

Temuan tersebut memunculkan pertanyaan baru tentang bagaimana bentuk kecantikan memengaruhi dunia maya. Misalnya, gender tampaknya penting.

Dalam studi lanjutan, influencer kebugaran wanita yang sangat menarik menghadapi reaksi yang lebih kuat daripada pria yang sama menariknya, mungkin mencerminkan kecenderungan sosial yang lebih luas untuk menilai penampilan wanita secara lebih tajam. Penelitian selanjutnya dapat mengeksplorasi apakah bias serupa berlaku untuk ciri-ciri lain yang terlihat, seperti ras atau disabilitas.

Efeknya mungkin juga melampaui kebugaran. Industri yang dibangun di sekitar penampilan, seperti konten fesyen, kecantikan, atau gaya hidup, dapat menunjukkan pola yang sama.

Terakhir, tidak semua audiens merespons dengan cara yang sama. Orang-orang yang baru mengenal kebugaran atau pengguna yang lebih muda yang masih membentuk identitas mereka mungkin sangat rentan terhadap perbandingan negatif dengan influencer kebugaran yang sangat menarik. Memahami perbedaan ini dapat membantu kreator dan platform membangun interaksi yang lebih sehat secara daring.

Read Entire Article
Online Global | Kota Surabaya | Lifestyle |