Dian Sastro Pimpin Para Perempuan Melawan Ageism dari Panggung JFW 2026

Liputan6.com, Jakarta - Panggung Jakarta Fashion Week (JFW) 2026 pada Sabtu malam, 1 November 2025, merah membara. Sejumlah perempuan berjalan di runway dengan pesan kuat. Dipimpin Dian Sastro, mereka mengirimkan sinyal perlawanan pada ageism, yakni diskriminasi atau stereotipe berdasarkan umur.

Mengenakan gaun berkerah sabrina berwarna merah terang rancangan Jan Sober, Dian berjalan anggun melintasi para penonton. Suami Dian, Indraguna Sutowo, dan kedua anak mereka, Shailendra dan Ishana, terlihat berada di antaranya. Indra bahkan merekam momen saat istrinya berjalan dan melambai ke arah mereka lewat kamera ponsel pintarnya.

Pertama kali masuk di runway, ia bergabung dengan tiga model perempuan yang terpilih lewat seleksi program Miracle Runway. Program yang diinisiasi Pond's itu memberikan kesempatan pada perempuan di atas usia 30 tahun untuk eksis di panggung pekan mode ternama di Indonesia.

"Sayangnya di industri kita, masih sangat lekat ageism itu. Kesannya, kecantikan atau aktualisasi diri perempuan itu terpaku pada waktu tertentu. Padahal, menurut aku, itu paham yang sudah usang," ucapnya dalam jumpa pers di Jakarta sebelum pagelaran busana itu dilaksanakan.

Tahun ini, Miracle Runway menampilkan sembilan perempuan yang terpilih melalui seleksi di dua kota, yakni Surabaya dan Jakarta. Menurut Esa Mahira Arman, Senior Brand Manager POND’S, total ada lebih dari 500 peserta yang mendaftar.

Esa menyatakan mereka dipilih bukan semata fisik, melainkan memiliki cerita hidup yang bisa menginspirasi orang lain. "Kita cari orang yang punya story message sangat kuat sehingga merepresentasikan miracle happens at any age," ucapnya seraya menyebut kampanye program tersebut tahun ini adalah Cheat Your Age.

Setelah terpilih, kesembilan perempuan itu menjalani sejumlah pelatihan, termasuk public speaking, storytelling, pembuatan konten, dan juga modelling. "Agar mereka fully transform jadi miracle models," kata Esa.

Salah satu yang terpilih adalah Irma yang kini berusia 42 tahun. Dalam jumpa pers, ia mengaku sejak tahun lalu berkeinginan untuk ikut program tersebut tetapi belum ada kesempatan. Momen menunggu itu kemudian dimanfaatkannya untuk menyiapkan diri. Salah satu yang memotivasinya untuk ikut adalah keinginan mewujudkan mimpi lamanya yang belum terwujud, yakni berkarier di bidang hiburan.

"Kebetulan usia saya 42 tahun. Kesempatan saya untuk bisa berkarya di luar itu semakin menipis. Saya harus buka kesempatan saya sendiri. Jadi, saya daftar Miracle Runway tahun ini," ujarnya.

Selain Irma, ada pula Alfa yang menjadi model tertua yang terpilih dalam program tersebut. Dalam buku panduan diterangkan bahwa perempuan berusia 48 tahun itu merupakan seorang penyintas kanker payudara dan kini berkarier sebagai pembuat konten. 

Sosoknya yang menjulang langsung menarik perhatian saat membawakan gaun korset hitam merah rancangan desainer Christie Basil. Ia tampil percaya diri dengan hiasan kepala keemasan.

Ada pula Dian yang berprofesi sebagai sopir taksi perempuan. Ibu tunggal tujuh anak yang berusia 37 tahun itu tampil membawakan gaun two pieces dari koleksi Tapak Dara rancangan Studio Jeje.

"Kita percaya berkarya enggak harus dibatasi umur tertentu. Age is just a number, you can still glowing at any age.. Kita angkat ageism sebagai sesuatu yang harus kita patahkan. Ini menjadi misi bersama sesuai tema JFW 2026, Legacy of Style. You can shine and miracle happens at any age," imbuh Esa.

Panggung itu juga dimeriahkan oleh ragam koleksi karya tiga desainer perempuan Indonesia. Angelita Nurhadi, desainer dari label Studio Jeje, membawakan koleksi berjudul Tapak Dara. Karyanya terinspirasi dari puisi sunyi bunga-bunga liar yang tumbuh di tepi jalan dan trotoar Jakarta.

"Tapak Dara menangkap semangat kebebasa, kemampuan beradaptasi, kepercayaan diri, dan kekuatan kelembutan. Cerminan perempuan yang tumbuh, berevolusi, dan mekar seiring waktu," kata Angie, panggilan akrabnya.

Sementara, desainer Christie Basil mengusung koleksi berjudul Glass Onion yang terinspirasi dari bawang. Menurutnya, perjalanan hidup manusia tak ubahnya seperti mengupas lapisan demi lapisan kulit bawang. "Koleksi ini menyimbolkan bahwa cantik bukan tentang lapisan luar yang menutupi, tapi keberanian menanggalkan lapisan itu karena kecantikan sejati lahir ketika kita jujur pada diri sendiri," ujarnya.

Jan Angga, desainer lapis kedua dari label Jan Sober, juga menyodorkan perspektif yang tak kalah unik. Koleksi berjudul Time, Unveiled: Gilded Reverie yang dibawakannya menyingkap kekuatan lembut dari keindahan yang tak lekang oleh waktu.