Cinta Laura Bergaya Hidup Ramah Lingkungan, Tak Mau Jadi Penyebab Kesengsaraan Orang Lain

Liputan6.com, Jakarta - Cinta Laura cukup sering mengampanyekan gaya hidup ramah lingkungan dalam berbagai kesempatan. Bukan hanya bicara, tapi aktris yang terkenal lewat sinetron Cinderella itu juga mempraktikannya dalam kehidupan sehari-hari. Ternyata, ada alasan khusus di balik keputusannya untuk konsisten menerapkan gaya hidup tersebut.

"Aku tidak mau menjadi penyebab kesengsaraan orang lain, penyebab kualitas hidup orang lain menurun," kata Cinta saat berbicara di Langkah Membumi Ecoground 2025 di Taman Peruri, Jakarta, Minggu, 9 November 2025.

Menurut duta L'oreal Indonesia itu, alasan berperan penting sebelum menjalankan gaya hidup ramah lingkungan. Itu menjadi jangkar agar kita bisa konsisten melakukannya. Penerapannya dilakukan secara bertahap dan dimulai dengan hal-hal sederhana agar bisa menjadi kebiasaan.

Pertama, ia selalu menghabiskan air minum, baik yang disiapkannya sendiri maupun disediakan oleh orang lain. Sekalipun wadahnya adalah botol kaca, ia akan tetap membawa sisanya hingga air habis hingga tetes terakhir.

"Karena aku mikir, banyak orang, enggak hanya di negara-negara yang sangat miskin, bahkan di negara kita yang masih berkembang, banyak orang enggak punya akses air bersih. Jadi, aku enggak akan pernah tidak menghabiskan air minum aku apapun sumbernya, maupun botol kaca atau botol plastik," ucapnya.

Cinta juga membiasakan diri untuk menghemat listrik. Ia akan selalu memastikan lampu atau AC tidak menyala bila tidak ada dalam ruangan atau tidak di rumah. "Ketiga, sesimpel bawa tumbler ke mana-mana," sahutnya.

Hal terakhir untuk mendukung gaya hidup ramah lingkungannya adalah menghindari membeli produk fast fashion. Menurut Cinta, produsen fast fashion bertanggung jawab atas kasus eksploitasi pekerja, tapi sering diabaikan atau lolos dari jerat hukum. 

"Dieksploitasi dengan gaji yang sangat minim, tapi juga mereka harus mengandalkan pakaian yang mereka buat dengan bahan-bahan kimia berbahaya sehingga kesehatan mereka terdampak dan juga keturunan mereka," sambungnya.

Karena itu, alih-alih membeli produk fast fashion, ia memutuskan jarang belanja dan hanya menggunakan koleksi lamanya saja. Banyak barang yang ia kenakan selama bertahun-tahun. 

"Ini adalah atasan yang aku beli udah tiga tahun yang lalu. Celana ini adalah sebuah celana yang dibuat seorang fashion stylist buat ajang internasional, beberapa bulan yang lalu, tapi akhirnya aku ambil dan sering sekali aku gunakan. Sepatu ini juga usianya udah tiga tahun dan tidak aku beli sendiri, diberikan sebagai hadiah ulang tahun," celoteh Cinta soal busana yang dikenakannya di acara tersebut.

Cinta mengaku keputusan-keputusan hidup, termasuk membiasakan bergaya hidup hijau, terutama dipengaruhi didikan sang ibu, Herdiana Kiehl. Sejak kecil, sang ibu, kata Cinta, selalu mengajarkannya tentang empati dan kasih sayang.

"Sangat bersyukur, walaupun aku tumbuh besar di keluarga yang berkecukupan, dari kecil, bahkan sebelum pindah ke Indonesia pun, saat melihat seseorang yang sengsara atau mungkin hidupnya susah, mama aku mengajarkan aku untuk memposisikan diri aku di posisi itu," kata dia.

"Empatiku lah yang membuat aku selalu berpikir dua kali sebelum bertindak, dan juga memikirkan orang lain, tapi juga chain reaction atau domino effect dari segala keputusan yang aku ambil," imbuh dia.

Itu juga berlaku pada perilaku belanjanya. Ia mengaku jarang belanja karena uang yang dikeluarkan untuk membeli produk bisa sangat berharga bagi orang lain.

"Saat kita ke mal, let's say kita ke sebuah toko komersil, aku nggak akan bilang brandnya, beli satu buah pakaian aja itu mungkin Rp700 ribu. Kita beli dua, udah Rp 1,5 juta. Kita beli tiga, udah Rp2,2 juta. Di beberapa provinsi di Indonesia, UMR itu hanya Rp 2 juta," urai Cinta.

Duta UNICEF itu mengakui lingkungan cenderung menekannya untuk membeli sesuatu yang mahal dan mewah. Tekanan itu terutama muncul di media sosial yang banyak diakses masyarakat.

"Masyarakat secara luas terperangkap dalam sebuah mindset di mana mereka merasa hanya memiliki nilai jika bisa membeli hal-hal yang mahal atau eksklusif. Oleh karena itu, semuanya dimulai dari mindset, guys," ujar Cinta.

Ia pun berusaha untuk berpegang teguh pada nilai dirinya dalam mengatasi tekanan sosial. Di samping, ia harus menjadi kreatif agar tetap bisa tampil berbeda setiap waktu meski tidak punya banyak koleksi baju.

"Kenapa aku terlihat seperti selalu memiliki bajubaru? Karena mixing and matching yang luar biasa sehingga kalian nggak tahu aku pakai sepatu yang sama, celana yang sama, gesper yang sama," katanya sembari tertawa.

Pada akhirnya, ia mengaku tak masalah bila dijauhi orang-orang yang menganggapnya berharga hanya karena benda-benda yang dimiliki. Ia menganggap orang tersebut tidak layak berada di lingkaran pertama hidupnya.

"Karena orang-orang yang respect kalian dan mengapresiasi kalian, tidak akan peduli dengan apa yang kalian miliki atau apa yang kalian temukan. So just be yourself and know your value," ujarnya.