China Peringatkan Warganya Tidak Bepergian ke Jepang, Maskapai Berbondong Tawarkan Refund Tiket Pesawat Gratis

Liputan6.com, Jakarta - China memperingatkan warganya untuk tidak bepergian ke Jepang menyusul pernyataan Perdana Menteri negara itu, Sanae Takaichi. Alhasil, maskapai penerbangan Tiongkok, seperti China Air, China Southern, dan China Eastern telah mengeluarkan pernyataan yang memungkinkan pemegang tiket ke Jepang melakukan pengembalian dana secara gratis.

Opsi lainnya, menurut Bloomberg, seperti dikutip dari Mothership, Selasa (18/11/2025), calon penumpang boleh mengubah penerbangan mereka mulai 15 November 2025. Di sisi lain, maskapai penerbangan Jepang menyatakan, reservasi penerbangan dari/ke China tidak terpengaruh peringatan tersebut, lapor NHK WORLD-JAPAN.

All Nippon Airways dan Japan Airlines mengatakan, peringatan tersebut sejauh ini tidak memengaruhi bisnis mereka. Dua maskapai itu mencatat bahwa tidak ada penerbangan ke Jepang yang dibatalkan.

Organisasi Pariwisata Nasional Jepang menyatakan bahwa 7,48 juta wisatawan dari Tiongkok mengunjungi Jepang antara Januari dan September tahun ini. Angka tersebut merupakan jumlah wisatawan tertinggi dari negara atau wilayah mana pun.

Pada Jumat, 14 November 2025, China mengeluarkan peringatan perjalanan bagi warganya dan memanggil Duta Besar Jepang di Beijing, menyusul pernyataan Takaichi yang menyebut Jepang dapat mengerahkan Pasukan Bela Diri jika China menyerang Taiwan.

Ketegangan ini memuncak setelah Takaichi menyatakan di sidang parlemen pekan lalu bahwa penggunaan kekuatan atau kehadiran kapal perang China di sekitar Taiwan dapat dikategorikan sebagai “situasi yang mengancam kelangsungan hidup” Jepang—status hukum yang memungkinkan Tokyo mengerahkan pasukan militernya.

Komentar tersebut langsung dikecam Beijing sebagai "mengerikan." Ketegangan makin meningkat ketika Xue Jian, Konsul Jenderal China di Osaka, menulis komentar bernada ancaman yang ditafsirkan sebagai ajakan untuk "memenggal kepala" Takaichi. Unggahan itu kemudian dihapus, tapi dampaknya terlanjur meluas.

Jepang dan China saling melayangkan protes diplomatik, sementara Takaichi menolak mencabut komentarnya dan menyebutnya sejalan dengan posisi Jepang selama ini, dikutip kanal Global Liputan6.com dari laman BBC, Sabtu, 15 November 2025.

Beijing menanggapi lebih keras lagi dengan mengunggah peringatan pada Jepang untuk "berhenti bermain api." Pihaknya bahkan menyebut potensi keterlibatan Jepang di Selat Taiwan sebagai "tindakan agresi."

Di sisi Jepang, pemerintah menegaskan bahwa kebijakannya terkait Taiwan tidak berubah dan tetap mendorong penyelesaian damai melalui dialog. Tokyo juga mendesak Beijing mengambil tindakan terhadap komentar Xue Jian.

Pertikaian terbaru ini menyinggung kembali sejarah panjang permusuhan antara Jepang dan China, dari konflik berabad-abad lalu hingga pendudukan brutal Jepang pada era Perang Dunia II. Beban sejarah itu terus membayangi hubungan kedua negara.

Kenaikan Takaichi yang dikenal konservatif dan dekat dengan mendiang PM Jepang Shinzo Abe turut memicu kekhawatiran Beijing. Kebijakannya yang pro-AS dan dorongan meningkatkan belanja pertahanan Jepang dipandang sebagai sinyal bahwa ketegangan antara Tokyo dan Beijing berpotensi meningkat.

Dengan dua kekuatan besar Asia yang saling berbalas ancaman, dinamika keamanan di kawasan tampaknya memasuki babak baru yang lebih sensitif, terutama terkait masa depan Taiwan. Terbaru, China mengerahkan kapal penjaga pantainya ke perairan Kepulauan Senkaku dan menerbangkan drone militernya di dekat wilayah terluar Jepang. 

Kanal Global Liputan6.com merangkum, penjaga pantai China pada Minggu, 16 November 2025, mengatakan bahwa kapal-kapalnya melakukan patroli di perairan Senkaku, yang dikelola Jepang, namun juga diklaim oleh China sebagai Kepulauan Diaoyu.

"Formasi kapal penjaga pantai China 1307 melakukan patroli di dalam perairan teritorial Kepulauan Diaoyu. Ini adalah operasi patroli yang sah yang dilakukan oleh penjaga pantai China untuk menegakkan hak dan kepentingannya," demikian pernyataan tersebut, lapor The Guardian.

China dan Jepang telah lama terlibat ketegangan akibat kepulauan tersebut. Di sisi lain, NHK melaporkan, terdapat empat kapal China yang memasuki perairan teritorial Jepang di sekitar Kepulauan Senkaku pada Minggu.

Penjaga Pantai Jepang mengatakan bahwa keempat kapal itu meninggalkan perairan teritorial Jepang setelah sekitar 90 menit. Mereka mencatat bahwa kapal-kapal China tersebut dilengkapi dengan meriam.