Cara Plating Makanan Tradisional agar Instagramable, Tetap Autentik tapi Lebih Menarik di Era Modern

Liputan6.com, Jakarta Cara plating makanan tradisional agar instagramable menjadi kunci untuk membuat hidangan khas Indonesia tampil menarik tanpa kehilangan cita rasa aslinya. Di era media sosial, tampilan visual yang estetik mampu meningkatkan daya tarik makanan dan membuat hidangan sederhana seperti nasi uduk, gudeg, atau sate terlihat lebih mewah dan modern.

Teknik plating yang tepat tidak hanya menonjolkan keindahan, tetapi juga keseimbangan warna, rasa, dan tekstur. Dengan sentuhan kreatif yang tetap mempertahankan unsur tradisional, makanan Indonesia bisa tampil elegan dan siap jadi sorotan di media sosial. Berikut beberapa cara plating sederhana agar sajian tradisional terlihat lebih menggugah selera dan Instagramable.

Piring berwarna netral seperti putih, hitam, atau tanah liat dapat menonjolkan warna alami makanan tradisional. Warna-warna ini membantu makanan terlihat lebih menonjol tanpa terlihat ramai.

Kamu juga bisa menggunakan daun pisang, daun jati, atau wadah bambu sebagai alas untuk menambah kesan otentik. Sentuhan alami seperti ini menciptakan nuansa tradisional yang hangat dan menggugah selera.

Selain menarik, konsep ini juga lebih ramah lingkungan dan memberikan sentuhan lokal yang kuat, cocok untuk konten Instagram bertema heritage.

Teknik layering berarti menyusun makanan dari lapisan terbawah hingga paling menonjol agar tampil seimbang dan menarik. Misalnya, nasi bisa menjadi dasar, diikuti lauk, dan kemudian garnish di bagian atas.

Fokus utama plating sebaiknya ada pada lauk atau elemen khas dari makanan tersebut, misalnya rendang pada nasi padang atau sambal pada pecel. Ini membantu mata penonton langsung tertuju pada bagian paling menggugah selera.

Dengan komposisi yang tepat, makanan tradisional bisa tampak rapi dan artistik tanpa kehilangan cita rasa aslinya.

Garnish atau hiasan bukan sekadar pemanis, tapi juga berfungsi menyeimbangkan tampilan makanan. Gunakan garnish alami seperti cabai merah, daun kemangi, atau irisan jeruk limau agar tetap sesuai dengan cita rasa nusantara.

Kombinasi warna kontras seperti hijau, merah, dan kuning membuat tampilan makanan lebih hidup di kamera. Namun, hindari penggunaan garnish yang tidak relevan dengan cita rasa tradisional, agar plating tetap autentik.

Selain mempercantik, garnish yang tepat juga bisa menambah aroma dan sensasi segar pada hidangan.

Kunci plating yang menarik adalah keseimbangan antara ruang kosong dan makanan. Jangan memenuhi seluruh permukaan piring, karena ruang kosong membantu menonjolkan bentuk dan warna hidangan.

Proporsi yang baik biasanya menempatkan makanan utama di bagian tengah atau sedikit ke samping, dengan pelengkap di sekelilingnya. Ini memberikan kesan dinamis namun tetap harmonis saat dilihat dari atas.

Tampilan yang rapi dan seimbang tidak hanya terlihat profesional, tetapi juga membuat foto makanan tampak lebih bersih dan menggugah.

Selain makanan, elemen pendukung seperti anyaman bambu, kain batik, atau gerabah bisa memperkuat nuansa tradisional. Elemen ini berfungsi sebagai latar atau properti foto agar suasana budaya lokal tetap terasa kuat.

Misalnya, menyajikan klepon di atas tampah kecil dengan daun pisang di bawahnya bisa langsung memberikan kesan klasik namun tetap elegan.

Sentuhan ini membuat foto makanan terlihat lebih bercerita, bukan sekadar cantik, tapi juga punya nilai budaya yang dalam.

Plating yang indah tidak akan maksimal tanpa pencahayaan yang baik. Gunakan cahaya alami dari jendela atau lampu berwarna putih netral agar warna makanan tidak berubah.

Angle foto dari atas (flat lay) sering digunakan untuk menampilkan komposisi keseluruhan makanan tradisional. Namun, untuk hidangan tinggi seperti tumpeng mini, angle 45 derajat bisa menonjolkan tekstur dan bentuknya.

Eksperimen dengan pencahayaan lembut dan bayangan halus juga bisa membuat foto terlihat lebih hidup dan profesional.

Saus atau kuah bisa digunakan untuk memberikan sentuhan artistik pada plating. Misalnya, tuangkan sedikit santan kental di pinggir gudeg atau sambal pada sudut piring agar terlihat mengalir alami.

Pola tetesan atau sapuan kuah bisa menambah dinamika visual tanpa membuat piring tampak berantakan. Ini menciptakan kesan “organik” yang cocok dengan makanan tradisional.

Namun, penting untuk tidak berlebihan karena plating yang cantik tetap harus fungsional dan tidak mengganggu cara makan.

Ukuran porsi kecil atau bite size bisa membuat makanan tradisional tampak lebih modern dan elegan. Misalnya, sajikan lemper dalam potongan mini atau nasi liwet dalam mangkuk kecil.

Penyajian seperti ini lebih mudah difoto dan memunculkan kesan eksklusif seperti hidangan restoran. Selain itu, porsi kecil juga membuat konsumen lebih tertarik mencoba berbagai menu dalam satu sajian.

Teknik ini cocok untuk acara, katering, atau jualan online yang ingin tampil premium di media sosial.

1. Apakah makanan tradisional cocok dipresentasikan dengan gaya modern?

Sangat cocok, asalkan tidak mengubah karakter dan cita rasa aslinya. Sentuhan modern justru bisa memperluas daya tariknya.

2. Bahan apa yang sebaiknya digunakan untuk plating makanan tradisional?

Gunakan bahan alami seperti daun, bambu, atau piring netral agar makanan tetap menjadi fokus utama.

3. Apakah pencahayaan berpengaruh besar dalam plating?

Ya, pencahayaan sangat penting karena menentukan bagaimana warna dan tekstur makanan terlihat di kamera.

4. Bagaimana cara agar plating tetap terlihat tradisional meski bergaya modern?

Gunakan elemen dekorasi khas lokal dan pertahankan bentuk atau cara penyajian tradisional sebagai ciri khas utama.