Benarkah Jahe Bisa Meredakan Sakit Perut? Begini Kata Dokter

3 weeks ago 30

Liputan6.com, Jakarta - Jahe kerap diandalkan untuk mengatasi masalah kesehatan. Tak hanya di Indonesia, Amerika Serikat pun menempatkan suplemen mengandung jahe sebagai salah satu suplemen makanan terlaris, mengalahkan suplemen berbahan teh hijau dan Echinacea. Tetapi, apakah jahe benar-benar efektif untuk meredakan berbagai jenis sakit perut?

Mengutip CNA, Sabtu, 4 Oktober 2025, dr. Michael Curley, seorang ahli gastroenterologi di Dartmouth Hitchcock Medical Center di Lebanon, New Hampshire, mengatakan bahwa hanya beberapa penelitian yang relatif kecil yang menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut. Sebagian besar penelitian tersebut berfokus secara khusus pada mual dan muntah.

Namun, dr. Curley mengatakan penelitian terbatas yang dimiliki menunjukkan bahwa jahe dapat aman dan efektif untuk mengatasi mual dan muntah dalam konteks tertentu. Megan Crichton, seorang peneliti dan ahli gizi yang mempelajari jahe di Queensland University of Technology di Australia mengatakan bahwa jahe mengandung dua senyawa tajam, gingerol dan shogaol.

Kedua senyawa itu diyakini dapat meredakan mual dengan memblokir jalur terkait mual di usus dan otak, sehingga secara efektif menghentikan aktifnya pusat muntah di dalam otak.

Dr. Keshab Paudel, seorang farmakolog dan dokter yang mempelajari jahe di Burrell College of Osteopathic Medicine di Florida, mengatakan bahwa beberapa bukti terbatas juga menunjukkan bahwa suplemen jahe dapat meredakan gejala dengan mempercepat laju pengosongan lambung. 

Bagaimana Jahe Dapat Membantu?

dr. Paudel menjelaskan, "Banyak penelitian tentang jahe dan mual menggunakan suplemen yang mengandung bubuk akar jahe kering, yang telah terbukti membantu meredakan mual pada ibu hamil, menjalani kemoterapi, atau baru saja menjalani operasi."

Dalam tinjauan studi 2025, dr. Paudel dan rekan-rekannya menemukan bahwa ibu hamil yang mengonsumsi antara 500 mg dan 1.500 mg suplemen jahe per hari mengalami perbaikan gejala mual, tetapi muntah mereka tidak berkurang.

Dalam uji klinis 2024 yang melibatkan sekitar 100 orang dewasa yang menjalani kemoterapi, dr. Crichton dan rekan-rekannya menemukan bahwa ketika partisipan mengonsumsi 1.200 mg bubuk akar jahe per hari bersama makanan, mulai dari hari mereka memulai kemoterapi hingga empat hari setelahnya, mereka mengalami lebih sedikit mual dibandingkan pasien yang mengonsumsi plasebo.

Sebuah studi kecil dari 2023 menyimpulkan bahwa jahe dapat membantu mengatasi gejala dispepsia fungsional, sejenis gangguan pencernaan kronis. Partisipan melaporkan perbaikan rasa panas di dada, nyeri dan rasa terbakar di perut bagian atas, serta rasa penuh yang berlebihan setelah makan.

Jenis Apa yang Efektif?

Jahe tersedia dalam berbagai bentuk. Anda bisa memakannya mentah atau sebagai bumbu, meminumnya dalam teh atau soda, mengisapnya dalam permen pelega tenggorokan, dan menelannya dalam kapsul. Namun, hanya ada sedikit data tentang bagaimana berbagai bentuk jahe dibandingkan dalam hal menenangkan perut.

Dr. Joshua Forman, seorang ahli gastroenterologi di University of Maryland St Joseph Medical Center, sering merekomendasikan pasiennya yang mengalami mual untuk mencoba suplemen jahe. Suplemen ini menawarkan dosis yang lebih konsisten daripada jahe mentah atau makanan dan minuman yang mengandung jahe, dan lebih dapat ditoleransi oleh orang-orang yang tidak menyukai rasanya.

Ia merekomendasikan mengonsumsi 500 mg dua kali sehari untuk mengatasi mual akibat masalah kronis, seperti mual di pagi hari, atau dari penyakit jangka pendek seperti sakit perut, mabuk, dan mabuk perjalanan, meskipun penelitian tentang seberapa efektif jahe dalam konteks tersebut masih sedikit.

Efek Samping Konsumsi Jahe

dr. Forman menemukan, berdasarkan studi, Anda perlu mengonsumsi 3,5 ons jahe manisan, atau antara dua hingga empat porsi standar untuk mendapatkan jumlah jahe yang sama seperti dalam suplemen 300 mg. Faktanya, beberapa makanan dan minuman rasa jahe mungkin tidak mengandung banyak jahe sama sekali.

Dalam sebuah studi 2017, dr. Crichton dan rekan-rekannya menemukan bahwa dua teh jahe populer hanya mengandung 0,04 mg dan 0,15 mg jahe per porsi. Dr. Forman memperingatkan bahwa hal yang sama dapat terjadi pada beberapa bir jahe, yang mungkin hanya mengandung perisa jahe. Ia mengatakan, "Hati-hati dan baca labelnya."

Meskipun jahe dalam bentuk apa pun umumnya dianggap aman, dr. Crichton mengatakan, orang yang mengonsumsi obat-obatan termasuk pengencer darah, imunosupresan, dan obat tekanan darah atau diabetes harus berkonsultasi dengan dokter sebelum mengonsumsi jahe secara teratur. Meskipun efek samping serius jarang terjadi, orang mungkin merasa lebih sering bersendawa setelah mengonsumsinya.

Read Entire Article
Online Global | Kota Surabaya | Lifestyle |