Anomali Badai Salju di Gunung Everest, 2 Pendaki Tewas dan 580 Orang Lainnya Berhasil Dievakuasi ke Tibet

1 day ago 11

Liputan6.com, Jakarta - Pada Selasa, 7 Oktober 2025, media pemerintah China, CCTV, melaporkan 580 pendaki yang terjebak badai salju di lereng Gunung Everest berhasil dievakuasi ke Tibet. Para pendaki tiba di kota kecil Qudang dan sekitarnya, bersama 300 pemandu lokal, pawang yak, dan staf pendukung lainnya.

Kelompok terakhir yang terdiri dari sekitar 10 pendaki, didampingi oleh petugas penyelamat, belum mencapai Qudang tetapi telah tiba di titik pertemuan, yang dilengkapi dengan peralatan pemanas, oksigen, dan perlengkapan darurat lainnya. Mereka sebelumnya terdampar di ketinggian lebih dari 4.900 meter setelah hujan salju lebat menumpuk di jalur pendakian Lembah Karma di lereng timur Gunung Everest selama akhir pekan. 

Mengutip BBC, Rabu (8/10/2025), Lembah Karma merupakan rute yang kurang dikenal namun indah menuju kaki Gunung Everest. Dari kawasan itu bisa terlihat pemandangan puncak tertinggi di dunia. 

Ratusan pendaki melewati rute tersebut selama liburan Golden Week yang berlangsung delapan hari di Tiongkok. Mereka tak menyangka akan terjebak badai salju karena biasanya Oktober cerah dan suhu bersahabat, menjadikannya salah satu bulan favorit untuk mendaki di area Gunung Everest.

Belum Pernah Terjadi

Hujan salju lebat dimulai pada Jumat malam, 3 Oktober 2025, dan semakin deras selama akhir pekan. Seorang pendaki yang mengunjungi Himalaya lebih dari belasan kali mengatakan kepada BBC bahwa ia "belum pernah mengalami cuaca seperti ini".

Dong Shuchang (27) mengatakan bahwa beberapa orang dalam kelompoknya yang beranggotakan 20 orang menunjukkan tanda-tanda hipotermia. Chen Geshuang, yang merupakan bagian dari kelompok pendaki Dong, mengatakan bahwa salju setebal sekitar satu meter ketika kelompok tersebut memulai retret mereka pada Minggu, 5 Oktober 2025.

"Kami semua adalah pendaki berpengalaman," kata Chen. "Namun badai salju ini masih sangat sulit dihadapi. Saya sangat beruntung bisa keluar." Polisi, petugas pemadam kebakaran, dan ratusan relawan Tibet setempat dikerahkan untuk upaya penyelamatan.

Pendaki yang Terjebak Tak Bisa Tidur

Seorang perempuan lain mengatakan kepada BBC bahwa suaminya, yang terjebak badai, hampir tidak bisa tidur di tendanya karena takut tertimbun salju. Eric Wen mengatakan kepada Reuters bahwa tiga orang dalam kelompoknya menderita hipotermia meskipun mereka berpakaian memadai.

Mereka hampir tidak tidur karena salju turun terlalu lebat dan kelompoknya harus membersihkan salju setiap 10 menit. "Kalau tidak, tenda kami pasti sudah roboh," tambahnya.

Di wilayah pegunungan lain di Tiongkok barat, Provinsi Qinghai, seorang pendaki meninggal karena hipotermia dan penyakit ketinggian, sementara 137 lainnya dievakuasi, lapor CCTV. Nepal, negara tetangganya, di selatan Tibet, juga dilanda hujan deras, yang memicu banjir parah dan tanah longsor yang menewaskan lebih dari 50 orang.

Pendaki Asal Korea Selatan Tewas

Seorang pendaki asal Korea Selatan meninggal dunia di Himalaya, Nepal, setelah mendaki puncak pendakian yang populer, menurut laporan berita, dikutip dari Korea Times, Rabu (8/10/2025)

Jenazah pria tersebut ditemukan oleh helikopter penyelamat pada Senin, 6 Oktober 2025, sementara pemandunya berhasil diselamatkan, mengutip Tulsi Gurung, presiden Asosiasi Pemandu Gunung Nasional Nepal. Dikatakan bahwa pendaki tersebut mendaki Puncak Mera setinggi 6.476 meter, yang terletak sekitar 30 kilometer dari Gunung Everest, pada Sabtu, 4 Oktober 2025, saat badai salju melanda.

Seorang pejabat Kementerian Luar Negeri Korea mengatakan jenazah pendaki tersebut telah dipindahkan ke rumah sakit di Kathmandu pada Senin dan Kedutaan Besar Korea di Nepal memberikan bantuan konsuler yang diperlukan kepada keluarga yang ditinggalkan.

Read Entire Article
Online Global | Kota Surabaya | Lifestyle |