5.200 Keju Bersaing di World Cheese Awards 2025, dari 'Kaus Kaki Bau' hingga Keju Unta

2 weeks ago 26

Liputan6.com, Jakarta - Hal pertama yang langsung terasa saat memasuki World Cheese Awards adalah baunya. Saat edisi ke-37 dimulai di Bern, Swiss, pada Kamis, 13 November 2025, beberapa pengunjung mungkin berharap keju yang ditawarkan memiliki lebih banyak lubang.

Melansir, NYPost, Sabtu, 15 November 2025, ajang itu bukan sekadar kompetisi, tetapi juga perayaan keju. Para penikmat, pakar kuliner, dan konsumen yang penasaran memadati acara tiga hari di negara tempat keju bukan hanya makanan tetapi juga bagian dari cerita rakyat.

Dengan deskripsi aroma yang mencakup "kaus kaki bau" dan "anjing sakit," acara ini jelas merupakan sebuah festival, sekaligus tantangan bagi hidung, sama halnya seperti bagi mulut, jari, dan mata. 

Hari pertama dimulai dengan kompetisi yang menampilkan lebih dari 5.200 keju, dengan hampir seperlimanya berasal dari Swiss. Sebanyak 46 negara turut serta, jumlah pesaing yang memecahkan rekor, mulai dari Australia hingga Austria, Bulgaria hingga Brasil.

Ribuan keju yang berkumpul di satu aula pameran di Bern menciptakan campuran aroma yang orisinal. Begitu pengunjung berhasil melewati gabungan bau tersebut, pemandangan, rasa, dan aroma unik dari masing-masing keju barulah terasa begitu menggoda. 

John Farrand, direktur pelaksana Guild of Fine Food di Inggris selaku penyelenggara acara, mengatakan bahwa ada beberapa orang yang mengaku "tidak suka keju, itu benda bau yang mengerikan". Namun menurutnya, mereka hanya perlu meluangkan waktu dan mempertimbangkan segudang pilihan yang ada.

 "Saya akan mengajak mereka dan duduk bersama mereka dan membawa mereka dalam perjalanan melintasi keju," katanya.

Pesta Lima Indra di Bern

Farrand menegaskan bahwa selalu ada keju untuk semua orang, bahkan bagi mereka yang mengklaim tidak menyukai jenis tertentu. "Saya mendapat begitu banyak orang berkata kepada saya secara impulsif 'Saya tidak suka keju biru' dan itu tidak mungkin," katanya sambil menunjuk ke sekeliling aula. "Ada begitu banyak rentang keju biru dari sini ke sana... selalu ada keju biru untuk seseorang."

Dia juga menceritakan pengalamannya saat tim panitia menggulirkan dan "memecah" atau membelah roda keju Emmentaler seberat 120 kg. Tindakan itu melepaskan kepulan aroma yang kuat.

"Aroma Emmentaler ini baru saja menghantam saya," kata Farrand. "Itulah pertama kalinya keju itu melepaskan kehebatannya dan aromanya... baru saja membuat Anda lapar."

Beberapa orang mungkin menolak keju "bleu" yang terkontaminasi bakteri atau menolak aroma menyengat dari berbagai jenis keju seperti Limberger, Taleggio, "Stinking Bishop", dan Époisses de Bourgogne — keju khas Burgundy yang konon menjadi favorit Napoleon, dan saking baunya sampai-sampai legenda urban mengklaim keju ini dilarang di transportasi umum di Prancis.

Tantangan Keju Bau, Eksotis, dan 'Sepatu Kets'

Beberapa orang mungkin akan menutup hidung pada keju "bleu" (biru) yang mengandung bakteri atau menolak aroma kuat dari varietas seperti Limberger, Taleggio, "Stinking Bishop", dan Époisses de Bourgogne. Keju Époisses de Bourgogne adalah keju asal Burgundy yang konon menjadi favorit Napoleon. 

Keju ini sangat bau sehingga ada legenda urban yang mengklaim bahwa keju ini dilarang dibawa ke transportasi umum di Prancis. Sebagian pengunjung lain mungkin tidak bisa mengatasi keraguan untuk mencicipi keju yang terbuat dari susu unta, kerbau, atau keledai. Ada pula yang ngeri melihat keju yang tidak dipasteurisasi atau yang teksturnya terlalu lembek.

Namun bagi para pencicip yang lebih berani, mereka justru akan mencoba keju yang paling lengket atau paling berjamur, mencari varietas yang paling kaya rasa, paling lembut, atau paling 'berdaging' (meaty). Charlie Turnbull, Direktur Academy of Cheese, menunjuk ke arah keju bundar berwarna oranye-cokelat yang lembut. 

Bau menyengat keju itu disebabkan Brevibacterium linens "kerabat dekat dari jenis bakteri yang Anda temukan di sepatu kets anak laki-laki ketika mereka berusia sekitar 15 tahun." Turnbull mengakui baunya sangat kuat. "Ini menantang," katanya sambil sedikit meringis.

Tahap Penjurian yang Ketat dan Tertutup

Proses penjurian di World Cheese Awards berlangsung dengan aturan yang sangat ketat. Ratusan juri bercelemek kuning terlihat mengitari deretan meja panjang yang telah diberi nomor. Area penjurian dipagari dan dijaga oleh petugas keamanan. 

Bagi sekitar 265 juri yang hadir, ini adalah uji cicip buta sepenuhnya. Semua kemasan atau tanda pengenal telah dilepas dari keju. Tugas para juri adalah menusuk, meneliti, mengendus, menyentuh, dan mencicipi setiap keju, sebuah tugas berat mengingat banyaknya jumlah peserta. Mereka kemudian memberikan nilai untuk penghargaan emas, perak, dan perunggu berdasarkan atribut seperti aroma, badan keju, tekstur, rasa, dan rasa di mulut. 

Hanya keju yang mendapat kehormatan "Super Gold" yang berhasil lolos ke seleksi "Super Jury", dengan 14 keju finalis akan dinilai kembali. Paul Thomas, seorang pembuat keju dari Urstrom Kaese, di selatan Berlin, ikut menjadi juri. Dia mengiris keju biru yang ditutupi ceri dan disebut memiliki sedikit rasa koktail Manhattan. 

Setelah mencicipinya, dia berkata bahwa dia "terkejut secara menyenangkan di sebagian besar perjalanan rasa itu." Namun, dia menambahkan, "Tapi di bagian paling akhir itu meninggalkan saya dengan sesuatu... itu sedikit rasa yang tidak pas di bagian belakang lidah."

Para Pemenang World Cheese Awards

Para ahli mengakui bahwa memilih satu pemenang sangatlah rumit. Meskipun produk akhir dari "caseiculture", proses pengentalan, koagulasi, dan proses pembuatan keju lainnya, dapat dinilai berdasarkan aspek keahlian dan kualitas, rasa pada akhirnya adalah masalah selera individu. Tahun ini, pemenangnya adalah keju dari tuan rumah, Swiss. 

Sebuah Gruyere "spezial" dari Vorderfultigen Mountain Dairy, yang berlokasi sekitar 20 kilometer di selatan Bern, berhasil menjadi juara dengan mencetak 85 poin dari juri. Keju susu sapi mentah ini dikeringkan semalaman dan digarami kering sebelum dimatangkan selama lebih dari 18 bulan.

Peringkat kedua diraih oleh "Crémeux des Aldudes aux fleurs", keju lembut bertabur bunga dari desa Etxaldia di Basque Prancis. Posisi ketiga ditempati oleh Appenzeller Edel-Würzig dari Swiss yang telah dimatangkan selama sembilan bulan. Finalis lainnya berasal dari Inggris, Jepang, Belanda, Slovakia, dan Amerika Serikat.

Selain juara utama, banyak keju lain yang pulang membawa penghargaan. Lebih dari 20 keju dipilih sebagai "yang terbaik" secara nasional atau regional, seperti keju terbaik Amerika, Basque, Jepang, atau Ukraina. Piala lain juga diberikan berdasarkan kategori seperti cheddar terbaik, keju susu mentah terbaik, keju kambing atau domba terbaik, atau keju asap. 

Read Entire Article
Online Global | Kota Surabaya | Lifestyle |