Trik Taiwan Kelola Sampah, Pasang Musik Klasik di Truk Sampah

2 weeks ago 35

Liputan6.com, Jakarta - Taiwan punya trik unik dalam mengelola sampah warganya. Sejak 1960-an, melodi klasik Für Elise karya Beethoven dan Maiden’s Prayer ciptaan Tekla Badarzewska-Baranowska terdengar di jalan-jalan kota, bukan dari konser, melainkan dari truk sampah berwarna kuning yang dilengkapi pengeras suara.

Musik klasik ini menjadi tanda bagi warga untuk segera membawa sampah rumah tangga mereka. Setiap kali melodi diputar, orang-orang muncul dari apartemen membawa kantong plastik berisi sampah yang sudah dipilah, lalu memasukkannya langsung ke truk atau wadah terpisah untuk daur ulang dan sisa makanan.

Bagi warga lanjut usia, kegiatan ini juga menjadi sarana interaksi sosial. Melansir The Star, Jumat, 26 September 2025, Lee Shu-ning, berusia 78 tahun, berkata, "Ketika kami mendengar musik ini, kami tahu sudah waktunya membuang sampah. Sangat praktis."

Ia juga merasa terbantu karena bisa sekaligus mengobrol dengan tetangga dan sedikit berolahraga. Namun, sebagian orang merasa sistem ini kurang fleksibel.

Dai Yun-wei, seorang pekerja salon, menuturkan, "Menurut saya cukup merepotkan karena jadwalnya tetap setiap hari. Kadang kami tidak ada di rumah atau sedang sibuk, jadi tidak bisa membuang sampah."

Peran Warga dan Inovasi Teknologi

Alunan musik dari truk sampah awalnya berasal dari kendaraan impor Jerman yang memang diprogram dengan Für Elise. Namun, lagu Maiden’s Prayer juga ikut dimainkan meski asal-usulnya tidak jelas. Truk ini beroperasi lima kali seminggu, biasanya pada sore hingga malam, dan menuntut warga berdisiplin dalam mengatur waktu pembuangan sampah.

Dari sistem yang sudah berjalan puluhan tahun ini, muncul pula peluang usaha di tingkat komunitas. Salah satunya adalah Yang Xiu-ying, wanita berusia 76 tahun yang membantu 28 keluarga di lingkungannya mengurus sampah. Ia memilah, mengangkut dengan troli, lalu membuang ke truk, dengan bayaran bulanan NT$11.200 atau sekitar Rp6,1 juta.

Selain inisiatif warga, ada juga cara modern dari generasi muda yang dinilai lebih fleksibel. Startup lokal Tracle meluncurkan aplikasi yang memungkinkan masyarakat menjadwalkan waktu pengambilan sampah.

Co-founder Ben Chen menjelaskan, "Nilai kami adalah menghemat banyak waktu bagi mereka. Kami meningkatkan kualitas hidup."

Kebijakan Pemerintah dan Hasilnya

Tiga dekade lalu, Taiwan menghadapi krisis lingkungan serius akibat pertumbuhan ekonomi pesat yang menghasilkan tumpukan sampah, sementara tingkat daur ulang nyaris tidak ada. Tempat pembuangan penuh, protes warga terkait polusi udara dan tanah meningkat. 

Pemerintah kemudian merancang reformasi besar dengan mewajibkan pemilahan, meningkatkan kapasitas insinerasi, serta memperkenalkan aturan kantong plastik biru resmi untuk sampah umum. Awalnya kebijakan ini dianggap menyulitkan, tetapi perubahan mulai terlihat ketika lingkungan menjadi lebih bersih dan warga mulai terbiasa.

Data terbaru menunjukkan tingkat daur ulang di Taipei naik drastis dari hanya dua persen pada 2000 menjadi hampir 67 persen saat ini. Volume sampah yang dikirim ke insinerator juga turun hingga dua pertiga.

Menurut Shyu Shyh-shiun dari Departemen Perlindungan Lingkungan Taipei, meski sempat menuai resistensi, kebijakan ini akhirnya dipandang positif. Ia menyebut truk sampah "hampir selalu tepat waktu," menegaskan disiplin yang menjadi ciri sistem ini.

Skema Pengelolaan Sampah di India

India juga memiliki cara unik dalam mengatasi permasalahan sampah. Di Negara Bagian Maharashtra, India Barat, sebuah badan sipil perkotaan meluncurkan skema inovatif pada Minggu, 20 Desember 2020, melansir kanal Global Liputan6.com.

"Kami mengimbau warga untuk mengumpulkan sampah plastik. Jika mereka menyerahkan 5 kg plastik di pusat pengumpulan, mereka akan mendapatkan kupon makanan senilai 0,4 dolar AS (1 dolar AS = Rp14.169)," ujar seorang pejabat dari badan sipil tersebut, dikutip dari Xinhua, Selasa, 22 Desember 2020.

Menurut data pemerintah, pendapatan per kapita harian di India hanya sedikit lebih dari 5 dolar AS. Karena itu, insentif berupa kupon makanan dinilai efektif untuk menarik partisipasi masyarakat.

Skema ini merupakan bagian dari kebijakan “Nol Sampah” yang dicanangkan Kalyan Dombivli Municipal Corporation, berlokasi sekitar 44 km dari Mumbai. Kota Kalyan Dombivli menghadapi ancaman serius dari timbunan sampah plastik setelah upaya sebelumnya belum berhasil.

Read Entire Article
Online Global | Kota Surabaya | Lifestyle |