Liputan6.com, Jakarta - Bagi banyak wisatawan mancanegara (wisman) yang datang ke Jepang, menikmati sushi adalah pengalaman kuliner yang tidak boleh dilewatkan. Namun, bagi mereka yang menjalani pola makan vegan atau vegetarian, pilihan menu sering kali sangat terbatas.
Di tengah kondisi itu, sebuah restoran di kawasan Shibuya, Tokyo, hadir dengan konsep unik, yakni menyajikan sushi berbasis bahan nabati. Restoran ini berhasil menarik perhatian, bahkan sebelum siang hari meja-meja sudah penuh oleh pengunjung.
Menu andalan restoran ini adalah set berisi sepuluh potong sushi vegan dengan variasi seperti nigiri shiitake, 'daging vegan', hingga gunkan sushi yang menyerupai tuna mayones lengkap dengan salmon roe imitasi.
Ada juga tempura udang yang terbuat dari wortel hingga menu penutup vegan dan bebas gluten seperti dorayaki atau kacang merah manis yang diselimuti dua pancake kecil. Melansir Japan Wire, Selasa, 9 September 2025, hal ini menunjukkan minat terhadap kuliner vegan di Jepang semakin berkembang, terutama dari wisatawan asing yang ingin tetap merasakan budaya Jepang otentik tanpa meninggalkan prinsip diet mereka.
Perintis Sushi Vegan di Tokyo
Restoran ini didirikan oleh Shu Kudo, seorang vegan asal Jepang berusia 26 tahun yang berkomitmen pada gaya hidup ini sejak sembilan tahun lalu. Pada 2020, ia mendirikan startup bernama Vcook Inc. sebagai platform berbagi resep dan layanan lain untuk mendukung komunitas vegan di Jepang.
Ketika wisatawan mulai kembali setelah pandemi COVID-19, Kudo menyadari kesulitan yang dihadapi vegan dan vegetarian. "Mereka ingin makan sushi tetapi hanya bisa menemukan pilihan sederhana seperti kappamaki atau sushi timun," jelasnya. Sebelum membuka restoran pada Juni 2024, Kudo berbicara dengan sekitar 100 vegan dan vegetarian untuk memahami kebutuhan mereka.
Konsep restoran ini bukanlah meniru rasa sushi tradisional semata, melainkan menghadirkan cita rasa baru. "Kami tidak berusaha menawarkan rasa yang sama. Justru ada rasa yang bisa tercipta karena ini makanan vegan," tegas Kudo.
Restoran ini hanya buka untuk makan siang dengan memanfaatkan ruang bar yang disewa di siang hari. Itu menunjukkan bagaimana usaha kecil bisa memanfaatkan ruang terbatas dengan kreatif.
Respon Wisatawan Asing
Antusiasme pengunjung asing terlihat jelas, terutama dari komunitas vegan yang datang ke Jepang untuk mencoba makanan autentik. Salah satunya pasangan vegetarian asal Jerman, Joachim dan Julia Wagner, yang mampir saat berbulan madu. Mereka menemukan restoran ini melalui HappyCow, direktori restoran vegan dan vegetarian populer.
Julia (30) mengungkapkan, "Kami harus mencari restoran terlebih dahulu, tidak bisa asal masuk dan berharap ada opsi vegetarian." Joachim (31) menambahkan, "Di Jerman, vegetarian artinya jelas tanpa ikan, daging, atau produk hewani. Tetapi di Jepang, ikan sering kali tidak dianggap daging."
Bagi keduanya, pengalaman menyantap sushi vegan di Tokyo memberikan kesan istimewa, meski mereka pernah mencoba sebelumnya di negara asal. Kehadiran restoran ini sejalan dengan laporan HappyCow yang menempatkan Tokyo di urutan ke-12 kota ramah vegan dunia pada 2025. Fakta ini memperkuat bahwa permintaan makanan nabati di Jepang semakin nyata.
Ekspansi dan Harapan
Tak hanya berfokus di Tokyo, restoran ini juga bekerja sama dengan pemerintah daerah untuk memperluas pengaruhnya. Pada awal 2025, mereka berkolaborasi dengan Prefektur Toyama, wilayah yang terkenal dengan sushi, untuk menciptakan resep berbasis sayuran menggunakan produk lokal. Inisiatif ini diharapkan dapat menarik wisatawan domestik maupun mancanegara.
"Ini proses bertahap, tetapi kami ingin menunjukkan bagaimana makanan vegan bisa dipersiapkan dan diakses lebih mudah," kata Kudo.
Saat ini, restoran hanya buka untuk makan siang dengan menyewa ruang bar, tetapi ambisinya lebih besar: ekspansi ke luar negeri melalui crowdfunding. Meski banyak investor masih menganggap pasar vegan sebagai ceruk yang sulit dipahami, Kudo optimistis.
"Walau sulit, kami merasa ada kebutuhan nyata dan ingin menjawabnya," ujarnya.