Sepatu Bau Bantu Peneliti India Raih Penghargaan Ig Nobel

2 weeks ago 38

Liputan6.com, Jakarta - Sepatu bau atau bau sepatu jelas tak hanya bikin tak nyaman di penciuman, tapi juga mengganggu kepercayaan diri. Berangkat dari masalah yang dialami banyak orang, dua peneliti India melihat peluang ilmiah dari fenomena ini. 

Vikash Kumar (42), asisten profesor desain di Shiv Nadar University di luar Delhi, bersama mantan mahasiswanya, Sarthak Mittal (29), memutuskan meneliti bagaimana sepatu bau memengaruhi pengalaman seseorang menggunakan rak sepatu. Penelitian mereka berbuah penghargaan Ig Nobel, sebuah penghargaan unik untuk penelitian ilmiah yang konyol namun inovatif.

Mengutip BBC, Kamis, 2 Oktober 2025, dalam makalahnya, para peneliti menulis, "Kami melihat sepatu bau sebagai peluang untuk mendesain ulang rak sepatu tradisional agar pengalaman penggunanya lebih baik."

Ide ini lahir dari pengamatan sederhana, koridor asrama sering dipenuhi sepatu yang ditinggalkan di luar kamar. Pada awalnya, tujuan mereka hanya ingin membuat rak sepatu yang estetis, namun masalah sebenarnya bukan kekurangan ruang, melainkan bau akibat sepatu yang sering dipakai dan berkeringat.

Hasil Survei Mahasiswa tentang Sepatu Bau

Kumar dan Mittal melakukan survei terhadap 149 mahasiswa universitas, 80 persen di antaranya laki-laki, untuk menggali pengalaman manusia dengan sepatu bau. Hasilnya mengonfirmasi apa yang jarang diakui secara terbuka, lebih dari separuh responden merasa malu dengan sepatu mereka sendiri atau sepatu orang lain.

Hampir semua peserta menyimpan sepatu mereka di rak di rumah, namun hampir tidak ada yang mengetahui produk penghilang bau yang tersedia di pasaran. Berbagai metode lokal seperti memasukkan kantong teh ke dalam sepatu, menaburkan soda kue, atau menyemprotkan deodoran, ternyata tidak efektif.

Sementara masalah bau mungkin terdengar sepele, dampaknya signifikan dalam pengalaman pengguna. Mittal menekankan "Ini bukan tentang ruang atau kekurangan rak sepatu ada banyak ruang. Masalahnya adalah keringat yang sering dan penggunaan sepatu yang terus-menerus membuatnya bau." 

Melalui penelitian lebih lanjut, kedua peneliti mengetahui bahwa bakteri Kytococcus sedentarius adalah penyebab utama bau di sepatu yang lembap. Mereka bereksperimen dengan menggunakan sepatu milik atlet universitas yang memiliki bau kuat.

Eksperimen Cahaya UVC untuk Hilangkan Bau

Fokus utama cahaya UVC ditempatkan di area dekat jari kaki, karena penumpukan bakteri paling tinggi di sana. Hasil pengukuran menunjukkan bahwa paparan UVC selama 2–3 menit sudah cukup membunuh bakteri dan menghilangkan bau tak sedap. Namun, penggunaan cahaya terlalu lama dapat membakar karet sepatu.

Deskripsi bau sebelum dan sesudah paparan juga diukur, pada awalnya "kuat, menusuk, seperti keju busuk", lalu turun menjadi "sangat rendah, bau karet terbakar ringan" setelah dua menit, dan menjadi "bau karet terbakar rata-rata" setelah empat menit. Enam menit kemudian, sepatu tetap bebas bau dan cukup dingin, namun paparan 10–15 menit membuat bau berubah menjadi "kuat seperti karet terbakar" sambil memanaskan sepatu.

Penelitian unik tentang rak sepatu berlampu UVC yang mampu menghilangkan bau membuat dua peneliti India meraih penghargaan ilmiah bergengsi yang penuh humor.Penelitian ini membuktikan bahwa waktu adalah kunci dalam penggunaan UVC untuk sterilisasi sepatu.

Prototipe Rak Sepatu dan Pengakuan Ig Nobel

Hasil penelitian ini diwujudkan dalam prototipe rak sepatu yang dilengkapi tabung UVC, yang tidak hanya menyimpan sepatu tetapi juga mensterilkannya. Rak ini dirancang untuk meningkatkan pengalaman pengguna dengan menjaga sepatu tetap bebas bau.

Meskipun awalnya tidak dipublikasikan secara luas, tim Ig Nobel di Amerika menemukan makalah ini dan menghubungi para peneliti. Ig Nobel yang disponsori oleh kelompok Harvard-Radcliffe dan digelar oleh jurnal Annals of Improbable Research, memberikan penghargaan untuk ide-ide ilmiah yang lucu namun kreatif.

Kumar menambahkan, "Penghargaan ini bukan tentang mengesahkan penelitian, tetapi merayakannya sisi menyenangkan dari sains. Sebagian besar penelitian adalah pekerjaan tanpa pamrih yang dilakukan karena passion, dan ini juga cara untuk mempopulerkannya."

Selain sepatu bau, tahun ini para pemenang lain termasuk ilmuwan Jepang yang mengecat sapi untuk mengusir lalat, kadal pelangi di Togo yang menyukai pizza empat keju, dokter anak AS yang menemukan bawang membuat ASI lebih disukai bayi, hingga peneliti Belanda yang menemukan alkohol meningkatkan kemampuan bahasa asing. 

Read Entire Article
Online Global | Kota Surabaya | Lifestyle |