Liputan6.com, Jakarta - Klaim sepihak warganet Malaysia terhadap pacu jalur setelah mendunia karena viral di TikTok membuat riuh jagat maya. Mengulik sejarahnya, tradisi ini disebut sudah eksis sejak abad ke-17, dan jadi kebanggaan masyarakat Kabupaten Kuantan Singingi (Kuansing), Riau, melansir situs web Pemerintah Kota Jalur, Rabu (9/7/2025)
Jalur─sebutan perahu─merupakan alat transportasi utama warga desa Rantau Kuantan, Riau, yakni daerah di sepanjang Sungai Kuantan yang terletak antara Kecamatan Hulu Kuantan di bagian hulu hingga Kecamatan Cerenti di hilir. Saat itu memang belum berkembang transportasi darat.
Karenanya, jalur merupakan alat transportasi penting bagi warga desa, termasuk untuk mengangkut hasil Bumi, seperti pisang dan tebu. Setiap perahu umumnya sanggup mengangkut sekitar 40─60 orang.
Seiring waktu, muncul jalur-jalur yang diberi ukiran indah, seperti kepala ular, buaya, atau harimau, baik di bagian lambung maupun lembayungnya. Mereka juga menambahkan perlengkapan payung, tali-temali, selendang, tiang tengah, serta lambai-lambai─tempat juru mudi berdiri.
Perkembangan Pacu Jalur
Perubahan tersebut menandai perkembangan fungsi jalur yang tidak sekadar jadi alat angkut, namun identitas sosial. Sebab, hanya penguasa wilayah, bangsawan, dan datuk-datuk saja yang mengendarai jalur berhias itu.
Baru pada 100 tahun kemudian, warga melihat sisi lain yang membuat keberadaan jalur jadi semakin menarik, yakni dengan digelarnya lomba adu kecepatan antarjalur yang hingga saat ini dikenal dengan nama Pacu Jalur.
Festival Pacu Jalur sudah digelar sejak masa kolonial Belanda untuk memeriahkan perayaan adat sejak 1890 dan secara spesifik digunakan untuk memperingati hari lahir Ratu Wilhelmina pada 31 Agustus. Setelah kemerdekaan, festival ini berkembang untuk merayakan HUT RI dan sempat diselenggarakan untuk memperingati hari-hari besar umat Islam, seperti Maulid Nabi, Idulfitri, maupun Tahun Baru Islam.
Melansir Media Center Pemerintah Provinsi (Pemprov) Riau, Sabtu, 5 Juli 2025, atraksi ini dimulai dengan letupan meriam karbit sebanyak tiga kali, yang berfungsi sebagai aba-aba bagi peserta, mengingat luasnya arena dan riuhnya ribuan penonton.
Festival Pacu Jalur
Setiap jalur yang berlomba diawaki beberapa peran penting: tukang concang (pemberi aba-aba), tukang pinggang (juru mudi), tukang tari, dan tukang onjay. Setelah meriam karbit diletupkan, mereka berlomba menerobos arus Sungai Kuantan menuju garis finis.
Setiap jalur, yang biasanya dibuat sepanjang kurang lebih 40 meter, membutuhkan biaya hingga Rp100 juta per unit, yang didanai secara swadaya oleh masyarakat Kuansing, menunjukkan semangat gotong royong yang kuat. Setiap perahu akan didayung 50─60 orang, tergantung panjangnya.
Tahun lalu, pacu jalur dihelat pada 21─25 Agustus 2024, dengan partisipasi 225 peserta jalur. Juara 1 mendapatkan Rp70 juta, Juara 2 Rp60 juta, Juara 3 Rp50 juta, Juara 4 Rp40 juta, dan Juara 5 Rp30 juta. Kemudian, juara 6 Rp20 juta dan Juara 7 hingga 15 masing-masing Rp10 juta. Selain itu, ada kontribusi jalur sebesar Rp1 juta per jalur, dengan total dana Rp215 juta.
Tren aura farming di TikTok memberi sorotan tidak terduga pada pacu jalur. Istilah aura farming mengacu pada tindakan seseorang yang dinilai keren atau mampu membangun "aura moment," sehingga terlihat layaknya tokoh utama.
Diklaim Malaysia
Dalam konteks pacu jalur, tren ini menampilkan bocah-bocah pendayung dengan gerakan khas memutar tangan dan mengayun untuk menjaga keseimbangan di atas perahu yang melaju cepat, diiringi lagu "Young Black & Rich" karya Melly Mike.
Terkait munculnya klaim pacu jalur dari Malaysia, Kepala Dinas Pariwisata (Kadispar) Riau, Roni Rakhmat, berkata,"Kami memahami dinamika media sosial. Namun, perlu ditegaskan bahwa pacu jalur adalah warisan budaya asli Indonesia, spesifiknya dari Kuantan Singingi, Riau," melansir Media Center Pemerintah Provinsi (Pemprov) Riau, Selasa, 8 Juli 2025.
Ia menggarisbawahi bahwa Kementerian Kebudayaan telah mengakui pacu jalur sebagai Warisan Budaya Takbenda Indonesia. Ia berpendapat, klaim tersebut mungkin muncul karena kedekatan budaya dan geografis antara Riau dan Malaysia sebagai negeri serumpun.
Namun, ia menekankan, fakta dan sejarahnya jelas. Pihaknya akan terus berupaya mengedukasi masyarakat luas, baik di dalam maupun luar negeri, mengenai keaslian dan kekayaan budaya pacu jalur, memastikan bahwa warisan budaya Indonesia tetap diakui sebagaimana mestinya.