Liputan6.com, Jakarta - Di era modern, peran tradisional dalam rumah tangga mulai mengalami perubahan. Penelitian terbaru mengungkap bahwa uang dan kekuasaan berperan penting dalam memengaruhi harga diri pria, terutama ketika pasangan wanita mengambil peran sebagai pencari nafkah utama.
MengutipBBC, Rabu (21/5/2025), temuan ini menyoroti bagaimana perubahan dalam dinamika keluarga dapat berdampak pada kesehatan mental pria. Dave, misalnya, seorang ayah rumah tangga, yang mengungkap perasaannya tentang menjadi satu-satunya yang tidak berpenghasilan dalam keluarga.
"Agak menyakitkan harga diri Anda bahwa istri Anda adalah satu-satunya yang menghasilkan banyak uang," katanya.
Sementara itu, Tom, peserta lain dalam studi ini, merasa bahwa perannya di rumah membuatnya dianggap kurang maskulin oleh masyarakat. "Anda memberi tahu mereka (keluarga di luar keluarga inti atau orang lain) bahwa Anda harus tinggal di rumah, dan mereka pikir Anda pria feminin," ungkapnya.
Dinamika Kekuasaan dalam Rumah Tangga
Brendon, peserta lain dalam penelitian ini, bahkan mendapat julukan si "jalang rumah tangga" dari anggota keluarganya. Pengalaman-pengalaman ini menunjukkan bagaimana asumsi tradisional tentang peran gender masih kuat memengaruhi pandangan masyarakat terhadap pria yang tidak jadi pencari nafkah utama.
Penelitian ini menyoroti bahwa meski semakin banyak wanita yang berpenghasilan lebih tinggi daripada pasangan mereka, ekspektasi gender yang mengakar masih memengaruhi dinamika kekuasaan dalam rumah tangga. Ketika pria tidak menjadi pencari nafkah utama, mereka sering merasa tidak berdaya dan mengalami penurunan kesejahteraan mental.
Hal ini dapat meningkatkan risiko perceraian dan berdampak negatif pada kesehatan mental mereka. Meski ada peningkatan jumlah perempuan pencari nafkah, sikap gender terhadap pekerjaan berbayar dan peran di rumah tangga lebih lambat berubah.
Bahkan ketika perempuan berpenghasilan lebih tinggi, mereka sering kali masih melakukan lebih banyak pekerjaan rumah tangga dan mengasuh anak. Hal ini menunjukkan, meski ada perubahan dalam peran pencari nafkah, peran tradisional dalam rumah tangga masih bertahan.
Dampak pada Kesehatan Mental
Penelitian juga menunjukkan bahwa pria merasa sulit membicarakan dampak dari perubahan peran ini. Harry Bunton, seorang mantan konsultan dan influencer, berbagi pengalamannya di media sosial setelah kehilangan pekerjaan.
"Nilai-nilai saya sebagai seorang pria, suami, dan ayah terpengaruh," tulis Bunton. Ia berharap bahwa dengan membagikan kisahnya, orang-orang dapat memahami bahwa nilai diri mereka tidak didasarkan pada peran tradisional sebagai pencari nafkah.
Sebuah studi di Swedia mengamati data penghasilan dan diagnosis kesehatan mental selama 10 tahun. Hasilnya menunjukkan bahwa ketika istri mulai berpenghasilan lebih besar daripada pasangan pria mereka, terjadi peningkatan diagnosis kesehatan mental di kalangan pria.
Hal ini menyoroti betapa pentingnya peran sosial dan ekonomi dalam memengaruhi kesejahteraan mental pria. Dalam wawancara dengan Demid Getik, asisten profesor di Universitas Durham dan pemimpin studi ini, terungkap bahwa harapan tradisional tentang peran pria sebagai pencari nafkah masih sangat kuat.
Kecenderungan Selingkuh karena Pendapatan Istri Lebih Banyak
Peningkatan diagnosis kesehatan mental pada pria yang pasangannya berpenghasilan lebih banyak juga bisa jadi indikasi penurunan kepuasan dalam hubungan. Sementara itu, penelitian lain menunjukkan bahwa suami dari wanita berpenghasilan tinggi cenderung berselingkuh, yang menurut penelitian mungkin merupakan cara bagi mereka menegaskan kembali identitas maskulin mereka yang telah terancam oleh istri mereka yang mencari nafkah.
Penelitian juga menunjukkan, tekanan pada pria untuk menjadi pencari nafkah merupakan faktor yang berkontribusi terhadap kesejahteraan mereka. Ketika pria tidak bekerja, mereka terbukti memiliki tingkat depresi yang lebih tinggi dibandingkan dengan wanita yang tidak bekerja.
Salah satu kemungkinan penjelasannya adalah wanita cenderung memiliki ikatan sosial yang lebih kuat di luar pekerjaan dibandingkan dengan pria. Karena itu, ayah yang tinggal di rumah sering kali lebih terisolasi daripada ibu yang tinggal di rumah.