Mengapa Salju Bisa Turun di Arab Saudi?

Liputan6.com, Jakarta - Salju terlihat terhampar di wilayah utara Arab Saudi pada 18 Desember 2025. Kondisi ini mengejutkan dunia. Bagaimana mungkin wilayah yang identik dengan suhu panas ekstrem dan gurun gersang kini berubah menjadi hamparan putih?

Namun, ada penjelasan logis mengenai mengapa salju bisa turun di Arab Saudi. Hal ini berkaitan erat dengan dinamika atmosfer yang kompleks.

Melansir Times of India, Senin 22 Desember 2025, secara teknis, para ahli meteorologi menjelaskan bahwa kondisi itu dipicu oleh sistem cuaca tekanan rendah yang menyapu kawasan Timur Tengah.

Sistem tersebut membawa kelembapan dan udara dingin secara bersamaan, sebuah kombinasi atmosfer yang jarang terjadi namun mampu menghasilkan salju saat menyentuh zona gurun dataran tinggi.

Transformasi dramatis itu berpusat di wilayah Tabuk, terutama di pegunungan Jabal Al-Lawz yang memiliki ketinggian 2.580 meter di atas permukaan laut. Di ketinggian tersebut, suhu udara merosot tajam hingga mencapai minus 4 derajat Celcius (24,8 derajat Fahreinheit) akibat pergerakan massa udara dingin yang sangat kuat.

Kondisi dingin ekstrem itulah yang membekukan butiran air menjadi salju sebelum mencapai permukaan tanah. Meskipun peristiwa tersebut mengejutkan banyak pihak, para ahli mencatat bahwa salju di dataran tinggi antara bulan Desember dan Februari sebenarnya bukan hal yang mustahil, meski tetap dianggap tidak lazim bagi sebagian besar wilayah lainnya.

Fenomena itu tidak hanya terbatas pada satu titik, melainkan menyebar ke beberapa wilayah dataran tinggi di utara yang memiliki karakteristik geografis serupa. Selain Jabal Al-Lawz di Provinsi Tabuk yang mengalami penutupan salju paling tebal, wilayah Dataran Tinggi Trojena juga dilaporkan tertutup lapisan es.

Bahkan, wilayah Hail mencatat kejadian tersebut sebagai peristiwa bersejarah karena salju belum pernah turun secara signifikan di sana selama beberapa dekade terakhir. Sebaran salju itu menunjukkan betapa kuatnya massa udara dingin yang masuk, hingga mampu memengaruhi wilayah Al-Ghat di utara Riyadh dan wilayah Al-Qassim.

Secara geografis, wilayah utara Arab Saudi memang lebih rentan terhadap sentuhan sistem cuaca musim dingin dibandingkan wilayah selatan. Namun, intensitas kali ini yang sampai menutupi bukit pasir besar dan dataran gurun yang biasanya kering tetap menjadi anomali yang memicu diskusi luas.

Para ahli meteorologi menekankan bahwa interaksi antara kelembapan yang dibawa sistem tekanan rendah dengan suhu di bawah titik beku adalah kunci utama di balik perubahan warna lanskap dari keemasan menjadi putih berkilauan. Fenomena ini menjadi bukti nyata bagaimana dinamika cuaca global dapat menciptakan kondisi ekstrem di lokasi yang paling tidak terduga.

Secara sosiologis, kehadiran salju memicu reaksi yang beragam, mulai dari kegembiraan penduduk lokal hingga skeptisisme masyarakat global di dunia maya. Warga setempat menyambut momen langka ini dengan keluar rumah mengenakan jaket tebal untuk bermain salju, sebuah aktivitas yang sangat kontras dengan keseharian mereka.

Rekaman video yang menunjukkan unta-unta berjalan di atas salju serta kendaraan yang melintasi jalanan membeku menjadi viral, namun sekaligus memicu debat digital. Banyak pengguna internet meragukan keaslian visual tersebut dan menduga bahwa gambar-gambar yang beredar adalah hasil manipulasi kecerdasan buatan (AI).

Ketidakpercayaan publik muncul karena citra Arab Saudi yang sudah melekat kuat sebagai wilayah dengan panas menyengat. Namun, validasi dari data meteorologi dan laporan terverifikasi akhirnya membuktikan bahwa fenomena tersebut adalah nyata.

Di balik keindahan pemandangan "musim dingin" tersebut, otoritas terkait tetap mengedepankan aspek keselamatan warga. Pusat Meteorologi Nasional (NCM) Arab Saudi telah mengeluarkan peringatan cuaca jauh sebelum kejadian berlangsung.

Peringatan tersebut mencakup potensi hujan salju, hujan es, angin kencang, hingga risiko banjir bandang di beberapa wilayah. Pihak berwenang menekankan bahwa meskipun salju terlihat magis, ia membawa risiko nyata seperti jalanan yang licin dan jarak pandang yang berkurang drastis bagi para pelancong.

peristiwa itu menjadi pengingat akan dinamika cuaca yang bisa terjadi bahkan di wilayah yang paling kering sekalipun di bumi. Warga dan wisatawan pun diimbau untuk terus mengikuti panduan keselamatan yang dikeluarkan oleh otoritas selama masa cuaca ekstrem ini berlangsung.