Kolaborasi Universitas Prasetiya Mulya-TUGLO Dorong Sekolah Rendah Karbon Berbasis Desain dan IoT

14 hours ago 6

Liputan6.com, Jakarta - Isu perubahan iklim dan konsumsi energi kini tidak lagi menjadi topik eksklusif para ilmuwan lingkungan. Sekolah sebagai ruang tempat anak-anak menghabiskan sebagian besar waktunya, mulai memegang peran strategis dalam menanamkan kesadaran keberlanjutan sejak dini. Tantangannya, bagaimana membuat isu energi yang kerap terdengar kompleks dan abstrak menjadi bagian dari keseharian siswa, guru, dan orangtua?

Menjawab tantangan tersebut, dengan didanai oleh Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Direktorat Jenderal Riset dan Pengembangan Kementerian Pendidikan Tinggi Sains dan Teknologi Tahun Anggaran 2025, tim akademisi Universitas Prasetiya Mulya bekerja sama dengan Sekolah Nasional Plus Tunas Global (TUGLO).

Kerjasama ini mengembangkan model sekolah sadar energi dan rendah karbon dengan menggabungkan desain, teknologi Internet of Things (IoT), serta pendekatan energi terbarukan. Berbeda dari kampanye konvensional, inisiatif ini tidak dimulai dari teknologi mahal atau pesan moral semata, melainkan dari desain bagaimana merancang sistem yang mampu mengubah perilaku warga sekolah secara alami melalui data nyata dari lingkungan mereka sendiri.

Dari Hal Sederhana Menuju Dampak Besar

Sekilas, sekolah tidak tampak sebagai penyumbang emisi besar. Namun, hasil pemantauan menunjukkan bahwa sebuah sekolah dengan kapasitas tertentu dapat menghasilkan hingga 272.143 kg CO2e per tahun hanya dari konsumsi listrik. Temuan ini menegaskan bahwa efisiensi energi bukan lagi pilihan, melainkan kebutuhan.

TUGLO sejatinya telah lama menunjukkan komitmen terhadap isu lingkungan melalui keberadaan taman hijau, pemilahan sampah, hidroponik, hingga sumur resapan. Sekolah ini bahkan menargetkan diri sebagai sekolah percontohan ramah lingkungan di Jawa Barat. Namun, penggunaan energi listrik tetap menjadi tantangan yang tidak dapat dihindari, sehingga diperlukan pendekatan baru yang lebih berbasis data dan kesadaran kolektif. Di sinilah peran desain menjadi krusial.

"Data itu penting, tetapi tanpa desain yang tepat, data hanya akan menjadi angka," ujar dosen dan peneliti desain produk Universitas Prasetiya Mulya, Dhientia Andani.

Dalam proyek ini, Dhientia memimpin perancangan antarmuka sistem pemantauan energi yang berinteraksi langsung dengan pengguna mulai dari siswa, guru, hingga orang tua. Tujuannya sederhana, yakni menjadikan energi sesuatu yang terlihat dan mudah dipahami.

“Begitu energi terlihat, barulah orang bisa peduli,” jelasnya.

Dashboard yang dikembangkan dirancang ramah anak, dengan visual animasi edukatif, warna yang menarik, serta grafik konsumsi energi harian dan mingguan. Pendekatan ini menunjukkan bagaimana desain mampu memberi bentuk pada informasi dan memengaruhi perilaku secara positif.

Literasi Energi sebagai Fondasi Pendidikan

Aspek penting lain dalam proyek ini adalah penguatan literasi energi yang dipimpin oleh Adinda Ihsani Putri selaku ahli energi terbarukan. Menurutnya, banyak program lingkungan di sekolah tidak berkelanjutan karena minimnya pemahaman mendasar.

“Anak-anak tidak hanya perlu tahu cara mematikan lampu, tetapi juga memahami dampaknya—angka emisi CO2, serta bagaimana perubahan kecil dapat memberi dampak besar,” ujarnya.

Pendekatan ini diwujudkan melalui pelatihan guru, modul pembelajaran yang terintegrasi dengan data energi sekolah, pemanfaatan data real-time dalam Proyek Kurikulum Merdeka, serta kampanye sederhana yang melibatkan orang tua. Hasilnya bukan hanya perubahan perilaku, tetapi juga pembentukan pola pikir baru tentang energi.

IoT dan Robotics: Membuat Energi Terasa Nyata

Teknologi yang digunakan dalam proyek ini dirancang agar mudah dipelajari dan dioperasikan oleh warga sekolah. Tim yang dipimpin Rokhmat Febrianto selaku ahli IoT dan Robotics, mengembangkan sistem berbasis ESP32 dan PZEM-004T untuk mengukur tegangan, daya, dan konsumsi energi secara real time.

Sensor dipasang di beberapa titik sekolah dan mengirimkan data langsung ke server. Data ini kemudian divisualisasikan dalam bentuk grafik yang mudah dipahami. “Perubahan perilaku paling efektif terjadi ketika orang melihat data secara langsung. Siswa bisa melihat sendiri: saat AC menyala, grafik naik; saat lampu dimatikan, grafik turun. Mereka belajar dari kenyataan, bukan teori,” jelas Rokhmat.

Bagi siswa SMP, grafik energi ini berubah menjadi eksperimen langsung yang membuat topik energi terasa menarik dan relevan.

Sekolah sebagai Living Lab

Integrasi sistem dan pengelolaan data menjadi peran Stanley Aloysius Makalew yang memastikan data tersaji secara aman, akurat, dan mudah diakses. Website yang dikembangkan tidak hanya menampilkan dashboard energi, tetapi juga menyediakan akses bagi guru, dan siswa, mendukung modul pembelajaran, serta berfungsi sebagai alat evaluasi manajemen sekolah.

Sistem ini dirancang modular agar dapat dikembangkan ke depan, termasuk untuk pemantauan air, suhu, dan kualitas udara.“Kami tidak sekadar membangun website, tetapi menciptakan alat refleksi kolektif bagiseluruh warga sekolah,” ujar Stanley.

Pembelajaran Berbasis Proyek dan Dampak Nyata

Salah satu kekuatan utama inisiatif ini adalah integrasinya dengan Project-Based Learning (PjBL) dalam Kurikulum Merdeka. Guru dan siswa mengembangkan proyek berbasis analisis data energi sekolah, mengidentifikasi titik boros, melakukan eksperimen penghematan, hingga menyusun kampanye berbasis bukti.

Menuju Generasi yang Lebih Peka Energi

Dengan melibatkan sekitar 400 siswa dan 50 pendidik, TUGLO kini bergerak menuju target sebagai sekolah rendah karbon. Sistem pemantauan energi ini dimanfaatkan sebagai bahan rapat manajemen, alat belajar siswa, media komunikasi orang tua, serta bagian dari pelaporan keberlanjutan sekolah. Lebih dari sekadar proyek teknologi, kolaborasi ini menunjukkan bahwa desain ketika dipadukan dengan teknologi dan pendidikan dapat menjadi alat perubahan sosial

Kolaborasi Universitas Prasetiya Mulya dan TUGLO membuktikan bahwa desain tidak lagi semata tentang produk, melainkan tentang masa depan. Dari visualisasi data hingga literasi energi, dari IoT hingga pembelajaran berbasis proyek, seluruh pendekatan ini menyatu untuk membentuk perilaku dan menciptakan dampak nyata. Dari sebuah sekolah di Depok, perubahan itu sedang dimulai satu grafik energi, satu kebiasaan baru, dan satu ide desain pada satu waktu.

Read Entire Article
Online Global | Kota Surabaya | Lifestyle |