Jadi Bahan Penelitian Sejak Zaman Yunani Kuno, Ingus Ternyata Berperan Sebagai Pelindung

17 hours ago 6

Liputan6.com, Jakarta - Ingus, sering dianggap sekadar lendir yang mengganggu, sebenarnya memainkan peran vital dalam melindungi tubuh kita dari berbagai penyakit. Di Yunani Kuno, ingus bahkan dianggap sebagai salah satu dari empat cairan tubuh yang berperan dalam menyeimbangkan kesehatan dan kepribadian manusia.

Mengutip dari BBC, Rabu (9/7/2025), teori yang dikembangkan oleh dokter Hippocrates, menyatakan bahwa dahak, darah, empedu kuning, dan empedu hitam adalah empat cairan tubuh yang keseimbangannya dapat menentukan temperamen seseorang. Namun, seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, kita kini memahami bahwa ingus tidak mempengaruhi kepribadian atau menyebabkan penyakit.

Sebaliknya, ingus adalah pelindung yang efektif melawan penyakit. Zat lengket ini melindungi bagian dalam hidung kita, melembabkan saluran hidung, dan menjebak bakteri, virus, serbuk sari, kotoran, debu, dan polusi yang mencoba masuk ke tubuh kita melalui saluran udara. 

Dengan bantuan ratusan rambut halus, ingus menjadi penghalang antara dunia luar dan dunia dalam diri kita. Tubuh orang dewasa memproduksi lebih dari 100 mililiter ingus dalam sehari.

Warna Ingus Jadi Indikator Kesehatan

Anak-anak, yang tubuhnya masih belajar menghadapi paparan berbagai molekul di dunia, cenderung lebih banyak mengeluarkan ingus dibandingkan orang dewasa. Menurut Daniela Ferreira, seorang profesor infeksi pernapasan dan vaksinologi dari Universitas Oxford, ingus adalah salah satu keajaiban tubuh manusia yang sering kali diremehkan.

Dengan pandangan sekilas, warna dan konsistensi ingus dapat memberikan informasi berharga tentang apa yang sedang terjadi di dalam tubuh kita. Ingus dapat diibaratkan sebagai termometer visual.

Hidung yang encer dengan lendir bening menunjukkan bahwa tubuh kemungkinan sedang mengeluarkan sesuatu yang mengiritasi sinus, seperti serbuk sari atau debu. Lendir putih menandakan kemungkinan adanya infeksi virus, karena warna putih disebabkan oleh sel darah putih yang dipanggil untuk melawan penyusup.

Ketika lendir berubah menjadi lebih padat dan berwarna hijau kekuningan, itu menunjukkan adanya akumulasi sel darah putih mati yang berkumpul dalam jumlah besar. Jika ingus berwarna kemerahan atau merah muda, mungkin sedikit berdarah, menandakan iritasi akibat terlalu sering membuang ingus. 

Mikrobioma Ingus dan Masa Depan Kesehatan

Namun, melihat ingus hanyalah langkah awal dalam memahami kesehatan kita. Para ilmuwan kini semakin tertarik pada mikrobioma ingus, ekosistem bakteri, virus, jamur, dan mikroorganisme lain yang menghuni tubuh kita. Mikrobioma ini diyakini memiliki peran penting dalam kesehatan manusia dan berfungsinya sistem kekebalan tubuh.

Mikrobioma ingus setiap orang adalah unik, dipengaruhi oleh jenis kelamin, usia, lokasi, pola makan, dan bahkan kebiasaan seperti penggunaan vape. Komposisi mikrobioma ini membantu menangkal penyusup, dan beberapa interaksi di dalamnya bersifat halus.

Penelitian sejak 2024 menunjukkan bahwa kemampuan bakteri Staphylococcus yang berpotensi berbahaya untuk bertahan hidup di hidung dan menginfeksi seseorang bergantung pada bagaimana bakteri mikrobioma ingus mengikat zat besi. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya memahami mikrobioma ingus dalam mencegah penyakit.

Daniela Ferreira dan timnya sedang berupaya untuk memahami seperti apa mikrobioma ingus yang sehat. Tujuan mereka adalah mengembangkan semprotan hidung sehari-hari yang dapat meningkatkan kesehatan ingus, mirip dengan cara probiotik meningkatkan kesehatan usus. 

Terobosan Diagnosis

Bayangkan jika Anda dapat mengubah apa yang ada di hidung kita dengan banyak spesies bakteri baik yang tinggal di sana dan berkoloni, dan mencegah bakteri jahat masuk dan menyebabkan kita sakit, kata Ferreira.

Karena mikrobioma ingus sangat erat kaitannya dengan sistem kekebalan tubuh, penelitian ini juga berpotensi untuk menyempurnakan cara meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan membuatnya lebih reseptif terhadap vaksin. Studi tentang vaksin Covid-19, misalnya, menunjukkan bahwa vaksin tersebut memengaruhi mikrobioma ingus, yang pada gilirannya memengaruhi efektivitas vaksin.

Dengan pemahaman yang lebih baik tentang ingus dan mikrobiomanya, kita dapat berharap untuk melihat terobosan baru dalam diagnosis dan pengobatan berbagai penyakit, menjadikan ingus sebagai sekutu yang tak terduga dalam menjaga kesehatan kita.

"Vaksin Covid-19 sangat ampuh mencegah kita sakit, tetapi kita tetap menularkan virusnya," kata Ferreira. "Kita sebenarnya bisa mengembangkan vaksin yang jauh lebih baik [sehingga] generasi mendatang bahkan tidak akan sakit, entah itu Covid-19, flu, atau virus pernapasan lainnya – dan semua itu ada dalam kekebalan terhadap ingus."

Read Entire Article
Online Global | Kota Surabaya | Lifestyle |