Intip Koleksi Jam Tangan Anggota DPR Endipat Wijaya yang Dituduh Sindir Donasi Banjir Sumatra, Salah Satunya Berharga Rp 272 Juta

2 days ago 13

Liputan6.com, Jakarta - Nama Anggota Komisi I DPR Endipat Wijaya tengah jadi sorotan karena komentarnya terkait donasi banjir Sumatra. Di tengah kehebohan itu, ada berbagai topik yang muncul seputar politisi tersebut, termasuk koleksi jam tangan mewahnya.

Merujuk unggahan akun Instagram @machtwatch, Selasa, 11 Desember 2025, salah satu jam tangan Endipat adalah Rolex Submariner Date. "Ini adalah jam tangan dengan sisipan bezel Cerachrom dari keramik dan dial hitam dengan penanda jam berpendar yang besar," menurut situs web brand Swiss tersebut, dikutip Rabu (10/12/2025).

Bezel yang dapat diputar pada Submariner merupakan fitur utama jam tangan ini. Skala 60 menitnya memungkinkan penyelam memantau waktu menyelam dan pemberhentian dekompresi secara akurat dan aman.

"Penanda jam dengan bentuk sederhana: segitiga, lingkaran, dan persegi panjang, jarum jam, serta jarum menit yang lebar memungkinkan pembacaan yang cepat dan andal untuk mencegah risiko kebingungan di bawah air," merek itu menambahkan.

"Rolex menggunakan Oystersteel untuk casing jam tangan baja mereka. Dikembangkan secara khusus oleh merek tersebut, Oystersteel termasuk dalam keluarga baja 904L, paduan yang paling umum digunakan dalam teknologi tinggi dan di industri kedirgantaraan dan kimia, di mana ketahanan maksimum terhadap korosi sangat penting."

"Oystersteel sangat tahan, menawarkan hasil akhir yang luar biasa setelah dipoles dan mempertahankan keindahannya bahkan di lingkungan yang paling keras sekali pun," menurut merek tersebut, seraya menuliskan harganya, yakni Rp 272 juta.

Jam Tangan Endipat Wijaya

Jam tangan lainnya adalah Luminox Kopassus Limited Edition 45 mm seharga Rp 10,8 juta. Melansir situs webnya, seri Luminox Kopassus diproduksi dengan emblem Kopassus di dial dan bodi hitam doff khas militer. 

Jam tangan ini dilengkapi pencahayaan Luminox Light Technology yang memungkinkan jam bersinar dalam gelap tanpa perlu disinari terlebih dahulu. Fitur ini jadi ciri khas Luminox dan alasan jam ini sering dipakai dalam misi malam hari atau kondisi minim cahaya.

Di komitmen keberlanjutannya, jam tangan ini mengklaim berasal dari "merek yang sepenuhnya netral CO2, cakupan 1, 2, 3 dari Protokol Gas Rumah Kaca." Cakupan 1 adalah emisi dari sumber yang dimiliki/dikendalikan perusahaan.

Cakupan 2 adalah emisi tidak langsung dari listrik, panas, atau uap yang dibeli oleh perusahaan. Cakupan 3 mencakup semua emisi tidak langsung lainnya di seluruh rantai nilai, baik hulu (pemasok, perjalanan) maupun hilir (penggunaan produk, pembuangan), yang sering kali merupakan bagian terbesar dari jejak karbon perusahaan.

Respons Ferry Irwandi

Sementara itu, konten kreator Ferry Irwandi merespons sindiran yang dilontarkan Anggota Komisi I DPR RI, Endipat Wijaya, terkait donasi Rp 10 miliar yang berhasil dikumpulkannya untuk korban banjir dan longsor di Sumatra.

Melalui Instagram pribadinya, Ferry menyatakan dirinya sama sekali tidak merasa kesal atas sindiran tersebut, justru merasa sangat didukung publik. "Nggak ada orang yang bisa merasa kesal dan marah ketika mendapatkan dukungan dan support sebesar ini. Makasih ya semua," tulis Ferry di akun Instagram-nya, Selasa, 9 Desember 2025, rangkum kanal News Liputan6.com.

Ferry menambahkan, ia juga sudah ditelefon Endipat untuk meminta maaf. Ia pun langsung menerimanya dengan baik. "Saya menerima itu (permintaan maaf) karena nggak adanya juga memelihara konflik di situasi seperti sekarang," ucapnya.

Klarifikasi Endipat Wijaya

Ferry turut menyampaikan sejumlah kebutuhan mendesak dari warga terdampak di lapangan pada Endipat. Sebelumnya, anggota DPR itu menuai sorotan setelah menyampaikan pernyataan dalam rapat bersama Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) di ruang rapat Komisi I DPR, Senin, 8 Desember 2025.

Saat itu, ia menyinggung bahwa para relawan lebih viral saat memberikan bantuan pada korban banjir Sumatra dibandingkan kerja pemerintah. Setelah dibanjiri kritik, Endipat mengklarifikasinya.

Menurut dia, pernyataannya bukan ditujukan pada relawan maupun donatur yang membantu korban banjir Sumatra, tapi kinerja Komdigi dalam hal publikasi dan  penyebaran informasi. Endipat memandang, muncul persepsi keliru di media sosial disebabkan ketimpangan informasi.

"Negara bekerja besar, tapi tidak banyak diberitakan. Akibatnya, masyarakat hanya melihat apa yang viral, bukan apa yang sebenarnya dilakukan di lapangan," kata Endipat dalam keterangan yang diterima kanal News Liputan6.com, Selasa, 9 Desember 2025.

Read Entire Article
Online Global | Kota Surabaya | Lifestyle |