Liputan6.com, Jakarta - Pembatalan kerja sama naming rights antara PT KAI (Persero) dan BT Batik Trusmi untuk Stasiun Cirebon menuai perhatian publik. Setelah ramai dibicarakan di media sosial, pendiri Batik Trusmi, Sally Giovanny, akhirnya memberikan penjelasan melalui video yang diunggah di akun Instagram pribadinya, Selasa, 30 September 2025.
Di video berdurasi beberapa menit itu, Sally terlihat emosional saat menceritakan bagaimana kerja sama yang sudah dipersiapkan selama berbulan-bulan dibatalkan secara mendadak. Ia menjelaskan bahwa sejak awal, tawaran kerja sama datang dari KAI.
Namun, menjelang hari peresmian, proyek naming rights di Stasiun Cirebon itu dibatalkan sepihak dengan alasan adanya intervensi dari pihak lain. Keputusan ini, menurut Sally, sangat mengecewakan karena seluruh proses persiapan, termasuk penandatanganan kontrak dan penyebaran undangan, sudah dilakukan sejak lama.
Pembatalan Kerja Sama yang Mengecewakan
"Teman-teman, hari ini aku kaget banget. Mendadak dapat kabar tentang kerja sama naming right dibatalkan sepihak oleh PT KAI secara tidak profesional," ucap Sally dalam video.
Ia menuturkan bahwa kerja sama ini bukan permintaan sepihak, melainkan tawaran langsung dari PT KAI yang sudah berlangsung selama lima bulan terakhir. "Katanya sih ada intervensi dari dinas pariwisata dan kebudayaan, serta anggota DPRD. Kami sangat memahami hal ini, tapi keputusan ini sangat mengecewakan," lanjutnya.
Ia juga menjelaskan, penambahan nama "BT Batik Trusmi" bukan berarti menghapus identitas Stasiun Cirebon. "Nama stasiun Cirebon tidak kami ubah. Hanya ditambah jadi Stasiun Cirebon BT Batik Trusmi, seperti halnya Stasiun Blok M BCA atau Istora Mandiri," jelasnya, merujuk pada stasiun MRT di Jakarta.
Upaya Memajukan Pariwisata Cirebon
Sally mengaku, langkah kerja sama ini merupakan bagian dari upaya menggerakkan kembali sektor pariwisata Cirebon yang dinilainya stagnan. "Kenapa saya mengambil langkah ini? Karena saya sedih banget, sudah empat tahun terakhir pertumbuhan pariwisata di Cirebon benar-benar stuck. Nggak ada perkembangan yang signifikan. Kita butuh terobosan yang berbeda dan inovasi yang baru," menurut dia.
Ia juga menekankan, seluruh proses dilakukan secara mandiri tanpa meminta dukungan finansial dari pihak pemerintah maupun DPRD. "Ini inisiatif dan kemandirian kami. Kami tidak meminta bantuan pada pemerintah, DPRD, ataupun meminta fasilitas gratis dari KAI," katanya.
Sally menutup dengan pesan, "Apakah salah brand lokal ingin bermimpi besar? Kenapa brand kebanggaan lokal Cirebon tidak boleh bersanding dengan brand-brand besar?"
Batik Sebagai Identitas dan Harapan untuk Perajin
Di video yang sama, Sally mengatakan, batik bukan sekadar kain, melainkan identitas bangsa yang melibatkan ribuan perajin. "Satu kain batik ada 5─10 tangan perajin yang bekerja. Dampaknya nyata bagi ekonomi masyarakat," ungkapnya.
Ia menambahkan, BT Batik Trusmi kini memiliki lebih dari 1.300 karyawan dan ribuan perajin yang bergantung pada industri batik. Sally berharap, keputusan pembatalan ini tidak mematikan semangat para pekerja yang hidupnya bergantung pada sektor ini.
"Kami brand lokal hanya ingin bermimpi besar, mimpi agar batik bisa setara dengan brand-brand nasional, agar wisata Cirebon tidak stagnan, agar ekonomi kerakyatan terus bergerak. Jadi tolong, jangan hentikan mimpi kami ini dengan keputusan sepihak," tutup Sally.