Belum Lama Lahiran Rihanna Langsung Hamil Anak ke-3, Apa Dampak Kehamilan Berdekatan pada Tubuh Wanita?

3 hours ago 2

Liputan6.com, Jakarta - Penyanyi Rihanna kembali menjadi pusat perhatian saat menghadiri Met Gala 2025 di New York. Mengenakan setelan rok rancangan Marc Jacobs, Rihanna memamerkan perut buncitnya yang menandakan kehamilan ketiganya.

Mengutip laman Metro.co.id, Rabu (7/5/2025), pasangannya, rapper A$AP Rocky, mengonfirmasi berita bahagia tersebut kepada wartawan, menandai kelahiran anak ketiga mereka dalam kurun waktu tiga tahun. Setelah kelahiran putra pertama mereka, RZA, pada Mei 2022 dan putra kedua, Riot pada Agustus 2023, pasangan ini bersiap menyambut anggota keluarga baru.

Namun, kehamilan yang berdekatan ini menimbulkan pertanyaan tentang dampak kesehatan bagi tubuh wanita. Panduan dari National Health Service (NHS) menyarankan calon orangtua untuk menunggu 18 hingga 24 bulan setelah melahirkan sebelum mencoba kehamilan berikutnya.

Meski demikian, Rihanna bukan satu-satunya yang memiliki anak dengan jarak kelahiran yang dekat. Sebuah studi di AS menunjukkan bahwa 27 persen kehamilan terjadi dalam rentang waktu 18 bulan setelah kelahiran sebelumnya.

Kehamilan berdekatan dapat memberikan tekanan signifikan pada tubuh wanita, terutama pada otot-otot dasar panggul. Tiffany Sequeira, fisioterapis spesialis kesehatan panggul, menjelaskan bahwa otot dasar panggul berfungsi sebagai 'tempat tidur gantung penyangga' yang menahan rahim, kandung kemih, dan usus.

"Jarak kehamilan yang terlalu dekat dapat meningkatkan risiko prolaps organ panggul, kondisi dengan satu atau lebih organ di panggul tergelincir dari posisi normalnya," ungkap Sequeira. 

Perubahan Hormon dan Nutrisi Tubuh

Otot perut juga terpengaruh. Diastasis recti, kondisi dengan otot perut terpisah selama kehamilan dapat mengalami gangguan pemulihan jika kehamilan terjadi secara berurutan. Hal ini dapat menyebabkan penurunan kekuatan inti, nyeri punggung bawah, dan nyeri panggul.

Tanpa rehabilitasi yang tepat, gejala-gejala ini dapat bertahan atau bahkan memburuk. Kehamilan dan menyusui memengaruhi kadar hormon dalam tubuh.

Menurut Tiffany, menyusui dapat memperpanjang fluktuasi hormonal, menjadikan kehamilan berikutnya sebagai waktu yang rumit bagi tubuh. "Hal ini juga dapat memengaruhi produksi ASI dan nutrisi tubuh," imbuhnya lagi, sambil menambahkan, tubuh mungkin belum sepenuhnya mengisi kembali simpanan penting seperti zat besi, kalsium, dan folat sebelum kehamilan berikutnya dimulai.

Shazia Malik, konsultan dokter kandungan dan ginekolog, menambahkan bahwa hal ini dapat meningkatkan risiko anemia ibu dan masalah kepadatan tulang. Selain itu, payudara wanita mengalami transformasi signifikan selama kehamilan dan menyusui. Pembengkakan dan perubahan bentuk payudara dapat terjadi, dan jarak kehamilan yang dekat dapat mempengaruhi waktu pemulihan jaringan payudara.

Keajaiban dan Kekuatan Tubuh Wanita

Meskipun tantangan kesehatan yang dihadapi, banyak wanita menemukan kekuatan baru selama proses kehamilan dan menjadi ibu. Shazia Malik menyebutkan bahwa beberapa wanita mengembangkan 'kesadaran intuitif yang meningkat' tentang tubuh mereka pasca-kehamilan, termasuk kemampuan merasakan perubahan halus dalam siklus hormonal dengan akurasi yang luar biasa.

Beberapa orangtua bahkan melaporkan memiliki 'indra keenam' tentang kebutuhan anak-anak mereka sebelum tanda-tanda yang jelas muncul. Secara fisik dan emosional, banyak wanita menemukan kekuatan baru dalam menghadapi tantangan menjadi ibu.

Baik secara harfiah dalam hal apa yang dapat ditanggung tubuh mereka, maupun secara kiasan dalam menghadapi tantangan sehari-hari. Kehamilan berdekatan mungkin menantang, tetapi juga merupakan perjalanan yang penuh dengan keajaiban dan penemuan diri.

Namun, tidak semuanya suram. Anda tidak hanya akan memiliki banyak bayi yang gembira dengan usia yang hampir sama, tetapi Shazia berbagi bahwa beberapa orang mengembangkan 'kesadaran intuitif yang meningkat' tentang tubuh mereka pasca-kehamilan. 

Adaptasi Siklus Hormonal

Ini termasuk 'mampu merasakan perubahan halus dalam siklus hormonal mereka dengan akurasi yang luar biasa' – dan beberapa orang tua telah melaporkan hampir mengembangkan 'indra keenam' tentang 'kebutuhan anak-anak mereka sebelum tanda-tanda yang jelas muncul.'

"Secara fisik, banyak wanita menemukan kekuatan baru," simpul Shazia. "Baik secara harfiah dalam hal apa yang dapat ditanggung tubuh mereka, dan secara kiasan dalam menghadapi tantangan menjadi ibu."

Secara medis rentang waktu yang terlalu singkat antar kehamilan dapat berisiko bagi ibu, bayi, dan janin baru. Di sisi lain, jarak kehamilan terlalu lama juga memiliki risiko tersendiri.

Menurut dokter kandungan, Prof Dr dr Dwiana Ocviyanti, SpOG(K) MPH, penelitian menyebutkan bahwa jarak kehamilan yang terlalu lama, lebih dari enam tahun dapat meningkatkan risiko preeklampsia atau komplikasi kehamilan yang ditandai tekanan darah tinggi.

"Sudah ada penelitian yang menghasilkan data bila kehamilan berikutnya yang rentangnya terlalu lama, lebih dari 6 tahun, ibu akan lebih berisiko menderita preeklampsia," kata dokter yang akrab disapa Ovy kepada Health Liputan6.com melalui sambungan telepon.

Walau demikian, Ovy menambahkan bahwa hal ini dapat diatasi dengan perencanaan kehamilan. "Tetapi ini bisa diatasi dengan perencanaan kehamilan yang baik dan ibu dipastikan sudah dalam kondisi sehat dan bugar serta usia masih kurang dari 35 tahun," jelasnya. 

Read Entire Article
Online Global | Kota Surabaya | Lifestyle |