Liputan6.com, Jakarta - Suasana muram yang menggelayuti Indonesia belakangan ini bukan alasan bagi Art Jakarta 2025 untuk mundur. Bahkan, Direktur Artistik Enin Supriyanto berharap ajang yang akan kembali digelar di JIExpo Kemayoran, Jakarta Pusat, pada 3--5 Oktober 2025 bisa memantik semangat baru.
"Harapannya bisa buat optimisme buat kita semua," kata Enin dalam jumpa pers di Jakarta, Selasa, 9 September 2025.
Dalam pasar seni kali ini, 75 galeri seni dari 16 negara berpartisipasi. 'Ribuan karya' akan dipamerkan untuk dinikmati para pengunjung. Enin tak muluk-muluk soal jumlah pengunjung, karena yang terpenting baginya adalah galeri yang dihadirkan makin berkualitas dari tahun lalu.
"Dari pertama kali di JIExpo sampai sekarang, 30 ribu sampai 40 ribu udah cukup buat kami. Kalau dilebihin juga enggak nyaman. Hari kedua kami mulai dapat komplain, katanya rame banget. Kami maunya rame tapi tetap aman dan nyaman," tuturnya.
Galeri menjadi representasi dari kualitas karya seni yang akan ditampilkan di lokasi seluas 15 ribu meter persegi itu. Art Jakarta menekankan bahwa yang perlu menjadi sorotan utama adalah karya para seniman atau perupa lokal, meski tetap memberi ruang bagi artis internasional di sana.
Sorotan Karya di Art Jakarta 2025
Dari sederet karya yang ditampilkan, beberapa di antaranya menjadi Spot ART Jakarta 2025, termasuk seni instalasi karya Nur Ipeh yang mendapat penghargaan Feature Generation Art Awards tahun lalu. Karya seni berjudul Ombak Belum Tidur itu merupakan persembahan Ara Contemporary, galeri seni baru di Jakarta.
"Seingat saya, sejauh yang saya tahu belum pernah ditampilin di Indonesia. Sayang betul karya yang dapat penghargaan kontemporer internasional belum sempat dinikmati publik sendiri," sambung Enin.
Berikutnya adalah serial patung Kelana karya seniman Endry Pragusta dari Rachel Gallery. Enin menjanjikan belasan karya patung Endry bakal dihadirkan di Art Jakarta.
Tak kalah megahnya adalah karya instalasi dari Aditya Novali yang masih belum berjudul. Menurut Enin, karya instalasi ini menjadi yang terbesar di tiga hari penyelenggaraan dengan tinggi 5,4 meter.
"Kalau terlewatkan atau tidak kelihatan, kelewatan sih karena tingginya 5,4 meteran. Pasti terlihat sih harusnya," ucapnya.
Memotret Kondisi Indonesia Lewat Seni
Penyelenggara Art Jakarta 2025 kembali menggandeng tiga jenama berbeda sebagai mitra penyelenggaraan tahun ini. Bibit yang partisipasinya memasuki tahun ke-7 mengemas ulang karya pelukis ternama Agus Suwage berjudul Potret Diri dan Panggung Sandiwara yang dirilis pada 2019.
Karya itu menampilkan 60 potret yang tidak semuanya riil, tetapi juga menyelipkan emotikon dan gambar nyeleneh lainnya. Bibit mengangkat kembali karya itu dengan narasi Portrait of Possibilities yang terinspirasi dari situasi yang dihadapi Indonesia saat ini.
"Dalam dimensi lebih luas, melihat apa yang terjadi di Indonesia, melihat 17+8 yang penuh dengan tafsir, tapi kita tahu mengarahnya ke mana," kata William, Head of PR & Corporate Communication Bibit.
Belajar dari Agus Suwage yang menyebut karya tersebut merupakan bentuk kritikan pada dirinya sendiri, ia berharap bisa menginpirasi para pengunjung agar ikut merefleksi diri lewat seni. "Kami juga akan hadirkan pengalaman kecil, mudah-mudahan seru," imbuhnya.
Lebih Dinamis dan Hidup
Treasury juga kembali bermitra dengan menghadirkan karya instalasi bertema Reserve of Care. Karya yang dibuat oleh pasangan seniman Azizi Al Majid dan Nuri Fatimah itu ingin mengedepankan soal pentingnya menanamkan nilai pada generasi mendatang sejak dari rumah. Secara khusus, mereka menghadirkan meja makan sebagai medium.
"Meja makan ini menjadi tempat untuk berdiskusi. Sesimpel pertanyaan orangtua kepada anaknya seperti hari ini apa yang dilakukan di sekolah. Dari hal-hal seperti itu, nilai-nilai yang ditanamkan akan dibawa ke kehidupan dewasa kelak," kata Anang Samsudin, Head Of Partnerships Treasury.
Agar pewarisan nilai berjalan mulus, sambung Anang, perlu ditopang oleh berbagai pilar yang disimbolkan lewat empat kaki meja. Keempat pilar itu terdiri dari shelter, wealth, care, dan love. Nantinya, pengunjung akan diajak berinteraksi lewat kegiatan di meja makan tersebut sehingga karya itu menjadi lebih hidup dan imersif.
"Kami akan mengajak pengunjung membuat art piece dari keramik. Hasilnya nanti akan didonasikan untuk pendidikan anak-anak kurang beruntung," kata Anang.
Membangkitkan Generasi Baru Kolektor Seni
Tak ketinggalan dengan BCA yang menjadi bank partner ART Jakarta 2025. Executive Vice President of Individual Consumer Banking Business Development BCA Dody Santosa Iswan menerangkan bahwa mereka mengajak Muklay untuk menghidupkan gelaran seni itu. Karya Muklay dianggap bisa membawa spirit optimisme lewat pilihan warna-warna cerahnya.
"Kita ikut dukung keragaman budaya kita. Semuanya kita beri kemudahan untuk menikmati karya seni, mulai dari buka akses tiket masuk hingga cicilan sampai 24 bulan," kata Dody.
Enin mengapresiasi dukungan bank swasta itu dalam ajang tersebut. Ia berpendapat hal itu penting untuk menumbuhkan generasi baru kolektor seni di Indonesia. Dengan fasilitas cicilan yang tersedia, ia melihat makin banyak generasi yang lebih muda tertarik untuk mengoleksi benda seni.
"Generasi muda itu usianya sekitar 30--40 tahun," kata dia.
Lepas dari itu, penyelenggara juga menyiapkan sejumlah fasilitas untuk memanjakan pengunjung. Itu termasuk lounge VIP dan food market yang menawarkan pilihan menu lebih bervariasi untuk pengunjung.