Liputan6.com, Jakarta - Art Jakarta 2025 resmi dibuka pada Jumat, 3 Oktober 2025. Bertempat di JIExpo Kemayoran, total ada 75 galeri yang berpameran, 35 di antaranya berasal dari luar negeri yang mencakup 16 negara, termasuk Malaysia, Singapura, Thailand, Filipina, Vietnam, Tiongkok, Korea Selatan, Jepang, Taiwan, Rusia, dan Australia.
Kepesertaan dari luar negeri membuktikan bahwa ajang ini berskala internasional yang menjadi titik temu bagi para seniman, kolektor, kurator, pelaku industri kreatif dan budaya, serta masyarakat luas dalam menciptakan ruang bertukar ide, kolaborasi, dan penemuan baru dalam dunia seni. Menurut Menteri Kebudayaan (Menbud) Fadli Zon, kehadirannya dinilai semakin relevan dengan perkembangan zaman.
Pernyataannya merujuk pada terminologi budaya dan industri kreatif (cultural and creative industry atau CCI) yang semakin berkembang sebagai mesin pertumbuhan ekonomi dunia.
"CCI lebih sustainable dan ke depannya akan menjadi engine for growth bagi dunia. Kita juga bisa lihat bagaimana seni rupa menjadi platform di mana kita bisa melihat berbagai ekspresi budaya yang kaya dari Indonesia," ucapnya dalam pembukaan Art Jakarta. Meski begitu, ia menyebut saat ini masih menghitung dampak ekonomi dari seni kepada ekonomi Indonesia.
Ruang bagi Seniman Muda di MTN
Dengan kekayaan budaya yang luar biasa, Fadli menyatakan bahwa Indonesia tidak bisa diabaikan begitu saja oleh dunia. Pihaknya berkomitmen untuk terus memberi ruang bagi para seniman Indonesia untuk berkarya dan menampilkan karya seni ke masyarakat luas.
Salah satunya dihadirkan melalui program Manajemen Talenta Nasional (MTN) Seni Budaya yang juga ikut berpartisipasi dalam Art Jakarta 2025. Menampilkan tema Arus Baru atau Rising Current yang dikuratori Agung Hujatnikajennong, karya dari enam seniman dihadirkan untuk mewakili kondisi seni rupa kontemporer Indonesia saat ini dengan medium karya yang berbeda-beda.
Uji Handoko, misalnya, memilih kanvas sebagai medium menuangkan ekspresi seninya. Karyanya dinilai penuh humor yang menerjemahkan ulang sejarah seni. Dalam hal ini, ia menggunakan memoji untuk menggambarkan sosok Pangeran Diponegoro dengan mimik yang lebih 'unyu'.
Ada pula karya Syaiful Aulia Garibaldi yang mengekspresikan kegelisahannya terkait isu-isu ekologis lewat medium kayu dan benda-benda alam lainnya. Ada pula karya Mariam Sofrina yang bereksperimen dengan fotografi untuk menerjemahkan ulang sejarah kolonial.
Rencana Boyong Karya ke Venice Biennale
Selain MTN, Kemenbud juga mendukung seniman Indonesia agar bisa tampil di berbagai ajang internasional sebagai bukti kehadiran negara dalam mempromosikan seni dan budaya nasional. Salah satunya melalui ajang Venice Biennale yang rencananya akan diikuti tahun depan. Namun, ia tidak mendetailkan hal itu lebih lanjut.
Sementara, Menteri Ekonomi Kreatif, Teuku Riefky Harsya menyatakan bahwa Art Jakarta 2025 telah menjadi barometer perkembangan seni rupa kontemporer di kawasan Asia Tenggara. Dia berharap ajang tahunan itu bisa menunjukkan seni rupa sebagai motor penting bagi ekonomi kreatif Indonesia dalam memperkuat identitas bangsa, memperluas jejaring internasional, serta membuka peluang kolaborasi lintas disiplin.
"Semoga Art Jakarta bukan hanya sebagai ruang apresiasi, namun dapat menjadi momentum dalam memperkuat posisi Indonesia di peta seni rupa global yang memberikan manfaat bagi seniman, masyarakat, bangsa, dan negara," ucap Menekraf.
Tom Tandio, Fair Director Art Jakarta, menyebutkan dukungan datang tidak hanya dari dalam, tetapi juga luar negeri. Pihaknya menggandeng sejumlah media asing sebagai partner untuk semakin memantapkan Art Jakarta sebagai pameran seni bergengsi, khususnya di kawasan Asia Tenggara.
Karya-karya Penting di Art Jakarta 2025
Sebelumnya, Direktur Artistik Enin Supriyanto menyebut 'ribuan karya' ditampilkan di lokasi seluas 15 ribu meter persegi itu hingga Minggu, 5 Oktober 2025. Dari sederet karya yang ditampilkan, beberapa di antaranya menjadi Spot ART Jakarta 2025, termasuk seni instalasi karya Nur Ipeh yang mendapat penghargaan Feature Generation Art Awards tahun lalu. Karya seni berjudul Ombak Belum Tidur itu merupakan persembahan Ara Contemporary, galeri seni baru di Jakarta.
"Seingat saya, sejauh yang saya tahu belum pernah ditampilin di Indonesia. Sayang betul karya yang dapat penghargaan kontemporer internasional belum sempat dinikmati publik sendiri," sambung Enin.
Berikutnya adalah serial patung Kelana karya seniman Endry Pragusta dari Rachel Gallery. Enin menjanjikan belasan karya patung Endry bakal dihadirkan di Art Jakarta.
Tak kalah megahnya adalah karya instalasi dari Aditya Novali yang masih belum berjudul. Menurut Enin, karya instalasi ini menjadi yang terbesar di tiga hari penyelenggaraan dengan tinggi 5,4 meter. "Kalau terlewatkan atau tidak kelihatan, kelewatan sih karena tingginya 5,4 meteran. Pasti terlihat sih harusnya," ucapnya.