50 Ton Sampah Diangkut dari Sungai Ciliwung Setiap Hari, Apa yang Bisa Dilakukan untuk Menyelamatkan Nadi Jakarta?

1 day ago 12

Liputan6.com, Jakarta - Sungai Ciliwung yang membelah kota Jakarta sejatinya adalah nadi kehidupan kota. Namun, perlakuan sebagian besar warganya menganggapnya tak penting, terbukti dari jumlah timbulan sampah yang diangkut setiap hari dari sungai sepanjang 199 kilometer yang berhulu di Puncak, Bogor itu.

"Setiap harinya, saringan sampah perbatasan itu di lokasi titik itu di TB Simatupang itu setiap harinya mengangkat tidak kurang dari 50 ton sampah limbah domestik hanya di Ciliwung," kata Kepala Bappeda DKI Jakarta, Deftrianov, di sela peringatan Hari Ciliwung ke-14 pada 29 November 2025, di Sekretariat GCB, Penjernihan, Jakarta Pusat.

Dari puluhan ribu ton sampah yang diangkut, mayoritas adalah sampah organik, menandakan bahwa banyak rumah tangga di Jakarta berkontribusi pada timbulan sampah. Kondisi airnya kini masih jauh dari kata layak minum, berbeda 180 derajat dari situasi Jakarta di era sebelum 1970an.

"Ciliwung itu dulu air baku air minum zaman dulu," kata Ketua Gerakan Ciliwung Bersih (GCB) Peni Susanto dalam kesempatan yang sama.

Namun, fasilitas instalasi pengolahan air minum yang berbasis Sungai Ciliwung di Jakarta ditutup pada tahun 1990an awal. Kualitas air baku yang merosot memaksa PAM Jaya Jakarta menghentikan pengambilan air baku dari sungai di wilayah Jakarta pada 1998. Lalu, apa yang bisa dilakukan kita semua untuk mengembalikan situasi?

Konsistensi dan Kerja Sama

GCB lahir dari kesadaran akan pentingnya memulihkan kondisi Sungai Ciliwung. Berdiri sejak 1989, GCB mengklaim telah berkontribusi mengolah lebih dari 26.902 kilogram sampah Ciliwung menjadi pelet bahan bakar selama periode 2020-2025 melalui program Tempat Olahan Sampah Sungai (TOSS).

Namun, upaya pengolahan itu belum sebanding dengan volume sampah harian yang diangkut yang lebih dari 50 ton sampah domestik. Defrianov mengingatkan bahwa tantangan di lapangan masih sangat besar.

"PR kita masih harus lebih keras lagi (dikerjakan) beserta teman-teman semua ya," kata defrianov.

Hal itu juga diamini Peni yang bersama komunitasnya menggelar peringatan Hari Ciliwung dengan kegiatan Susur Sungai Ciliwung sejauh kurang lebih dua kilometer dan berbagai lokakarya. Ia bertekad menjadikan Ciliwung sebagai ruang edukasi dan rekreasi dengan penanganan limbah yang konsisten dan berkelanjutan.

"Kami ingin Ciliwung menjadi ruang edukasi, rekreasi, dan kolaborasi lintas generasi," ujarnya. 

GCB menerapkan model Penta Helix, melibatkan pemerintah, swasta, akademisi, media, dan komunitas, sebagai strategi utama revitalisasi. GCB menekankan pentingnya belajar dari pengalaman program pemulihan sungai lainnya, seperti Citarum Harum, untuk memastikan keberlanjutan program melalui pelibatan aktif masyarakat.

Masyarakat Wajib Terlibat Aktif

Belajar dari penanganan Citarum Harum yang hanya melibatkan tentara, Peni yang juga aktif di Dewan Sumber Daya Air Nasional, menilai semestinya masyarakat sipil dilibatkan secara aktif. Itu karena mereka dibutuhkan untuk memastikan agar upaya pemulihan sungai bisa berjalan secara berkelanjutan. 

Berdasarkan evaluasi tersebut, GCB berfokus pada pembentukan tokoh lokal dan pemberdayaan komunitas. Dukungan sektor swasta, seperti Indofood, hadir melalui inovasi pengelolaan sampah dan edukasi. 

Salah satu wujudnya adalah penggunaan paving block di area kantor GCB yang terbuat dari daur ulang limbah plastik kemasan. Inovasi tersebut merupakan langkah kecil dalam pemanfaatan limbah, meskipun pihaknya memandang butuh solusi berskala lebih besar untuk mengatasi timbulan sampah harian di Sungai Ciliwung.

Defrianov menyatakan pihaknya akan terus bersinergi dengan komunitas. "Saya rasa kami akan tetap support dan ini kami cerminkan ada sinergi antar dinas-dinas," katanya.

Dari berbagai upaya pemulihan yang dilakukan, hasilnya mulai terlihat. Senggawangan (Chitra chitra javanensis), spesies kura-kura purba raksasa dengan berat mencapai 500 kg ditemukan di Ciliwung sebagai simbol harapan bagi pemulihan keanekaragaman hayati sungai. Ada pula spesies hewan lain yang mulai kembali terlihat di Ciliwung.

Wisata Susur Sungai di Ciliwung

Sungai Ciliwung yang membentang sepanjang 119 kilometer melintasi Bogor, Depok, dan Jakarta, berpotensi besar untuk dikembangkan sebagai destinasi ekowisata dan eduwisata. Potensi ini disuarakan finalis Miss Earth 2025 Atna Apriliani Putri yang melihat sungai ini sebagai cerminan ibu kota yang memiliki dimensi luas.

"Ciliwung bisa menunjukkan wajah Jakarta. Kenapa? Di sini tuh banyak banget lintas sektor yang terlibat entah dari itu pariwisatanya, ekonominya," ungkapnya. Ia berharap Ciliwung dapat dikembangkan menjadi destinasi wisata air yang menarik minat anak muda, seperti kawasan Dukuh Atas.

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menyambut usulan tersebut. Kepala Bappeda DKI Jakarta, Deftrianov, meyakini bahwa pemulihan ekosistem Ciliwung adalah hal yang sangat mungkin dicapai mengingat sejarah kekayaan ekosistemnya. 

"Ekosistem Ciliwung itu sangat mungkin dan untuk bisa kita terus tingkatkan, syukur-syukur bisa pada fase sebelumnya ya," tuturnya.

Perbaikan kualitas air di Sungai Ciliwung membawa kabar baik bagi PAM Jaya Jakarta. Gatra Vaganza, Senior Manager Corporate Communication PAM JAYA menjelaskan, "Tahun depan kita juga akan menambah IPA lagi. Namanya IPA Ciliwung, tapi posisinya ada di Pejaten itu. Kapasitas produksinya nanti juga tambah 200 L/detik."

Read Entire Article
Online Global | Kota Surabaya | Lifestyle |